29. Hari bersamanya

11.8K 724 16
                                    

Wattpad ku kemarin errorzz😩

Tapi Diriqu tidak menyangka loh kemarin. Kalyan vote begitu cepatnyaa😗

Terkenyoed diriqu😙

Happy reading!

***

Sabrina memandang tenang ke luar jendela, matanya menilisik satu persatu bangunan di luar sana. Ia tersenyum kala angin mengusap perlahan pipinya. Rambut yang ia urai itu perlahan mulai berterbangan dibawa angin, menambah kesan kesejukan bagi yang melihatnya.

Tubuhnya mendadak terasa hangat ketika tangan yang mengulur lembut mendekapnya, puncak kepalanya juga terasa dikecup penuh rasa oleh cowok dibelakangnya. Ia kaget, tapi ia tak mau menunjukkannya, karena saat ini rasanya begitu nyaman. Dan tak mau untuk kehilangan.

Matanya terpejam untuk sesaat, menikmati hembusan angin yang membawa rasa kantuk pada dirinya. Hingga sebuah pengakuan dari mulut cowok di belakangnya ini membuat jantungnya berdegub lebih kencang,

"Kayanya gue suka sama lo."

Kalimat yang mampu membuat Sabrina berhenti nafas untuk beberapa detik. Hatinya terenyuh, membuat perlahan bibirnya naik tersenyum.

Sastra membalikkan tubuh gadisnya dengan perlahan, mendapati pipi Sabrina bersemu merah muda serta senyuman manis yang tercetak diwajahnya. Membuat ia mau tak mau tertular senyuman.

"Tadi bilang apa? Ga denger." Tanya Sabrina diselingi nada sedikit menggoda.

Sastra menyentuh puncak kepala Sabrina. Menatapnya penuh teduh, dan terlihat seperti mengulangi kalimatnya tadi dengan nada lebih mendalam. Itu ekspetasi Sabrina. Nyatanya cowok itu mengatakan hal lain, yang sama sekali tidak ia duga.

"Ketiak lo bau comberan." Jawab Sastra.

Sabrina terperangah, matanya melotot. Tangannya siap-siap menyerbu, mencubit seluruh tubuh Sastra. Tapi cowok itu tertawa, kemudian membawanya kedalam pelukannya.

"Jangan marah, sayang—" Ucapnya lembut. Membuat senyum Sabrina kembali mengembang.

Nada lembut Sastra berubah, menjadi sebuah ledekan "—Iya, sayangnya badan lo bau."

"BISA GAK SIH ROMANTIS DIKIT?!" Seru Sabrina langsung menghadiahi tubuh Sastra dengan cubitan kecil dipinggang. Sastra tertawa, gadisnya itu jadi seperti seorang pemarah saat ini

***

"Mau makan apa?" Tanya Sastra memandang gadis yang sedang duduk dihadapannya sambil membolak-balikkan buku menu.

Sabrina mencari-cari sebuah menu favoritnya. Es krim. Jelas, gadis itu selalu menyerbu es krim dengan varian apapun setiap mampir di caffe atau sebuah restoran. Baginya, es krim adalah bagian dari sesi makannya. Ia tersenyum ketika mendapati sebuah gambar es krim yang terpampang nyata di halaman terakhir menu.

Gadis itu mendongakkan kepalanya, mengerjapkan matanya beberapa kali dan memandang ke arah Sastra yang juga menatapnya seperti biasa.

"Es krim ya." Ucap Sabrina dengan nada meminta.

"Iya tau, sekarang makannya mau apa?" Tanya Sastra sabar.

Sabrina menggeleng, "Ga mau. Masih kenyang."

Sastra menghela nafas, bagaimana bisa gadisnya ini mengaku kenyang padahal ia tadi bertemu dengan teman sekelasnya, Wina, ke kantin dengan tujuan membeli makanan. Tapi malah berakhir menemuinya di apartment. Ya, Sabrina sempat menceritakan bagaimana bisa ia mengetahui keadaan Sastra.

SABRINA & SASTRAWhere stories live. Discover now