12. Pijet Minus

15.1K 557 51
                                    

Humar menaitkan alisnya, "dia nggak bisa jalan kan?"

"lo tau sebabnya?"

"ya karna..." Humar menggantungkan ucapan.

"Dia nggak bisa jalan karna-" Ucapan Sastra terpotong.

"Humar!"

Seketika insan yang sibuk mengobrol itu terbelalak kaget dengan suara nyalang perempuan paruhbaya yang menuruni anak tangga dan mendekat ke meja makan.

"-gitu boy" Sastra pilih menyudahi ucapan ambigunya, dan malah mengamati kedatangan nyonya besar yang mengerikan.

Rima mendekat ke meja makan dengan perasaan kecut, lebih tepatnya mendekati laki-laki berambut kecoklat-coklatan.

"kamu itu kampret ya, Hum!" seketika Rima duduk di samping Humar dan memukul-mukul lengan putra sulungnya.

"aduh, ma, sakit," Humar meringis, "kenapa mama dateng-dateng mukulin Humar sihh??"

Rima memberenggut, duduk tegap, dan menarik nafasnya secara berat, "Mama malu banget sama Sabrina!" Keluhnya.

"kenapa?" Sastra menyeringai, "Mama juga salah duga?"

Rima masih mengerucutkan bibirnya mengangguk, "ternyata Sabrina kakinya keseleo, mama kirain luka dibagian..." ucapannya menggantung mengingat hal memalukan yang ia ciptakan.

"ini gara-gara Humar bikin berita hoax!" Sambung Rima sambil mencubiti lengan Humar.

"ih, mama apaan sih, sakit tau," protes Humar mengusap-usap lengannya, "lagian kemarin Humar denger kok, kalau malem-malem Sabrina ngerintih kesakitan, ya Humar kira mereka lagi enaena sampai Sabrina ga bisa jalan."

"Dasar gila," Celetuk Sastra, "Mana mungkin gue sebringas gitu"

"emang kejadian sebenernya gimana, Sas?" Rudi buka suara.

"kemarin malem, Sabrina ke kamar mandi, kepleset, kakinya nylungsep dibawah bathup, ya udah ngrengek kesakitan."Ungkap Sastra enteng yang sebenarnya memalukan bagi Sabrina. Gadis polos dengan tingkah petakilan.

Rudi terkekeh, Rima enggan untuk mengeluarkan tawanya karna merasa dirubung perasaan malunya, dan Humar sendiri memilih menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Emang mama tadi ngapain? kok sampai malu segala"

"Mama tadi tanya-tanya tentang kegiatan yang mama kira, dia malah bingung magsud mama apaan,"

"emang mama kira kita nglakuin kegiatan apa?" Goda Sastra menyeringai

"Jangan pancing rasa malu mama deh, Sas!" Omel Rima.

"making love magsudnya?" Frontal Sastra

Rima menghela nafasnya, "tau deh." Rima memalingkan wajahnya ke Humar, "Hum, kamu bawa Sabrina ke pijet urut langganan kamu itu gih."

"ga mau cek dokter dulu? kalau misalnya ada retak, atau apa," Saran Rudi bijak.

"Nggak kok. Mama tau kalau Sabrina cuman kesleo, dulu waktu Humar SMA kan sering main futsal, sering kesleo, pernah retak juga, mama bisa bedain dan mama khatam tentang begituan."

"mama inget aja sama masa-masa Humar." Humar menyeringai sambil mencolek dagu ibunya yang langsung ditepis.

"ya iyalah. Hampir tiap bulan kaki mu itu kesleo, gimana nggak hafal?!" Omel Rima. Sungguh wanita yang awet dengan kemarahannya.

Humar menyengir.

****

"Sabrina," Panggil Rima halus, muncul dari balik pintu.

SABRINA & SASTRAKde žijí příběhy. Začni objevovat