55. Umpan dari Gara

6.6K 503 72
                                    

Lorong ruang kosong sekolah yang sepi juga gelap itu menjadi tempat paling dihindari para siswa. Tak ada yang berani lewat sana kecuali orang-orang tertentu dengan keperluan mendesak. Arahnya memang menuju ke gerbang depan, tapi harus melewati lapangan voli yang cukup terkenal horor karna cerita yang entah kebenaranmya dari mulut ke mulut.

Satu dua orang melewatinya tadi, itupun dikisaran waktu setengah tujuh. Selebihnya, tidak ada yang mau lewat sana. Toh untuk apa, ujung-ujungnya melewati gerbang depan sekolah dibagian pintu kecil yang jarang sekali dilalui. Meskipun di siang hari.

Tapi, anehnya, gadis berambut panjang hitam legam itu berjalan dengan tenangnya di koridor tersebut. Diikuti Hernanda yang sedari tadi mengawasinya sejak tingkahnya yang janggal mencari-cari Sabrina, membuat Hernanda bersiap-siap diri, karna mungkin saja ia bakalan mendapat info yang cukup meyakinkan.

Gadis itu berjalan semakin menjauh. Hernanda tetap menjaga jarak supaya langkah kakinya tidak terdengar oleh gadis yang berlawanan pihak dengannya.

Ketika gadis itu berjalan sedikit melambat, Hernanda merasa bahwa ada yang tidak beres dalam keadaan saat ini. Ia tetap menepis jarak dengan gadis itu, berjalan mendekat, namun dengan gelagat yang tetap perlahan.

Kala gadis itu berhenti melangkah tiba-tiba, dengan Hernanda yang berdiri sepuluh meter di belakangnya. Tak disangka, dari balik ruang kosong muncul tiga orang laki-laki berbadan kekar, siap menerkam Hernanda.

Sontak, pria berahang tegas itu berbalik badan dan lari sekencang-kencangnya. Ia kaget bukan main, ternyata dia masuk sebuah jebakan. Ternyata Gigha sengaja menggiring dirinya untuk mengalihkan fokus dari rencana yang entah dimainkan bagaimana oleh Gara.

Hernanda menoleh sekilas, tiga orang tadi memang tidak berteriak untuk menghentikannya, karna jelas bakal mengundang penasaran seseorang untuk mendatangi lorong gelap ini.

Sedangkan Hernanda, fokus memandang ke depan dan mempercepat larinya karna tidak mungkin ia ditangkap mentah-mentah oleh suruhan Gara.

"Anjing!!!" Umpat Hernanda berbelok koridor, dan memasuki lorong ruang guru yang masih sepi.

Sama sekali tidak ada bantuan, dan tiga orang lelaki tadi masih mengincarnya.

Secercah cahaya paling terang menjadi penglihatan paling jelas untuk Hernanda. Cowok itu sebenarnya tidak ingin berbelok, dan mengurung diri di dalam kamar mandi. Karna sama saja ia masuk ke ruang yang lebih sempit untuk kesempatan melarikan diri. Disana pasti ia dikepung.

Ketika tak sengaja ia melihat dua orang laki-laki berjalan dari arah berlawanan dengannya. Ada ide penyerangan muncul dari dalam otaknya.

"WOY BAJINGAN!" Teriak Hernanda kuat, lalu membelokkan langkahnya ke dalam kamar mandi.

Dua orang yang mendengar teriakan khas Hernanda itu memandang dari jauh, cowok yang berbelok ke kamar mandi, diikuti tiga orang pria berbadan besar.

Bidal dan Julian tahu, ini penyerangan paling asik jika sudah masalah mengepung.

Sedangkan Hernanda sendiri kaget bukan main, ternyata disana ada tiga orang yang sedang berdebat sepele di depan wastafel.

Aldo, beserta duo ubur-ubur yang tadi sempat menghilang.

"Ngapa lo lari-lari?" Tanya Adim kaget melihat Hernanda datang dengan ngos-ngosan.

"Anak buah Gara!" Pekik Hernanda seiring datangnya tiga orang masuk ke dalam kamar mandi berukuran besar dari yang Hernanda bayangkan.

Adim dan Zafar langsung bergerak mundur, ke dua tangannya mengepal di depan dada. Bersiap diri kalau anak buah Gara mulai menyerang.

Aldo yang melihat tiga orang berbadan kekar itu juga siap memasang diri. Hanya untuk melindungi dirinya, karna nyatanya ia tidak tahu mengapa ada orang-orang berbadan kekar dengan tampang bringas berdiri dihadapannya.

SABRINA & SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang