2 - Aimee?

435 37 23
                                    

Suasana pagi itu cukup sejuk. Feliz dan Gasta tiba di sekolah pukul 06.20. Mereka berboncengan naik motor. Masih ada 40 menit lagi menuju bel masuk. Setelah motor terparkir, seperti biasa, Gasta langsung lompat dari jok dan lari duluan setelah bilang, "Aku ke kelas duluan ya Kak!" yang seringkali membuat Feliz geleng-geleng.

Gasta menyusuri koridor sendirian, hingga sebuah suara mengagetkannya.

"Hei, Gas!"
Gasta menoleh.

Aimee.

"Hai, Mee."
"Bareng yuk, ke kelasnya."
"Oke."

Mereka berdua berjalan bareng.
"By the way, makasih ya suratnya kemaren, aku jadi malu Gas."

Namun malah pipi Gasta yang bersemu merah. Bagaimana bisa Aimee membuka pembicaraan dengan materi yang sangat sensitif begini?

Gasta speechless. Namun dia memasang tampang woles.

"Hehehe. Kok tau kalo itu dari aku?" bodoh sekali pertanyaannya.
"Kan ada tulisan pengirimnya. 8A absen 11, siapa lagi?" jawab Aimee disusul tawa Gasta.
"Makasih ya. Eh tapi, ada beberapa kata yang aku ga ngerti, Gas. Soalnya pake bahasa Inggris, terus kalo aku terjemahkan jadinya aneh."
"Oh ya? Yang mana?"
"Ntar deh ya aku kasih tau. Suratnya aku bawa kok."
"Siiip."

Tibalah mereka di kelas. Lalu masing-masing duduk di bangkunya dan mulai bercakap dengan yang lainnya.

Aimee.

Ya, dia cewek yang dikirimi surat oleh Gasta. Termasuk salah satu anak hits di sekolah. Tercantik di kelas. Pantas saja Gasta terpesona. Selain itu, Aimee cukup pintar dan supel. Aktif di Ekskul English Club yang dipimpin oleh Feliz. Lumayan pintar. Gambaran kesempurnaan, tidak berbeda dari Gasta. Tapi tentu saja, saingan Gasta banyak. Namun popularitas dan integritas Aimee tidak sehebat Gasta. Gasta jauh di atas Aimee. Namun Gasta tidak merasa demikian. Dia malah merasa jauh di bawah Aimee. Dan tentu saja, Gasta bukan satu-satunya cowok yang tergila-gila pada Aimee. Ya, tergila-gila. Maka dari itu, apapun yang Aimee lakukan selalu menyita perhatian Gasta, dan hanya Gasta yang tahu soal ini.

Dan yang Gasta tidak tahu, Aimee juga mengagumi Gasta. Aimee suka melihat Gasta yang keren tapi berani bertingkah konyol di kelas. Aimee suka melihat Gasta jadi pasukan pengibar bendera tiap hari Senin. Aimee suka melihat Gasta bermain drum saat perform ekskul mingguan. Aimee suka melihat Gasta dan bakat-bakatnya itu. Aimee benar-benar kagum.

Namun, jenis dan kadar perasaan Aimee dan Gasta, berbeda satu sama lain.

Bel istirahat berbunyi. Aimee menghampiri Gasta yang masih di bangkunya. "Gas, ini." Dia menyodorkan amplop. Gasta gugup, takut ketahuan yang lain. "Ssstt. Bawa aja dulu." Gasta memberi isyarat agar Aimee tidak ketahuan.

"Aku ke kantin dulu ya." pamit Gasta.
"Oke."

Sepulangnya dari kantin, Gasta mendapati Aimee duduk di bangku semen depan kelasnya sambil menimang amplop darinya itu. Segera dihampirinya si Aimee.

"Hei. Sini." Aimee menepuk tempat kosong di sampingnya.
"Nih." Gasta menyodorkan dua bungkus es krim loli. "Gratis kok. Mau yang strawberry, apa coklat?"

Aimee tersenyum. "Baik banget. Beneran nih?"
"Akting. Ya beneran lah. Ambil satu."
Aimee mengambil yang coklat. "Thank you Gasta."

Begitulah Gasta. Manisnya tidak hanya di wajah, namun juga di perilakunya.

Gasta duduk di sebelah Aimee dan mulai menikmati es krimnya. Sambil menjilati es krim, Aimee membuka suratnya.

"Eh." potong Gasta.
"Ya?"
"Jangan bilang siapa-siapa ya kalo surat ini dari aku."
Senyum Aimee mengembang. "Tenaaang."

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now