63 - Rapuh, Tumbang, dan Terinjak

118 12 11
                                    

Memanggil semua sobat masokis dan sadiskuuuuu...!

Setelah sekuat tenaga berusaha meracik cerita yang berbumbu siksa siksaan, terciptalah part ini...

Maaf buat yang kemaren aku PHPin pake part mulus wakakakak sekarang nihhh mamam nihhh buah sadismku!

***

Setelah selebrasi-selebrasi singkat yang disaksikan oleh Aimee dan Feliz dari atas tribun, Gasta mengemasi barangnya di ruang ganti. Mengganti jerseynya dengan T-Shirt abu-abu dan jaket hitamnya. Selepas say goodbye pada beberapa temannya, Gasta melenggang keluar arena.

Di luar, Feliz dan Aimee sudah menunggu. Ada juga beberapa supporter dari sekolahnya, adik-adik kelasnya, yang memandangi Gasta dari kejauhan, lalu berbisik-bisik, mungkin membicarakan Aimee yang sudah menunggunya.

"Heiiii, good joooob!" teriak Feliz saat melihat Gasta berjalan ke arahnya, sambil merentangkan tangannya lebar-lebar, bersiap memberi pelukan pada Gasta. Namun Gasta tidak memburunya. Dia malah menghambur pada Aimee untuk mengajaknya high five.

Feliz memutar bola matanya ketika mereka berdua tertawa melihat Feliz tengah diabaikan. "Nakal ya. Kakak jitak juga nih." Feliz mendaratkan jitakannya ke puncak kepala adiknya. Tawa Gasta kian melebar.

"Katanya rapat? Ini juga. Katanya ngga bisa dateng." celetuk Gasta sambil menarik hidung Aimee dengan manja. Mata Feliz membulat dengan alis sedikit berkerut melihat kenekatan adiknya, sedangkan Aimee hanya tertawa.
"Ngga jadi. Setelah aku pikir-pikir, mending nonton kamu. Miss Feliz juga katanya bolos rapat." terang Aimee, mengerling ke arah Feliz. Feliz menimpalinya dengan senyum.

"Gaya banget yang ngeshoot bolak-balik. Untung kita dateng ya Miss? Coba ngga, kalah kali kamu." celetuk Aimee kemudian.

Gasta tertawa sekali lagi, mencerna ucapan Aimee yang baginya memang ada benarnya. Tiba-tiba, senyumnya sirna seketika seiring datangnya rasa sesak yang menyerang dadanya begitu saja. Disusul rasa pening dan mata berkunang-kunang serta rasa panas yang menyeruak di kerongkongannya. Gasta tersentak kaget, menjatuhkan tas basket dari genggamannya, lalu berlari ke sudut taman.

Di sana, Gasta meludahkan isi mulutnya. Rasa panik melanda benaknya. Level kepanikannya bertambah saat mendapati bahwa yang keluar dari mulutnya barusan adalah cairan berwarna merah yang ternyata darah.

Rasa panas itu menyeruak lagi. Kali ini dia reflek berjongkok. Gasta memejamkan mata saat cairan itu meluncur melalui kerongkongannya. Satu tangannya memegang tembok sedangkan satunya lagi menahan tali jaketnya agar tidak menjuntai dan terkena darahnya.

Sedangkan Aimee dan Feliz? Mereka hanya bisa berdiri terpaku di tempat mereka tadi. Seakan beku melihat pemandangan tersebut.

"Gasta!" pekik Aimee setelah terperangah selama lima detik. Dia berlari menghampiri Gasta. Feliz turut menyusul sambil menenteng tas basket Gasta, lalu menepuk-nepuk punggung Gasta yang kini terbatuk-batuk hebat.

"Mee, jangan kesini!" desis Gasta lirih di tengah batuknya. Langkah Aimee terhenti. Aimee seperti sedang menonton film thriller. Dia benar-benar membeku. Tak pernah sebelumnya dia melihat darah sebanyak itu. Darah yang mengalir deras dari mulut Gasta.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now