16. Niat Bolos

13.6K 566 31
                                    

Waktu menunjukkan pukul lima pagi. Dan gadis dengan rambut ikal terurai masih saja bergulat dengan ranjang, selimut, bantal dan guling serta suasana Sleepable.

Jam weker yang ia atur kemarin malam, sudah hampir tiga kali berdering ulang. Namun sayangnya, Sabrina terus mengulur waktunya dan memperpanjang masa tidurnya.

Baginya, pagi adalah momen yang sulit untuk lepas dari selimut.

Rasa pipi Sabrina sedikit menghangat, ketika sebuah tangan mengelus pipinya yang sering memancarkan rona merah muda, kini disentuh dengan lembutnya.

Ia sedikit mengulat ketika tangan tersebut mengusapnya dengan penuh kelembutan.

"Sabrina,"

Panggil seseorang yang duduk di tepi ranjang dan masih menempelkan tangannya di pipi Sabrina.

Dengan kantuknya, Sabrina membuka matanya dengan malas

Betapa terkejutnya ia mendapati laki-laki dengan seragam osisnya tanpa dasi berada di kamarnya.

"Kak Sastra sejak kapan di sini?!"

Sastra menyincingkan alisnya,

"Ih! Cowok mana boleh masuk kamar cewek!"

Sepertinya gadis ini lupa.

"Kemarin-kemarin yang tidur di kamar gue, siapa kalo bukan lo?"

Errrhh.....

Oiya.

Sabrina menghela nafas, merubah posisinya menjadi duduk,

"Masih ngantuk,"

rengeknya sambil menaruh kepalanya di dada bidang Sastra, "Kakinya juga masih sakit."

Sastra diam, gadis ini ternyata lebih menggemaskan daripada biasanya.

Sabrina melingkarkan tangannya ke pinggang Sastra, dan menenggelamkan wajahnya pada dada bidang Sastra, yang ternyata bisa dibilang pelukable.

"Ngantuk," Eluhnya lagi sambil menggulat dalam pelukannya.

Sastra tetap dalam posisinya. Duduk dan memandangi gadis manjanya secara intens.

"Cepetan mandi." Ketus Sastra.

Sabrina mendongakkan wajahnya ke arah Sastra, "Dingin," rengeknya.

Sastra memasang wajah datarnya, "Pake air panas."

"Nggak seger," Eluhnya lagi.

Ck! Ini cewek maunya apa coba

"Terus mau lo apa? nggak mandi?"

"Ih, nggaklah. Masa cantik-cantik bau." Sabrina protes.

Emang kadang wanita itu sulit dimengerti.

Sastra menghela nafas, "Gue mau turun." Ucapnya serius. "Terserah lo mau mandi atau nggak. Seragam sama buku ada dalem tas."

Sabrina tersenyum manis, "Makasih ya sayang."

Cup

Satu ciuman mendarat tepat di pipi Sastra. Entah kenapa Sabrina yang menciumnya, tapi ia sendiri yang bergejolak hatinya.

Sastra menoleh ke arah Sabrina dan menatap bingung ke arah gadis polosnya.

Rona pipi Sabrina mulai berganti merah muda, ia juga memasang senyum jahilnya ke arah suami dinginnya.

Sabrina menaik turunkan alisnya.

"Kenapa lo nyium gue?" Tanya Sastra biasa saja tapi aslinya terkejut luar biasa.

SABRINA & SASTRAWhere stories live. Discover now