7. Marchandise

14.9K 637 87
                                    

Malam minggu memanglah waktu yang dinanti nanti untuk dihabiskan bersama kebahagiaan. Tak kecuali gadis berambut curly yang sudah stay di depan laptop, dan melakukan hobbynya. Streaming drama korea.

"Omaygaatt.. song jong ki...." pekiknya sembari menyanggah kepalanya dengan kedua tangannya.

Dengan duduk di depan laptop, ditemani segelas orange juice dan coklat, adalah kebahagiaan sederhana Sabrina. Si gadis polos yang lugu.

Knop pintu memiring, membuka celah dan muncul sosok laki laki dengan rambut messy dan kaos putihnya.

"Sabrina" panggilnya sembari melempar kulit kacang ke arah gadis yang masih sibuk dengan drama koreanya.

"Apa!?" Ketus Sabrina yang masih kesal, tapi sayangnya jatuhnya malah lucu dan menggemaskan.

"Ga usah sok judes. Muka lo kaya mochi aja sok sokan judes" ucap laki laki itu. Dan berjalan ke arah Sabrina.

"Ya habisnya, tadi kak Sastra bikin aku sebel. Pake pamer pamerin badan" Ceplos Sabrina. Lantas ia langsung gelagapan sendiri atas ucapannya. Sastra langsung mencetak senyum miring.

"Sebel?" Ucap Sastra menarik kursi lagi dan duduk dengan jarak dekat dari Sabrina. Ia jadi nampak antusias.

"Iya" ujarnya.

Aduh bego,kok malah iya sih.

"Kenapa sebel sama gue?" Sastra tersenyum, menampikan smirk-nya.

"Gapapa." Sabrina menyengir kikuk, menutup laptopnya dan bergegas meninggalkan.

"Mau kemana lo?" Sastra menarik pelan tangan Sabrina. Menjatuhkan Sabrina pada tempat duduk.

Sabrina membalikkan badan, "bosen di kamar terus."

"Gue bisa buat lo ga bosen di kamar," ucap Sastra tersenyum miring.

"Apaan?" Sabrina menampilkan wajah polosnya.

"Making love"

"Apaan sih!? Dasar jorok! Dasar omes! Itu mah kak Sastra yang pengen! Dasar!!" Sabrina mencubiti perut Sastra, tapi Sastra hanya tertawa.

"Udah. Sakit sayang" Sastra masih terkekeh. Melihati wajah Sabrina yang terlihat sebal dan geli.

"Ya ha...bisnya... kak Sas...tra pikiran...nya jorok! Ihhh....Omess!!" Sabrina masih sibuk mencubiti Sastra. Ia mencoba terus mengelak dari cubitan Sabrina yang perih tapi juga menggelikan. "Udah sab, sakit gue"

"Biarin. Ini hukuman buat cowo omes." Sabrina kian mengganas.

"Sab!" Gertak Sastra, Sabrina tertegun sejenak "gue suami lo." Ucap Sastra sok sarkastik.

"Seharusnya gue udah dapet hak gue sebagai suami." Sastra menatap intens ke arah Sabrina yang mulai ciut nyalinya. "Tapi gue ga minta. Harusnya lo kasih itu sejak lama."

Sabrina diam. Tersadar, ia menunduk, bibirnya gemetar sendiri. Memang ia tak mampu memberikan apa yang sudah menjadi hak Sastra sebagai suaminya. Tapi ia sendiri belum mampu dan belum siap, "maaf"

"Aku belum siap kak." Sambung Sabrina.

Tapi, tiba-tiba Sastra,

"hahaha. Muka lo! Muka lo tegang banget anjirr! Ngakak gua! hahaha"

Trap! Anjirr!!

"IHHHH!!! NYEBELINNN!!" Sabrina mencubit perut Sastra kuat-kuat untuk terakhir kalinya sebelum keluar dari kamar. Sastra masih asyik ketawa.

Sabrina beranjak berdiri, berjalan mengarah ke pintu. Baru memegang knop, pintu kamar sudah terbuka, menampilkan tiga sosok laki-laki dengan pakaian santai. Lantas mata mereka saling terbelalak, sama-sama kaget.

SABRINA & SASTRAWhere stories live. Discover now