8. Scene Sialan

14.4K 625 79
                                    

"Happy Birthday, Aminah" lalu Sastra mengecup pelan kening Sabrina.

"Sabrina ,kak. Jangan sebutin mantan di sini," Sabrina mencubit pelan pinggang Sastra. Sastra hanya meringis pelan.

Sabrina tersenyum, tulus. Sastra menyukai itu. Sabrina bukan gadis seperti lainnya, ia tulus, polos, sederhana, tapi menggemaskan.

"Mau minta kado apa?"

"Cium"

Sastra kaget. Menjinjing alis kirinya, dan menatap Sabrina tak percaya.

"Ga boleh ya?" Sabrina mengerucutkan bibirnya, "ya udah, ganti es krim rasa coklat ya."

"Eh. Yang tadi juga gapapa." Sastra tersenyum lebar ke arah gadisnya.

"Ken-"

Cup

Perlahan, Sastra mengecup pelan bibir Sabrina. Cukup lama. Ini sudah kesekian kalinya Sastra mencium Sabrina, tapi rasanya selalu sama.

Sabrina terus memejamkan matanya. Ia tak bergerak. Nafasnya tak aturan. Detak jantungnya berdebar cukup kencang.

Ini ciuman atau gejala sakit jantung? Kok deg deg serr kaya gini.

Sabrina memundurkan wajahnya, mendorong pelan dada Sastra. Ciuman itu usai begitu saja.

Sastra menatap bingung ke arah gadisnya itu, "kenapa?"

"Setiap kali dicium kak Sastra. Rasanya deg degan." Frontal Sabrina polos.

Sastra tersenyum, Sabrina terlalu polos untuk menyatakan hal pribadi seperti ini. Tapi Sastra suka, dan apa yang dilontarkan Sabrina itu benar-benar terlihat dirona wajah Sabrina, merah muda di pipinya.

"Bibirnya gemeteran tadi," Sastra ikut-ikutan frontal. Tapi mata Sabrina malah membulat, semburat merahmuda terlihat jelas di pipinya.

"Kayanya saya nyium perempuan di bawah umur deh." Sastra menaikkan alisnya, menatap Sabrina dengan gaya sarkastiknya.

"Kayanya saya habis dicium om-om deh." Sabrina berkacak pinggang, menatap Sastra sebal.

"Om-om yang berusaha membuat gadisnya jatuh cinta?" Sastra tersenyum.

"Kalau aku jatuh cinta sama kak Sastra gimana?"

"Aku gak suka ngliat kamu jatuh cinta sama si brengsek." Aldo memekik dari ujung taman, langsung saja ia berjalan dengan mantap.

Tapi siapa sangka, kedatangannya disambut dengan tamparan keras dari Sabrina. Perih, panas dan berhasil meremukkan hati Aldo seketika.

"BANGG ALDO! BANGUNNN!!!"

Aldo langsung terbangun, kepalanya langsung pening seketika karna bangun dengan tiba-tiba. Ini karna mimpi buruk dan suara mengerikan.

Tatapan Aldo masih sedikit blur, tapi ia yakin sang empu suara tajam yang kini duduk disamping ranjangnya itu adalah adik perempuannya. Tara.

"Kenapa bee?" Tanya Aldo sabar. Ia memang selalu menjaga emosinya pada adik perempuannya yang ia panggil bee alias lebah. Menyengat namun manis. Seperti teriakannya, memekik, tapi saat Tara bernyanyi, boleh digolongkan merdu. Merusak Dunia.

"Tara pengen beli buku cerita. Temenin dong bang." Tara menyengir pada Aldo yang langsung menatap datar ke arahnya.

Enak-enak tidur, dibangunin cuman minta ditemenin beli kancil menipu buaya.

"Bukannya kemarin udah beli?" Aldo menyenderkan punggungnya pada senderan ranjang.

"Udah, tapi kemarin ceritanya tentang kelinci." Ucap Tara polos.

SABRINA & SASTRAOnde histórias criam vida. Descubra agora