64. Good Morning

6.6K 593 122
                                    

Pagi itu, Sastra disibukkan dengan jaguar—sebutan untuk motornya yang akhirnya keluar dari kandang setelah lama tidak ia kendarai jarak jauh. Cowok itu nampak beberapa kali masuk ke dalam garasi untuk mengambil peralatannya, lalu keluar lagi dan mulai mengotak-atik mesinnya.

Tangan Sastra juga mulai kotor, menghitam karna oli yang ia tuangkan di salah satu bagian motornya.

Dengan kaos oblong, tangan yang kotor, serta rambutnya yang sedikit berantakan karna banyak tingkah itu, raut wajah Sastra terlihat kelelahan dan berkeringat. Cowok itu menaikkan sebelah bahunya guna mengusap keringat dibagian dahi kepalanya, sembari mengamati motornya yang ia rasa sudah cukup baik dari sebelumnya.

Sastra mulai menyalakan mesin motornya, sambil sesekali ia menarik gasnya sedikit lebih kencang hingga mesin motornya berderum lebih keras.

Sabrina hanya mengamati Sastra dari depan pintu. Nyatanya, cowok itu tidak menyadari bahwa ia telah mengamatinya tidak kurang dari sepuluh menit.

Sesuai janjinya kemarin, Sastra memang akan mengantarnya naik motor. Dan sekarang cowok itu tengah mengecek keadaan mesin motornya yang memang sudah lama menganggur.

Gadis yang telah rapi menggunakan seragam sekolah itu hanya menahan tawa kecilnya melihat Sastra yang nampak tenang mengotak-atik mesin motor.

Sastra yang tengah mengenakan sandal jepit hitam, kaos abu-abu, serta celana pendek selutut yang menampilan betis kencangnya itu memang sebenarnya tidak menunjukkan aura yang katanya berbeda jika sudah menikah.

Cowok itu masih saja seperti sebelumnya yang Sabrina kenal. Cowok manly yang cuek, yang pernah tidak sengaja menumpahkan segelas minuman milik seorang siswi karna mendorong Adim di keramaian kantin, serta caranya memperlakukan wanita.

Seperti waktu itu, Adim yang dengan tiba-tiba memeluk Sastra di tengah keramaian kantin membuatnya kaget dan sontak mendorongnya. Meski sebenarnya tidak dengan penuh tenaga, Adim sendiri yang kaget mendapat dorongan dari Sastra juga terhuyung ke belakang. Membuat cowok tengil itu menubruk seorang adik kelas yang sedang membawa segelas minuman coklat.

Entah kenapa, banyak sekali jeritan yang menyambut ketika melihat kejadian itu. Padahal biasanya siswa-siswi di sekolahan tidak peduli dengan hal-hal yang sebenarnya sering terjadi di kantin itu.

Mungkin memang berbeda jika salah satu pemerannya adalah Sastra.

Dan setelah itu, yang bikin heboh adalah Sastra meminta maaf dengan lembutnya pada gadis itu.

Kantin rasanya dibakar seketika, semua siswi meleleh melihat Sastra yang langsung gesit mengantri untuk membelikan minuman pada siswi tersebut.

Sungguh, kalau saja Sabrina melihat kejadian itu. Pasti ia ikut menjerit heboh karna pelakunya adalah suaminya sendiri.

Tak hanya itu, menurut cerita Reina yang memang sering kali menyinggung Sastra adalah cowok itu beberapa kali di datangi kakak kelas sewaktu kelas sebelas.

Jaman dimana Sastra begitu populer karna sering sekali membuat ulah bersama sohib-sohibnya. Yaitu masalah rokok, kabur-kaburan di sekolah, sampai perbuatan terpuji yang bakal diingat para warga sekolah adalah buka bengkel dadakan di parkiran sekolah.

Cerita yang paling Sabrina sukai memang bengkel dadakan sekolah itu.

Cerita yang tidak pernah Sabrina duga, dan begitu membekas dipikirannya.

Pernah waktu itu, hujan turun cukup deras. Membuat beberapa area sekolah yang cukup rendah, tergenang air hujan. Salah satunya adalah tempat parkir.

Hari itu memang hari bebas, banyak anak ekskul yang bakal ngadain kegiatan di waktu itu. Meskipun semuanya batal karna hujan yang tak kunjung reda.

Sampai pada akhirnya, kira-kira empat jam setelah hujan. Sekolah yang tadinya dikhawatirkan jadi danau, perlahan mulai surut. Sastra dan kawan-kawan juga niatnya colut, karna gak betah duduk di bangku.

SABRINA & SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang