5. Gadis Manis

16.1K 707 109
                                    

Lagi lagi hujan datang. Rintikan air yang jatuh ke tanah, mencuat hingga ke lantai koridor kelas. Licin. Satu kata yang tepat untuk menjelaskan pada seseorang yang melewati dengan hati hati.

Suasana sekolah cukup sepi, karna ini sudah pukul lima sore. Hanya ada beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatan eksul, rapat, les dan lain sebagainya.

Tanpa kecuali gadis manis yang duduk di bangku pinggiran koridor dengan Choco Hot Cup yang ia beli satu jam lalu. Jangan tanya keadaan minuman itu. Sudah tak seperti namanya. Mungkin bisa disebut dingin.

"Kapan hujannya reda Ya Allah." Cuit Sabrina sembari memandangi hujan yang tak kunjung menipis.

Sebenarnya, Sabrina pulang naik taksi, cuman ia tak mau ambil resiko berjalan melewati koridor yang masih dengan keadaan basah dan licin. Ia sangat menjaga kondisi fisiknya, terutama minggu minggu ini. Sebab, ia sangat menginginkan kesuksesan pentas seni teater yang akan diadakan minggu depan. Walau sebenarnya bila Sabrina menunggu hujan reda yang cukup lama, ia bisa terkena flu.

Baterai melemah. 12 persen, sambungkan pada pengisi daya.

"harus buru buru nelpon taksi nih" keluhnya.

Pada akhirnya, Sabrina memutuskan memesan taksi, walaupun melanggar ekspektasinya tadi.

Tapi, sayangnya handphonenya telah mati terlebih dahulu.

Tamat sudah.

"Aduh, gimana nih," Sabrina mulai panik. Ia melempar lempar pandangan, berharap superman datang dan mengantarnya pulang. Sebagai ojek payung.

Hujan semakin deras. Angin semakin kasar menerpa kulit yang kedinginan. Arah hujan semakin asal asalan hingga mampu membasahi apapun yang sudah dinaungi payung atau atap.

Wajah Sabrina memucat. Kedinginan dan bingung. Kaki dan tangannya bergemetar. Badannya lemas dan rasanya benar benar ingin pingsan.

Oh, ya ampun. Jangan buat sampai nginep di sekolahan.

"Aduh, gimana nih? Minta tolong kesiapa coba?" Sabrina kembali mencari cari pandangan. Dan mendapati beberapa siswa laki laki yang berjalan dari ujung koridor bergaya acak acakan, urakan dan terlihat berandalan.

"Aduh, mampus nih." Gumam Sabrina mengalihkan pandangan. Sabrina trauma bila melihat segerombolan laki laki bergaya urakan. Pasalnya, ia pernah dipalaki oleh kakak kelas laki lakinya waktu smp, hingga akhirnya ia ditolong satpam sekolahan. Itu pengalaman sangat mengerikan baginya.

Suara perbincangan siswa laki laki itu semakin mendekat, lantunan doa dalam batin Sabrina semakin dipercepat. Berharap pertolongan datang kepadanya dan dijauhkan dari yang jahat.

Tolongin saya, Dewi Fortunaa..

"Hei." Sapa laki laki yang mungkin, dan pastinya adalah beberapa siswa tadi yang bergaya acak acakan. Mau tidak mau, Sabrina memutar kepalanya ke sumber suara.

Betapa beruntungnya, semua laki laki itu dikenali Sabrina.

"Kak Zafar... , Kak... Adim, Kak..Gio.. Hai.." Sabrina mengabsen laki laki yang bergaya acak acakan dan tadi membuatnya ketakutan.

"Nunggu apaan?" Tanya Adim meramah sambil duduk di sisa bangku Sabrina.

"Tadi mau nelpon taksi, tapi handphonenya keburu mati. Ya udah nunggu keajaiban." Jawab Sabrina dengan senyuman yang berkesan sangat lucu dan super cute.

"Ya elah" jawab Zafar dan Adim bersamaan. "Ya kali kamu mau nungguin keajaiban" lontar Zafar menahan rasa gemesnya pada gadis polos seperti Sabrina.

SABRINA & SASTRAWhere stories live. Discover now