4 - Yang Telah Lama Hilang

198 22 8
                                    

Masuk juga akhirnya ke kelas 8H.

Kelas yang selalu banyak ramainya. Tapi, ah, Feliz sudah terlanjur sayang. Sebodo amat mereka mau ngapain aja, karena Feliz sudah terlalu capek untuk menggubris mereka.

Di kelas ini, kebanyakan bukan anak populer. Tidak seperti kelas 8A yang ada Gastanya. Ada Aimee, Rinka, Sandra, dan lain-lain. Yang populer paling cuma Maruli, gitaris band sekolahan; Alvian, aktivis pecinta alam; dan Jenny, cewek cantik kalem yang populer karena pramuka.

Hari ini mereka Feliz tugaskan membuat recount text pendek. Menuliskan perjalanan mereka saat liburan. Sehingga Feliz juga harus menjelaskan tensesnya, harus pakai Verb 2. Lalu, satu persatu membacakan di depan kelas.

Siang menjelang. Sudah hampir pukul 12. Semua terlihat lesu dan lemas. Tak terkecuali para berandal kelas. Satu persatu mereka maju membacakan teks.

Tiba saat giliran Deon. Ya, Deon pacar Aimee itu. Deon ini super pendiam. Jarang sekali bicara, wajahnya juga tidak terlihat bersahabat. Siang itu dia tampak tidak bersemangat sama sekali. Saat mengerjakan tadi, dia juga menyenderkan kepalanya di meja terus.

"Deon, kok lesu? Semangat dong." ujar Feliz, melihat Deon yang tampak sayu di depan kelas. "Lagi sakit dia Miss." tukas Uzi yang duduknya di depan Feliz. "Oh. Okay. Silakan dibaca."

Deon mulai membaca di depan kelas. Suaranya pelan sekali. "Louder, please." pinta Feliz. Deon mencoba lebih keras, tapi tetap saja pelan.

"...and we arrived... hhh... at Pangandaran... hhh..." Deon tampak kehabisan nafas.

"You okay, Deon?" Feliz bertanya.

Bruk! Tiba-tiba Deon jatuh, terjerembab ke depan dengan bertumpu pada kedua tangannya. Para cewek berteriak histeris, begitu juga dengan beberapa cowok. Mata Feliz terbelalak perlahan. Saat Deon mendongak, tampak darah segar mengalir dari hidung dan mulutnya.

"Aaaaaaaaaaah!" teriak siswa-siswi 8H hampir bersamaan. "Hey, hey, calm down! Tenang!" Feliz menangkap tubuh Deon, yang kini jatuh tak sadarkan diri di dekapannya. "Deon, you okay? Guys, sakit apa dia ini?" tanya Feliz pada yang lain. "Nggak tau Miss, bilangnya nggak enak badan gitu aja." sahut Alam. Feliz panik. Tanpa disuruh, beberapa siswa berupaya menggotong Deon yang pingsan untuk dibawa ke UKS.

Feliz syok, lebih syok lagi saat melihat darah dari hidung Deon yang mengalir semakin deras. Deon kehilangan kesadarannya sama sekali. Menuju UKS, mereka melewati depan kelas 8A.

Saat itulah, Aimee melihat keramaian itu. Deon yang digotong oleh Alam, Uzi, Septi, dan Fais.

"Deon... Deon kenapa?" gumam Aimee lirih. Namun saat itu mereka sibuk latihan soal, jadi tidak memungkinkan untuk meninggalkan kelas. Gasta tercekat saat melihat kakaknya setengah berlari mengiringi kerumunan itu.

"Itu Deon? Hah... Kak Feliz ngapain ya?" Gasta ikut khawatir.

Oleh pihak sekolah, Deon dirujuk ke rumah sakit terdekat. Karena, kondisinya lumayan mengkhawatirkan. Mulutnya terus mengeluarkan darah, namun kesadarannya tak kunjung kembali. Dengan tandu, Deon digotong ke mobil sekolah untuk diantar ke rumah sakit.

Feliz tentu ikut mengantar, sementara kelas diijinkan jam kosong. Feliz harus menunggui Deon di sana. Selain karena saat itu adalah jam pelajarannya, Feliz juga khawatir dengan kondisinya jika dia ditinggal sendirian di rumah sakit, karena pihak sekolah belum mengontak orangtuanya.

Masuk IGD, Feliz dikontak oleh pihak sekolah. "Miss Feliz, maaf, untuk walimurid Deon, kontaknya tidak bisa dihubungi. Miss Feliz tolong tungguin dia ya. Nanti barang-barang dia dianter sekolah. Miss Feliz bisa cek hapenya, cari kontak ortunya."

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now