29 - Baskara VS Feliz

110 12 3
                                    

Feliz masih tidak menyangka-nyangka.

Tidak menyangka bahwa Deon, muridnya, teman adiknya, telah pergi meninggalkan dunia.
Tidak menyangka bahwa Aimee, salah satu murid kesayangannya, telah dengan tega menampar adiknya.
Tidak menyangka bahwa Gasta, adik semata wayangnya, telah dituduh seakan-akan dia adalah penyebab kematian Deon kali itu.

Tadi dia datang melayat Deon. Dilihatnya Raymond di sana, bersama seorang wanita paruh baya, yang menangis sesenggukan di dekapannya dan disinyalir adalah mama mereka. Raymond terlihat lesu; dengan tatapan kosong dan mata memerah, entah sudah atau hendak menangis.

Feliz tidak sempat bertemu Raymond secara langsung, namun bukan berarti Raymond tidak melihatnya. Raymond melihat Feliz dari kejauhan, dan dia juga melihat betapa Baskara selalu ada di sampingnya. Yang diam-diam, membuatnya bertanya-tanya soal ada apa di antara mereka berdua.

Feliz mencoba me-Whatsapp Raymond.
"Ray, sorry tadi ngga sempet ketemu. Deep condolence yah atas kepergian adek. Kamu yang kuat, yang tabah. Everything's gonna be just fine. Kalo ada apa-apa kamu boleh kok ngontak aku. InsyaAllah I'll be there for you."

Feliz lalu berdecak sendiri, "Kenapa kata-kataku seperti itu ya?"

Tak lama kemudian, sebuah balasan datang dari Raymond.
"It's OK. Aku liat kamu, kok. Sama guru cowok kan? Itu ya, yang pernah kamu ceritain? Pacar kamu itu?"

Membaca itu, Feliz memilih untuk tidak menjawabnya.

***

Suatu siang yang cerah, Feliz sedang menyelesaikan entry nilainya di kantor guru. Tiba-tiba sebuah pesan masuk.
Raymond.

"Fel, sore ini ketemu bisa? Setres aku rasanya, Fel."

Senyum Feliz terkembang, sekaligus merasa iba. Raymond pasti depresi, begitu pikirnya. Kehilangan adik semata wayang rasanya pasti sungguh menyakitkan. Apalagi, mereka hanya tinggal berdua dan kali ini, harus tinggal sendiri.

"Okay. Dimana?" balas Feliz.

Satu hal yang tidak diketahui Feliz, yakni, Raymond diam-diam merasa hangat saat membaca balasan dari Feliz tersebut.

***

Di sinilah mereka. Ya, Feliz dan Raymond. Di sebuah kafe salah satu mal besar. Feliz dan Raymond yang masih dikekang kecanggungan.

Raut Raymond sendu. Masih terbayang di benaknya saat-saat terakhir bersama Deon. Deon yang sudah jarang bicara, selalu murung, bahkan marah-marah tanpa sebab. Semua itu dia ceritakan pada Feliz. Yang mana bisa Feliz simpulkan bahwa kondisi Deon yang seperti itu adalah akibat Gasta.

"Hey." ujar Feliz menyentuh punggung tangan Raymond. "It's OK. Ada aku." senyumnya terurai. Raymond balas tersenyum.

"Masih ga nyangka aja." sahut Raymond lirih. "Tapi ya, gimana lagi. Takdirnya. Udah waktunya. Masa tenggangnya abis." imbuhnya, diiringi tawa. Feliz balas tertawa.

Binar mata Feliz seakan membangkitkan semangat Raymond untuk selalu menatap ke depan. Feliz tak henti-hentinya menyentuh tangan Raymond, menepuk-nepuk pundaknya, dan menggenggam jemari Raymond tanpa sadar, terutama saat memotivasi Raymond dengan kata-kata penyemangatnya.

Tiba-tiba pandangan Raymond terarah pada belakang Feliz, seperti menyaksikan sesuatu.

"Wow." sebuah suara pria mengagetkan Feliz. Feliz mendongak ke arahnya.

"Baskara???"

Ada hening yang panjang.

Baskara menatap Feliz dengan tatapan datar. Ujung bibirnya terangkat, pertanda kata-kata busuk siap meluncur dari bibirnya.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now