4. Sweet day

17.5K 758 154
                                    

Malam ini begitu dingin. Hujan mengguyur Kota Jakarta. Kilatan kilatan cahaya menakuti makhluk yang bernaung pada langit mendung yang gelap.

Sabrina sibuk dengan pr dan tugasnya yang menumpuk di depannya.

"Ah, sulit amat sih!!" Pekik Sabrina sembari menjambak jambak rambut curlynya,

Knop pintu menurun, Sastra berniat memasuki kamar bernuansa putih biru. Mendapati tingkah konyol istrinya itu, Sastra hanya mematung dan mengernyitkan alisnya.

"Heh Siti!" Tegur Sastra yang berdiri tegap diambang pintu dengan lipatan tangan di dada bidangnya,

Sabrina terhenti, melepas jambakannya dan menengok ke sumber suara. Mendapati gaya sok ganteng Sastra, Sabrina hanya melirik sadis ke arahnya.

"Tadi pagi kak Sastra panggil aku Aisyah, terus Widi, sekarang Siti, kemarin Rahma, kemarinnya lagi Diana. Emang besok mau manggil apa!?" Tanya Sabrina dengan wajah polos namun sok menantang.

"Bawel. Turun gih lo! Bantuin mama masak!" Perintah Sastra yang masih awet dengan gaya coolnya.

"Mama nyuruh aku bantuin masak?" Sabrina menampakkan wajah polos, menahan suatu perasaan hingga nadanya mulai melembut.

"Engga disuruh. Gua yang nyuruh lo." Ujar Sastra, memasuki kamar dan berjalan menuju balkon.

Dari balkon, pemandangan perumahan komplek sangat disuguhkan khusus untuk Sastra. Pasalnya rumah Sastra letaknya strategis.

Sabrina yang diminta untuk memasak, hatinya berlonjak kegirangan. Baru kali ini dia disuruh masak, biasanya dulu ia hanya diperbolehkan mencuci piring.

"Asyiikkk!!" Teriak Sabrina kegirangan.

Sastra yang nyaris membakar rokoknya, terhenti dan langsung membalikkan badan, ia berniat menegur Sabrina karna teriakannya tetapi Sastra malah mendapati Sabrina yang berjoget joget tak jelas. Entah mengapa, Sastra jadi enggan memarahinya untuk saat ini.

Dasar cewe aneh

Setelah Sabrina keluar dari kamar, Sastra segera membakar rokoknya, menikmatinya.

Udara dingin kali ini memang sangat mendukung untuk merokok. Hangat. Ditambah lagi pikiran kacau yang sedang mengendap diotak Sastra, ia semakin candu pada rokoknya.

Dua batang rokok telah Sastra habiskan. Ia kembali memasuki kamarnya dan menutup pintu balkon. Ia merasa cukup untuk kehangatan dari rokoknya. Ia melirik meja belajarnya yang sekarang sedang berantakan.

Buku-buku bertebaran, pr dan tugas masih kosong tanpa jawaban. Walaupun Sastra seorang badboy, ia tetap merasa risih pada hal hal yang berantakan.

"Bangke, berantakan amat sih itu anak." Gumamnya sambil menata buku buku milik Sabrina.

Sembari menata buku buku Sabrina, matanya tertuju pada tulisan kecil di akhir halaman. Tertulis huruf huruf anggun menghiasi halaman belakangnya.

Aldo

Sabrina

Aku cinta Aldo, karna Aldo sering bantuin aku ngerjain pr
Hehe

Sastra hanya mengernyitkan alisnya, senyuman tipis membentuk wajah tampannya setelah membaca tulisan tersebut.

"Norak." Gumam Sastra dengan senyuman miring.

****

Suasana makan malam kali ini cukup menyenangkan bagi Rima-mama Sastra. Bagaimana tidak? Putra sulungnya kembali hadir dalam rumah setelah satu minggu yang lalu telah dinyatakan lulus kuliah dengan nilai cumlaude.

SABRINA & SASTRADonde viven las historias. Descúbrelo ahora