6 - Menemani Hati

172 19 4
                                    

"Fel, ini Raymond. Save yah :)"

Feliz tersenyum saat membaca pesan Whatsapp dari Raymond. Tapi kedewasaan yang tertanam di hatinya, mau tak mau, membuatnya menganggapnya biasa saja.

Siang ini, Feliz berencana menengok Deon bersama Aimee. Kemarin Aimee yang mengajak.

"Tar ikut nggak?" tanya Feliz pada Gasta saat sarapan.

"Kemana?"

"Jenguk Deon."

"Ogah ah. Males"

"Ya udah, kakak berdua doang ama Aimee kalo gitu."

Gasta tercekat. "Eh gak jadi males kalo gitu."

"Yeeee, modus. Ada Aimee aja semangat."

"Pasti lah. Ikut ya? Ya? Ya?"

"Tadi katanya males?"

"Kalo ada Aimee ya semangat dong."

"Dasar lover boy!" Feliz menarik hidung Gasta.

Di sekolah, Gasta menghampiri Aimee yang lagi asyik bercanda dengan gengnya. Geng Aimee ini geng populer di sekolah. Ada Rinka, Nirma, Stella, dan Shaci. Mereka semua ibarat bidadarinya kelas 8A. Selain good-looking, mereka juga berprestasi. Terutama Aimee, yang selalu masuk 3 peringkat besar di kelas, sama halnya dengan Gasta.

"Hei. Ciye, yang udah happy." Gasta menggoda Aimee.

"Iiih apaan sih. Eh, aku ntar ama Miss Feliz mau nengokin Deon loh."

"Udah tau. Aku ikut ya ntar. Diajakin kakak nih." ujar Gasta sedikit berbohong.

"Siiip."

Bel pulang sekolah yang dinanti-nanti akhirnya berdering juga. Feliz bersiap menjemput Aimee ke kelasnya, ketika baru saja dia ingat bahwa Gasta juga ingin ikut. Kebingungan melandanya.

Belum juga Feliz sampai di kelas Gasta dan Aimee, mereka berpapasan di depan kantor.

"Hei. Kita naik angkot aja ya, bertiga?" saran Feliz.

"Mmm, saya aja Miss yang naik angkot. Gasta ama Miss Feliz naik motor aja kaya biasanya." tolak Aimee halus.

"Lah, ya nggak dong. Kamu ngapain naik angkot sendiri. Kan aku bisa temenin." tukas Gasta.

Feliz jadi bingung. "Udah, kakak ikut naik angkot aja deh."

"Ya ngapain, Kak? Ntar kakak balik lagi kemari, ribet kan? Mending kakak naik motor. Biar nggak bolak-balik lagi. Aku ama Aimee aja naik angkot." kilah Gasta.

"Aduh... Aku jadi merasa bersalah." celetuk Aimee, sedikit tertawa.

"Udah. Aku ama Aimee naik angkot. Kakak bawa motor. End of discussion." Gasta mengakhiri dengan tegas.

Melihat itu, Aimee terenyuh. Semakin terkagum-kagum pada Gasta, teman sekelas yang diam-diam menaruh rasa padanya ini. Feliz tersenyum. "Iya, iya. I know you so well kok." Feliz meremas kedua pipi Gasta dengan tangan kanannya. Gasta mendengus kesal. "Ya udah, kita berangkat ya Kak."

"Sip. Tau rumah sakitnya kan? Lantai 3, hortensia 2." beritahu Feliz.

Sepeninggal Gasta, senyum Feliz kian lebar.

"Dasar Gasta. Kalo modus mah gesit banget." gumamnya sambil memasang helm.

***

Kamar Hortensia 2.

Kondisi Deon sudah lebih baik. Kali ini Deon hanya ditemani sepi. Dia tidak harus berbagi kamar dengan orang lain karena kamarnya masuk kategori first class. Keheningan kamar itu sebenarnya membuatnya risau dan merindukan sosok-sosok yang dulu selalu ada untuknya, namun sekarang telah tiada. Mungkin ada, namun tak lagi untuknya.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now