48. Pasukan Tak Bernama

8.5K 472 26
                                    

KOMENNYAA DONG SAYANGKOEE:))))

Selain 'next cepet kak.' HEHEHEHE

****

Antrian pemesan di dalam caffe bertema library itu cukup ramai. Semuanya sibuk menunggu, berdiri di depan kasir sambil memilih menu yang terpampang nyata di plakat dinding atas.

Sastra melirik gadis yang menunggu jenuh di samping. Wajahnya pucat, lemas tapi masih tertutup dengan aura cantiknya. Gadis itu rasa-rasanya terlalu lelah sampai tak ada niatan untuk berceletuk sedikitpun.

Dengan lembut, Sastra mengusap keringat yang membuat anak rambut Sabrina menempel pada dahi. Cowok itu tersenyum ketika Sabrina memandangnya penuh lesu.

"Mau makan apa?" Tanya Sastra sabar.

Sabrina menghela nafas, "terserah."

Ditatapnya, Sabrina sedang tidak memiliki niatan untuk berbicara banyak. Gadis itu juga sesekali menghela nafas berat ketika antrian di depannya masih banyak.

Sastra hanya menatap antrian di depannya, masih sekitar enam orang. Cowok itu mengusap kembali puncak kepala gadisnya.

"Kamu duduk aja. Biar aku yang antri" Kata Sastra serius.

Sabrina memandang Sastra penuh, "kenapa?"

"Kamu lemes gitu kaya gorengan lama." Celetuk Sastra sambil tertawa.

Selalu begini, ketika mood Sabrina menurun, Sastra, dengan lawakan menyebalkannya itu selalu dihidangkan padanya. Tidak tahu kalau Sabrina sebenarnya ingin tertawa, tapi terlalu capek.

"Duduk aja" Titah Sastra sekali lagi.

"Nanti."

Sastra menghela nafas perlahan, sabar, "Kalau nanti keburu pingsan."

Cowok itu mengedarkan pandangannya, "Disini nggak ada gerobak buat angkut kamu."

Gemas, Sabrina mencubit kecil Sastra tanpa tenaga.

Sastra terkekeh, lalu mengulurkan tangannya, merangkul lembut gadisnya dengan usapan kecil dibagian lengannya. Cowok itu cukup tau cara menghibur gadisnya.

"Besok senin ujian." Kata Sabrina memperingatkan. Sastra hanya menggangguk sebagai jawaban.

"Penentu masa depan tuh. Jangan disia-siain." Lanjut Sabrina.

Sastra menoleh, membuat Sabrina memandangnya dengan tatapan tenang.

Cowok itu tersenyum untuk kesekian kalinya, "Masa depanku kan kamu. Sekarang baru aku jagain."

Menghening beberapa detik,

Sabrina tertawa, membiarkan semburat merah muda di pipinya. Dibalik ekspresinya, jantung Sabrina sedang berdebar hebat tak karuan. Mendengar pernyataan Sastra dengan selipan rayuannya akhir-akhir ini, menjadi moodboster paling ampuh untuknya.

"Nanti kamu kenalan sama pasukan yang wajib jagain kamu." Ucap Sastra tersenyum meyakinkan.

"Siapa?" Sabrina memandang penuh bingung.

"Nanti juga tau." Kata Sastra tersenyum, kembali memandang lurus ke depan.

****

"Asoyyy...."

Para manusia berseragam osis itu kompak berseru ketika Sastra berhasil menggandeng seorang gadis masuk ke warung sesak tersebut. Terlihat raut wajah merekah bersorak girang ketika dengan baik hatinya Sastra mau menuruti permintaan yang berdasar iseng-iseng.

SABRINA & SASTRAWhere stories live. Discover now