25. Misterius

10.5K 480 23
                                    

Malam ini rasanya seperti malam terakhir bagi Adim dan Zafar. Tingkat penasaran dan ingin tahu mereka bergejolak dua kali lipat ketika tawaran mereka yang sebelumnya ditolak, kini diterima dan mampu mengajak Sastra kembali duduk di restoran fast food khas tongkrongan mereka berempat.

Formasi khas duduk berempat mereka kini lengkap setelah sekian lama Sastra menolak untuk nongkrong atau sekedar berbincang dengan ketiga temannya tersebut. Bukannya sombong atau lupa, tapi Sastra memang sudah punya kehidupan baru. Meskipun ketiga sahabatnya tak tahu kehidupan barunya seperti apa.

Seperti yang dahulu, ketika Adim, Zafar, Gio dan Sastra berkumpul, pasti ada beberapa putung rokok yang dibiarkan keluar dari kardus kecil, dan tergeletak di meja makan. Entah rokok yang memiliki rasa atau yang levelnya sedikit berat, mereka punya selera sendiri-sendiri. Ya, mereka memang mengambil tempat di area luar restoran, yang mana jelas bagi mereka bebas mengepulkan asap rokok.

"Beneran lo gak ada masalah, Sas?" Adim melipat kedua tangannya dimeja sembari menatap penuh selidik pada cowok dihadapannya.

Sastra menganggukkan kepalanya, "ya"

"Terus sebelumnya lo kemana aja? Jangan bilang sekarang lo gabung jadi anak osis bareng sepupu lo Aldo."

"Anjing lo" ketus Sastra tak suka.

"LOH KOK NGEGAS? Udah lampu ijo belom?!"

Sastra menghela nafasnya, "Serah lo"

"Ehehehe" Zafar menyengir, ternyata membuat Sastra depresi dengan pertanyaannya cukup mudah, "Btw, Sabrina kemana?"

"Heh, sebut-sebut nama pacar gue" Adim sewot.

"Hilih, ngaku-ngaku lo!" Zafar menjitak kepala Adim

"IDIH? KOK MAIN BAKU HANTAM ?!"

"Ya lagian lo pede banget !"

Gio menitis rokoknya, dan berdecih, "Malu gue bawa lo berdua"

"Eh, tadi Sabrina kemana?" Tanya Zafar lagi.

"mana gue tau." Jawab Sastra cuek sembari menyentil rokoknya di pinggir asbak.

Adim dan Zafar saling memandang, "Yaelah, waktu itu kan lo makan bareng di caffe."

"ga ada hubungannya jing," Ketus Sastra.

"ADA LAH! Kalo cewe sama cowo sampe makan bareng pasti ada apa-apanya!" Sahut Adim ikut ngotot.

"Gue dulu kan pernah bilang. Nyokap kita cuman sahabatan. Wajarlah , kalo gue  sama dia makan bareng" lanjut Sastra.

"Tapi gak ada nyokap lo tuh? lagi ngedate kan lo?"

"Berisik amat kaya anak soang" Sahut Gio ikut jengah mendegar pertanyaan Adim dan Zafar.

"Entar lo juga tau." Pungkas Sastra. Adim dan Zafar menghela nafasnya, kalau sudah begini, sesi tanya jawab artinya sudah ditutup. Dan kalau tak ingin mendapat sumpah serapah, lebih baik mereka diam dan pura-pura lupa.

Meskipun aslinya mereka berdua sangat penasaran seperti ulat bulu gatal.

Sastra kembali sibuk dengan rokoknya. Gio yang sedari tadi mendominasi dirinya untuk diam, kini mengganti aktifitasnya. Ia meraih benda pipih yang tergeletak di meja, dan mulai membuka aplikasi game favoritenya. Sedangkan Adim dan Zafar, mereka berdua memilih sibuk stalking sosmed, sambil ngomongin adek-adek kelas.

"Eh, si Salma ye, anak kelas sepuluh ipa, makin lama makin cakep aja."

"Ah, cantikan Bella,"

"eeh-, ini si Rinda mayan juga."

SABRINA & SASTRAजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें