30. Baikan

11.8K 547 8
                                    

Cewek di hadapan Sastra ini memang seperti bunglon. Tadi ia bersungut-sungut ketika ada perempuan lain yang memuji Sastra. Lalu, ia marah ketika dikatai, dan sekarang dengan ciri khas menggemaskannya, ia tersenyum senang usai menghabiskan semangkuk besar eskrim raca cokelat matcha.

"Udah kenyang?" Tanya Sastra kala suapan es krim terakhir masuk ke dalam mulut Sabrina.

Gadis itu mengerjap beberapa kali, mencerna ucapan Sastra, kemudian ia menggangguk. Ia meletakkan sendok es krim, dan meraih selembar tisu di meja. Mengusap mulutnya, kemudian menatap Sastra.

"Es krimnya enak." Puji Sabrina diselingi maksud tertentu. Sastra menukik alisnya.

"Mau rasa apa?" Tanya Sastra peka, ia menyilangkan tangannya di depan dada. Mirip seperti seorang kakak laki-laki yang bersiap memarahi adiknya.

Sabrina menggeleng, "gak minta lagi."

Sastra terkekeh, "bener?" Tanyanya.

Gadis itu terdiam, berfikir sejenak apakah keputusannya ini salah atau benar.

"Emang boleh?" Tanya Sabrina ragu-ragu

"Iyaa boleh." Jawab Sastra, kemudian cowok itu meraih dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah, "sekalian bayar gih."

Sabrina mengangguk, kemudian menerima uang dari Sastra.

"Sekalian capuchino coffie satu. Jangan pake karamel." Pesan Sastra.

Gadis yang sedang menggunakan hoodie putihnya itu mengangguk, kemudian menuju ke arah kasir. Setelah selesai membayar menerima sebuah eskrim dan segelas coffe cup. Gadis itu menunduk, memainkan sejenak ponselnya dan raut wajah berubah drastis dalam hitungan detik.

Sabrina mengalihkan pandangan pada dirinya. Jelas dari sorot mata, menandakan ada sesuatu yang mengkhawatirkan dari dirinya. Sabrina langsung berjalan menuju ke arah Sastra.

"Anterin ke rumah sakit sekarang." Pintanya tiba-tiba.

***

Mobil sport hitam milik Sastra berhenti di area basement parkiran. Dengan rasa penuh ketakutan dan khawatir, Sabrina langsung berlari keluar dan masuk ke gedung rumah sakit. Tangan dan kakinya gemetar, hatinya berdegub lebih cepat, sirat matanya menunjukkan rasa ketidakkaruan. Cowok yang baru saja dikabari kecelakaan itu sungguh menyita perhatian Sabrina.

Sastra yang berada jauh di belakang Sabrina hanya mengamati gadisnya itu dari belakang. Ia terlihat tenang meskipun ia sedang fokus menjaga Sabrina dari kejauhan. Sorot mata Sastra juga mengamati langkah gadisnya yang lebih cepat dari biasanya. Ia terlihat begitu takut dan khawatir.

Ia tak menyangka, pesan masuk pada ponsel Sabrina setengah jam lalu berdampak begitu. Membuat mood gadisnya berubah drastis

Gadisnya itu tak bercerita banyak, tapi Sastra dapat menyimpulkan. Pesan masuk yang memberi kabar tentang kecelakaan yang terjadi pada cowok itu, sungguh berpengaruh pada Sabrina saat ini.

Setelah mengetahui dimana letak kamar yang akan dituju, Sabrina langsung melangkah cepat dan mengunjungi kamar tersebut. Dimana letaknya masih dilantai satu, dan tidak jauh dari pintu masuk. Diikuti Sastra, cewek itu menoleh padanya, memberinya sebuah isyarat apakah Sabrina boleh menjenguk sebentar.

Sastra mengangguk sebagai jawaban, langsung saja Sabrina memasuki kamar tersebut.

Suasana di kamar tersebut cukup penuh. Sudah ada Aldo, Wina dan beberapa cowok disana. Salah satunya, Miko. Cowok yang dikabarkan kecelakaan itu, sekarang sedang terbaring lemah di atas kasur putih khas rumah sakit.

SABRINA & SASTRAWhere stories live. Discover now