44. Boy with little girl

9.4K 539 78
                                    

Buat yang udah nunggu dengan setia dan sabar, makasih😭💕💕

Buat yang ngedm sampe marah marah, makasih.

Aku habis sakit. Maaf.

***

Aldo menunduk, menatap cewek yang sekarang tertidur pulas dibalik selimut navy, ranjang tidurnya. Raut wajah Sabrina begitu sayu, lelah dan sembab dibagian bawah matanya. Menandakan kejadian tadi begitu membuat cewek ini shock dan mengerikan.

Aldo menghela nafasnya, duduk dipinggir ranjang sembari mengusap kening Sabrina. Sepanjang perjalanan, Sabrina terlelap dalam kantuknya. Membuat Aldo tidak berani mengganggu atau pun membangunkannya. Ia juga sengaja membawa Sabrina ke rumahnya, karna rumah cewek itu begitu sepi. Tidak ada orang sama sekali. Biasanya ada Bi Lasmi, tapi perempuan paruhbaya itu tadi tidak sedang di rumah. Orang tua Sabrina lebih sering menghabiskan waktu sorenya dikantor atau dibutik yang sudah menjadi rumah ke dua mereka.

Dalam tidurnya, Sabrina mengerutkan dahinya secara tidak sadar beberapa kali, membuat Aldo miris karna kondisinya terlihat begitu buruk dan ketakutan.

Aldo menyilakan anak rambut yang mengganggu wajah Sabrina, menyingkirkan ke samping dan mengusap lembut pipi mulus gadis itu. Ia harap, cewek itu menjadi baik-baik saja setelah ini.

****

Gadis kecil yang sedang asyik duduk di teras rumah sembari membolak-balikkan buku cerita itu menjadi menolehkan pandangannnya secara spontan, ketika suara mesin mobil mati di depan rumahnya. Ia terus memandangi mobil putih yang berhenti di depan rumahnya, sampai si pengendaranya keluar.

Ia tersenyum merekah, ketika seorang cowok dewasa keluar dari mobil itu. Membuat dirinya langsung beranjak berdiri, dan terbirit membuka gerbang rumah.

"Bang Sastra!" Ujarnya sembari berlari mendekat cowok yang sudah tersenyum senang.

Sastra berjongkok dengan lutut sebelah, membuka kedua tangannya dan siap memeluk gadis kecil yang menyambut dirinya dengan teriakan yang seru.

Gadis kecil itu memeluk, menepuk-nepuk pelan punggung Sastra, dan melepaskan pelukan Sastra.

"Hai?" Sapa Sastra diselingi senyuman.

Gadis kecil berkaos garis-garis itu ikut tersenyum, tapi sedetik kemudian ia menyadari sesuatu yang janggal pada wajah kakak sepupunya, "Ini kok biru?"

Menyadari perubahan wajahnya yang penasaran, Sastra terkekeh, jari telunjuk yang mungil menunjuk pada luka di bawah bibirnya.

"Abang habis berantem?"

Sastra menggeleng diselingi senyum, "Enggak tuh. digigit tawon kali ya?"

Gadis kecil bernama Tara itu menyipitkan matanya, memandang lebih dekat pada lebam milik Sastra itu. Ekspresinya yang lucu itu membuat Sastra tertawa seraya mengacak-acak poni adik sepupunya ini.

Tara menghela nafas ringan, "Ya udah, ayo masuk bang!" Ajak Tara menarik pelan tangan kanan Sastra.

Tangan Tara begitu mungil untuk seukuran tangan Sastra, membuat gadis itu memilih menarik dua jari tangan Sastra. Terasa lucu ketika anak kecil bisa menaklukan seorang cowok yang paling sulit dikalahkan ketika bertarung seperti Sastra.

"Bentar, sayang," Ujar Sastra memberhentikan langkah Tara yang menariknya. Cowok itu membalikkan badannya, membuka pintu mobil dan mengambil dua bungkus plastik berwarna putih.

Karna sedikit menerawang, Tara tau, didalamnya ada beberapa bungkus es krim dan cokelat. Gadis kecil itu hanya berani memandang, tidak berani menanyakan untuk siapa makanan yang masuk ke dalam favoritnya itu.

SABRINA & SASTRAWhere stories live. Discover now