33. Guarding

10.3K 461 13
                                    

Aldo mengetuk-etuk jari tangannya pada meja. Raut wajahnya nampak tenang, meskipun sekilas menandakan bahwa ia sedang risau. Cowok yang menggunakan setelan hem putih yang dilipat hingga ke sikut serta celana jeans dan sepatu boot coklat itu sedang menunggu seorang gadis. Bungkusan rapi serta roti tart ukuran kecil, di taruhnya diatas meja. Tak lupa sebuah kotak kecil yang ia simpan dibalik genggaman tangan kirinya. Ia begitu menantikan kedatangan seseorang tersebut.

Ia menoleh ke luar jendela caffe, ketika seorang perempuan dengan dress selutut warna biru gerau itu turun dari sebuah mobil sport warna putih. Dilihatnya secara menelisik, mobil itu nampak tidak asing untuk Aldo. Tapi ia membiarkan pikirannnya begitu saja, dan fokusnya hanya tertuju pada gadis yang membuatnya menunggu sedari tadi. Sabrina.

****

Sastra yang sedang berdiri di depan jendela apartment, menoleh ke belakang. Dilihatnya perempuan yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan mengenakan dress selutut ditubuhnya. Rambut yang sedikit basah itu dibiarkan terurai, wajahnya masih bersih, dan belum terpoles makeup sedikit pun. Atau lebih tepatnya hanya lipbalm dan pelembap wajah. Gadis itu tidak benar-benar menggunakan make up.

Sastra mengalihkan pandangannya lagi, menghisap rokoknya lagi dan memandang ke arah luar jendela.

"Udah dong rokoknya," Cuit Sabrina ketika ia mendapati Sastra masih berdiri di depan jendela dan menikmati rokok yang entah putung ke berapa, "Udah habis berapa putung coba,"

Sastra menghembuskan rokoknya sekali. Setelah itu menitiskan ujung rokok pada asbak dan membalikkan badan. Sorot matanya memandang Sabrina yang sedang sibuk menata rambut di depan cermin berukuran besar.

"Ga usah pake make up."

Sabrina menoleh ke arah Sastra sekilas, "iya."

Gadis yang menggunakan dress selutut itu kembali menata rambutnya. Setelah rapi, ia langsung meraih lipbalm yang berada di nakas dan langsung memakainya.

"Ga usah cantik-cantik."

"Iya."

Sastra memandang sejenak ke arah Sabrina. Kemudian ia berjalan mengambil kunci, dan keluar dari kamar, "Gue anter. Ga ada penolakan." Pungkasnya.

***

"Ga usah lama-lama." Ujar Sastra sembari menatap Sabrina yang sedang melepas safebeltnya.

"Iya."

"Kalau ada apa-apa, kabarin."

"Iya." Jawab Sabrina. Gadis itu menatap Sastra dengan senyuman hangat. Membuat cowok itu menghela nafas ringan, dan mengusap puncak kepalanya, "aku turun dulu ya."

Sastra berdeham sebagai jawaban. Membiarkan perempuannya itu turun dari mobil dan pergi memasuki sebuah caffe.

Sabrina melangkahkan kakinya menuju caffe, ia melirik ke arah parkiran mobil, yang ternyata hanya ada dua buah mobil disana. Sabrina tahu, siapa pemilik salah satu mobil disana.

Gadis itu tersenyum merekah ketika mendapati Aldo tengah duduk di sudut caffe dekat jendela. Tatapannya yang terlihat fokus dan pembawaannya yang cukup tenang itu membuat dirinya terlihat berkharisma.

Lonceng tanda masuk caffe berdenting kecil. Sabrina langsung berjalan ke arah meja yang sudah ditempati Aldo. Cowok itu masih diam memperhatikannya. Tak ada kata yang terucap untuk sebuah sapaan, tapi dilihatnya Aldo tak melepas objek pandangannya. Si cowok cuek yang terkenal bermulut pedas itu menyetak senyum tipisnya.

"look perfect." Ujar Aldo ketika Sabrina sudah duduk dihadapannya.

Aldo meraih totebag yang ia letakkan di kursi sebelahnya, kemudian memberikannya pada Sabrina, "Happy Birthday."

SABRINA & SASTRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang