1 - Gasta

1K 54 18
                                    

"Go Gasta goooo!!! Yaaaaay!!!" terdengar sorak sorai para remaja perempuan dari sudut lapangan. Perhatian Feliz tersita. Dari balik jendela kantor guru, Feliz mengintip apa yang terjadi di luar. Merekahlah senyumnya. Tampak sekumpulan siswa sedang berolahraga, yang mana salah satunya adalah adiknya.

Jam masih menunjukkan waktu istirahat. Masih ada 10 menit lagi untuk dihabiskan. Istirahat selama 20 menit, bagi anak SMP sudah jauh lebih dari cukup. Tak ayal jika Gasta dan kawan-kawannya memilih bermain basket dengan santainya di lapangan. Gasta yang memang anggota tim basket sekolah, selalu excited saat ada yang mengajaknya bermain.

Feliz keluar kantor. Dia berniat menonton adiknya dari pinggir lapangan, di depan kantor guru. Gasta sangat bangga mempunyai kakak seperti Feliz, begitu juga sebaliknya. Feliz ramah, murah senyum, serta gokil dan tidak jaim. Tidak jauh berbeda dari Gasta. Saat awal masuk SMP saja, dengan bangganya Gasta selalu bercerita kepada teman-temannya, "Kakakku ngajar di sini. Namanya Feliz. Guru Bahasa Inggris." Hingga dalam kurun waktu kurang dari seminggu, seluruh warga kelas 7 saat itu sudah mengetahui bahwa Feliz adalah kakak Gasta.

Hoop! Bola yang dishooting oleh Gasta meluncur ke dalam ring dengan mantap.

"Yaaaaay Gastaaaaa! Keren!" sorakan cewek-cewek di tepi lapangan itu kembali terdengar. Gasta senyam-senyum. Kepalanya menyapu penjuru lapangan, dan ketika dia sadar bahwa Feliz sedang melihatinya bermain, dia melambaikan tangan ke arahnya.

"Well done!" puji Feliz setengah teriak, jempolnya diacungkannya tinggi-tinggi ke udara. Gasta tampak tertawa. Feliz yakin, semua orang suka melihat tawa Gasta. Tawanya hangat, dengan kedua mata yang menyipit. Membuat semua orang ingin memeluknya.

Teriakan-teriakan kembali terdengar di lapangan. Feliz tetap mengawasi. Sesekali dia tertawa kecil saat Gasta mengece lawannya. Gasta itu, meski keren, good-looking, dan manis, dia tidak pernah jaim atau sok cool. Itu yang membuatnya makin disukai oleh banyak siswa lain, terutama siswa perempuan.

"Idola banget ya dia." sebuah suara mengagetkan Feliz.

Feliz menoleh. "Oh, hahaha. Gitu deh." sahutnya ringan.

"Pasti banyak cewek yang suka, tuh."

"Hahaha. Bisa aja kamu, Bas." timpal Feliz lagi.

Baskara. Salah satu guru di SMP ini yang seumuran dengan Feliz. Yang juga good-looking seperti Gasta. Yang banyak yang bilang kalau dia mirip Dimas Anggara, pemain sinetron Love in Paris itu. Seorang guru bahasa Jerman, sehingga dia dipanggil "Herr Baskara" oleh murid-muridnya. Herr itu sebutan untuk "Pak" dalam bahasa Jerman.

"Yakin deh, pasti yang suka ama dia, nih ya, kalo disuruh baris, panjang antriannya ngalah-ngalahin antrian tiket bioskop hari Minggu jam 11 siang." celetuk Baskara yang lagi-lagi disahuti oleh tawa Feliz.

"Hihihi. Ya gitu deh. Ya, namanya juga ABG. Keren dikit, banyak yang ngefans." tukas Feliz.

"Sama kaya kakaknya dong ya?" tanya Baskara, menggombal. Alis Feliz terangkat. "Excuse me?"

"Iya. Kakaknya si Gasta. Pasti juga banyak yang ngefans."

Ah. Feliz tersipu, namun tak ambil pusing. "Oh, ya jelas dong. Banyak yang ngefans. Kamu, contohnya." Feliz balas menggombal, sambil mencolek pundak Baskara.

"Ah, kalo aku sih ga ngefans. Tapi... Cinta."

Feliz memicingkan matanya, namun dengan senyum. "Cinta Laura? Hahaha."

"Nein. Liebe, schatz. Liebe!" tukas Baskara dalam bahasa Jerman.

"Ahahaha apaan artinya? I don't understand, Sir!"

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now