8 - Gasta Dimusuhi

180 24 0
                                    


Semenjak Aimee bercerita soal dirinya yang membutuhkan sosok yang selalu 'ada' untuknya, Gasta makin yakin untuk merebut Aimee dari Deon. Busuk memang, namun Gasta tidak ingin kehilangan kesempatan. Lagipula, sudah seminggu Deon dirawat di rumah sakit, dan berdasarkan pengakuan Aimee, Deon jarang sekali menghubunginya. Bukankah itu suatu kesempatan emas? Bodoh sekali jika Gasta sampai melewatkan Aimee saat ini.

Menurut Gasta, Feliz tak perlu tahu rencananya ini. Cukup soal perasaan Gasta yang menggebu pada Aimee saja yang perlu Feliz ketahui. Selebihnya, baiknya tidak. Jelas Feliz akan berceramah soal etika berpacaran dan berteman, belum lagi jika ada hukuman bagi Gasta yang akan membuatnya tidak nyaman dan menghalangi jalan menuju Aimee.

Kealpaan Deon secara tidak langsung mengubah Aimee menjadi ignoran pada orang lain, terutama pada Deon. Sosoknya yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang - yang biasa dia dapatkan dari Deon - menjadi target yang empuk bagi Gasta. Hujan perhatian dan limpahan perlindungan dicurahkannya pada Aimee. Aimee yang lugu, tidak menyadari hal tersebut, sehingga sedikit demi sedikit, kehadiran Deon dihidupnya mulai terabaikan. Kisah asmara anak SMP, baiknya dimaklumi saja.

Berbeda dengan Feliz dan Baskara. Meski hampir tiap malam Raymond mengajaknya berbincang melalui Whatsapp, Feliz tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Dia lebih memilih Baskara. Karena, di alam bawah sadarnya, ada bekas luka yang tidak pernah bisa hilang yang ditorehkan oleh Raymond. Belasan tahun lalu itu.

"Fel, cowok kamu yg guru itu kan?"

"Bukan cowok sih. Ga jadian kok. Tapi ya gitu, deket."

"Kenapa ngga jadian ajah?"

"Kalo putus ngga enak. Kan rekan kerja."

"Ya jangan ampe putus. Orang udah gede juga. Terus, kalian berdua udah pernah ngungkapin perasaan masing-masing?"

"Lewat kata-kata, gitu maksudnya?"

"Yap. Pernah ngga?"

"Dengan action kan juga bisa. Action speaks louder than words kan? Harus yah pake bilang 'I love you' gitu?"

"Mmm, kalo bisa sih iya, kan buat memastikan. Kalo ternyata cuma bapernya masing2 gimana? Lagian kenapa sih kok ngga saling ngungkapin, gitu?"

Feliz skeptis dengan pertanyaan Raymond kali ini. 25 years old man dan masih membahas cinta yang harus diungkapkan? Grow up, man!

"Mau tau kenapa? Aku trauma, takut ditinggalin setelah aku ngungkapin perasaanku." Feliz membuat jawaban yang sangat menusuk.

Hati Raymond terkulai lemas. Setengah mati dia merasa tersindir dan tertohok setelah membaca ucapan Feliz.

Suatu sore, di akhir minggu, Gasta dan Feliz bersantai ria di teras rumah, sambil menikmati secangkir teh dan sepiring kukis coklat. What a quality time, menurut Feliz. Itu adalah saat yang tepat untuk bertukar pikiran dan cerita dengan Gasta, ajang mengevaluasi diri dan hal-hal yang berkenaan dengan aspek kehidupan lainnya satu sama lain.

"Kak, aku makin deket lho ama Aimee." beritau Gasta. Bangga dan senang.

"Oh ya? Waaah. Eh, tapi inget batasannya kan?"

"Inget dong. Lagian kan cuma temen kita. Bener kata kakak. Kalo kita beneran sayang, bisa deket ama dia aja udah bikin kita bahagia ya." tutur Gasta.

"Tuh, bener kan." ujar Feliz. "Deon masih dirawat ya?"

Gasta angkat bahu. "Aimee udah jarang bahas Deon."

Alis Feliz terangkat, lalu dia menyeruput tehnya yang masih hangat.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now