18 - Tapi Dia Masih Aimee

134 13 7
                                    


Sudah banyak yang tahu bahwa Gasta termasuk siswa yang kompeten di kelasnya. Masuk kelas unggulan, selalu peringkat lima besar. Namun Gasta bukanlah anak yang seratus persen dsiplin untuk masalah pelajaran. Kadang dia mengerjakan PR di sekolah, kadang minta fotoin tugas Azhar terus kirim lewat chat, tergantung moodnya.

Berbeda dengan semalam. Entah mengapa mood Gasta sedang baik untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Alhasil dia tidur pukul 12.00 malam dan akhirnya bangun kesiangan.

Tiba di sekolah, Gasta berjalan dengan tergesa-gesa. Tiba-tiba muncullah Aimee di sisinya. Dia juga baru datang.

"Hey. Bareng yuk." sapanya riang, seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya antara mereka.

Gasta tersenyum saja. Dia berjalan beriringan dengan Aimee. Ya, Aimee yang masih dicintainya. Yang masih berdiri manis di hatinya. Yang namanya masih menyejukkan jiwanya.

Sesampainya di kelas, mereka berdua disambut dengan tatapan-tatapan aneh seluruh teman sekelasnya.

"Nah, ini nih orangnya!" celetuk Marco saat Gasta masuk. Aimee memasang wajah tak mengerti, begitupun Gasta.

Aimee menoleh ke papan tulis. "Baca noh!" ujar Tofan pada Gasta.

Di papan tulis putih itu, terdapat tulisan dari spidol yang berbunyi sangat menyakitkan,

GASTA TUKANG SEROBOT
BERANINYA CUMA NIKUNG, MODAL TAMPANG TENGIL DOANG
MATI AJA LO, DASAR ANJING!

Gasta terpaku menatap sumpah serapah tanpa pengirim itu.

"Apa'an siiiiih!" teriak Aimee. Dengan sigap dia mengambil penghapus papan tulis dan mulai menghapus tulisan tersebut. "Brengsek banget tau nggak! Berani-beraninya nulis yang kaya gitu!" umpatnya sambil terus menghapus.

Sementara itu, seluruh siswa yang ada di kelas 8A merasa heran, namun mengekspresikannya dengan berbagai macam tingkah. Ada yang menertawakannya, ada yang bersiul menggodanya, ada pula yang nyinyir dengan mulut kotornya. Aimee terus menghapus sambil ngedumel. Sementara Gasta, berdiri mematung tanpa kata menyaksikan tindakan epik Aimee.

"Siapa yang nulis, hah? Ngaku gak! Gue laporin ke BK nih ya kalo diem semua! Ngaku!" Aimee mengamuk seperti kesetanan. Gasta tetap terdiam di dekat pintu kelas.

"Yang diteror Gasta, kok yang sewot elo sih Mee?" celetuk Arsyil, menyindir. Langsung saja ruangan kelas 8A dipenuhi riuh rendah cibiran siswanya.

"Jangan-jangan... Lo ngerasa ya Mee?" tandas Tofan, diiringi lirikan jahilnya. Aimee menelan ludah, salah tingkah.
"Denger ya, kalian. Kalo sampe gak ada yang ngaku, bakal gue laporin ke BK. Ngaku gak!" pekiknya, menunjuk satu-persatu temannya.
"Woles kali Mee, kan Gasta yang diteror!" cetus Lefina, menahan tawa. Wajah Aimee terarah padanya.
"Diem lo." Aimee berhenti sebentar. "Semua yang berani-berani nyakitin Gasta, urusannya ama gue!" lanjutnya, menepuk dada.

Gasta tak bisa apa-apa selain berdiri mematung di tempat yang sama tadi, sambil menggerayangi sosok Aimee dengan kedua biji matanya. Kakinya terasa lemas, apalagi lidahnya. Namun ada rasa hangat mengalir di dadanya.

Aimee, seberharga itukah aku di matamu?

Kelas mendadak hening sejenak.
"Ngaku gak!" bentak Aimee, kembali beraksi.

Gasta jadi merasa tidak enak pada Aimee, apalagi teman-teman sekelasnya. "Mee, udah Mee. Nggak papa." ujarnya menahan Aimee.
"Apa lo!" teriak Aimee pada Caecil yang menatapnya tak suka. "Oh, gue tau." Aimee berjalan ke meja Danes. Mata Gasta terbelalak.
"Pasti ini perbuatan lo, kan! Ngaku gak!" bentaknya keras pada Danes. Jelas Danes naik darah. Wajah Danes berubah masam. Tidak terima, dia berdiri menantang Aimee. Gasta, masih dengan tas menempel di punggung, dengan sigap membuntuti Aimee.
"Heh, jaga ya mulut lo. Jangan asal nuduh. Kampret lo!" gertak Danes.
"Alah, ngeles segala. Lo masih marah kan ama Gasta? Jadi ini pasti perbuatan lo!"
"Mee, udah!" Gasta kembali menahan Aimee.
"Mana buktinya hah?" tandas Danes.
"Gak perlu bukti. Siapa lagi coba kalo bukan lo?"
"Bukan gue, njir! Gue baru dateng!"
"Alaaaaah!"

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now