25 - Agar Aimee Mengerti

106 12 0
                                    

Dada Gasta terasa lapang setelah menceritakan semuanya ke Feliz. Feliz pun mencoba memahami kelabilan Aimee saat itu serta emosinya yang ternyata cukup sulit dikendalikan.

Pagi itu Feliz bersiap-siap hendak mengajar. Diliriknya Gasta yang masih tertidur pulas di ranjangnya.

"Hey." Feliz mengguncang pundak Gasta yang masih terlelap. Gasta menggeliat. Keadaannya sudah membaik sejak kemarin malam. Sudah bisa bangun dan mondar-mandir di kamar.

"Kakak berangkat dulu. Baik-baik ya." ujar Feliz, membelai rambut Gasta. Gasta hanya tersenyum tipis.

Sepeninggalnya dari rumah sakit, Feliz diliputi kerisauan. Khawatir jika adiknya tiba-tiba kambuh lagi seperti beberapa waktu lalu. Tapi ditepisnya semua itu. Kondisi Gasta semalam sudah jauh lebih baik. Kemungkinan besok dia sudah diperbolehkan pulang.

Tiba di sekolah, Feliz jadi ingat bahwa hari ini ada meeting dengan siswa-siswa anggota English Club. Tak terkecuali, Aimee. Ya, Feliz perlu bertemu dengan Aimee, terlepas dari dia ketua English Club. Yaitu, untuk meluruskan masalahnya dengan Gasta.

Feliz sengaja memanggil Aimee melalui speaker sekolah. Tak ayal, Aimee terkesiap kaget. Segera dihampirinya Feliz di kantor.

"Ada apa, Miss?" tanya Aimee begitu tiba di depan meja Feliz. Tidak ada sedikitpun dendam di wajahnya, apalagi amarah. Dia terlihat biasa saja.
"Hey. Come here. Please sit down."

Aimee duduk di kursi yang ada di meja Feliz, tepat di sebelahnya.
"Nanti kita jadi ada monthly meeting kan ama anak-anak English Club?" tanya Feliz.
"Iya Miss, jadi."
"Sudah Aimee umumkan?"
"Sudah di grup."
"Good. Kira-kira berapa orang yang bakal datang?"
"Saya sih kurang tau pastinya berapa Miss. Cuma anggota tetapnya sih ada sekitar... 25-an, lah."
"Banyak juga ya. Hmmm." gumam Feliz.
"Nanti yang dibahas apa aja ya?" tanya Feliz lagi, memastikan apakah Aimee sudah benar-benar mempersiapkannya atau belum.
"Event English Weekend, mading English Corner, ama bayar-bayar kas English Club Miss. Banyak yang masih nunggak." jelas Aimee, sedikit mendengus kesal.
"Excellent. Oke kalo gitu. Nanti kita ketemu ya. But before that..." ucapan Feliz terhenti. Dia diliputi rasa ragu.
"Ada apa lagi Miss?"
"May I ask you some questions?"
"Sure." jawab Aimee mantap, tanpa menaruh curiga.

Feliz menarik napas panjang.
"Well." mulainya. "It's all about you and Gasta."
Wajah Aimee berubah tegang.
"Kenapa Miss?" tanya Aimee.
"Miss Feliz mo nanya... Betul, Aimee sudah putus dari Deon?"
Semakin gemetarlah punggung Aimee.
"Gasta cerita ya, Miss?" Aimee malah balik bertanya. Feliz mengangguk.
Batin Aimee berkecamuk hebat. Di satu sisi, dia masih menginginkan Deon dan Gasta telah mengecewakannya. Di sisi lain, jauh di dalam hatinya ada telah ada Gasta yang diam-diam selama ini sudah ada di sana.
"Gitu deh, Miss." Aimee menjawab sekenanya.
"Gasta udah bikin Aimee kecewa ya?" pancing Feliz kemudian. Terhenyaklah Aimee. Dia menatap Feliz dengan tatapan terkejut. Mau tak mau, Aimee mengangguk pelan.
"Maafin Gasta, ya, Mee?" ujar Feliz, mencoba bijak. Lagi-lagi Aimee mengangguk, dengan senyum tulus.

Berarti Miss Feliz udah tau perasaanku yang sesungguhnya terhadap Gasta, kan Gasta udah cerita, batin Aimee.

"Maafin Gasta yang bersikap tertutup. Yang belum bisa selalu ada buat Aimee. Yang bikin Aimee khawatir selama ini." tutur Feliz mewakili adiknya. Aimee terdiam sambil menatap meja Feliz.

"Gasta tuh emang gitu, dia nggak mau orang khawatir ama dia." imbuh Feliz kemudian. "Miss Feliz aja juga nggak tau kalo selama ini Gasta nahan sak..."
"Dia tuh sakit apa sih Miss?" sela Aimee, nampak tidak sabar. Aimee memang masih penasaran dengan penyakit yang diderita Gasta.
Giliran Feliz yang terdiam sambil menatap mejanya.
"Didn't he tell you?" tanyanya.
"No."
"Well..."
"Sakit apa, Miss?"
Feliz menatap Aimee.
"Sirosis. Pengerasan hati. Gejala kanker hati. Aimee tau?"
"Kanker?" pekik Aimee tertahan.
"Masih gejala. Artinya, kalo sakitnya berkelanjutan bisa jadi kanker." papar Feliz. Aimee menangkupkan kedua tangan di mulutnya.
"Kok kata Miss Feliz cuma demam ama sakit perut waktu itu?"
Feliz menggigit bibir, risau.
"Ya... Waktu itu emang cuma itu, Mee. Nggak taunya makin parah... Nah pas dibawa ke rumah sakit ternyata... Ya itu tadi..."

Ternyata, penyakit Gasta tidak main-main...

"Miss Feliz cuma mau bilang... He really loves you. With all his heart. Gasta udah pernah bilang kan? Gasta nggak minta Miss Feliz bilang ini ke Aimee. Cuma Miss Feliz tau banget kalo Gasta itu sayang banget ama Aimee, Gasta nggak mau kehilangan Aimee. Meski Aimee sudah punya pacar Deon, Gasta nggak peduli. Karena sayangnya Gasta ke Aimee, nggak nuntut apa-apa. Ngalir gitu aja." tutur Feliz panjang lebar. Aimee tercenung sendiri.

"Kalo selama ini Gasta keliatannya ngehindar dari Aimee... Bukan karena dia nggak mau ngehubungin Aimee. Dia cuma nggak mau Aimee tau kalo dia sakit. Dia nggak mau Aimee kepikiran. Dia selama ini sebetulnya kangen ama Aimee, tapi ditahannya... Karena dia tau, kalo Aimee tau dia sakit, Aimee pasti khawatir. Dia nggak mau liat Aimee sedih." lanjutnya.

"Pesan Miss Feliz... Apapun yang terjadi, jangan pernah anggep Gasta itu benci ama Aimee. Gasta cuma sadar diri... dia kan bukan siapa-siapanya Aimee. Karena Aimee udah punya Deon, ya kan? Tapi jauh di dalam hati Gasta... Aimee yang nomor satu. Gasta cuma belum bisa bersikap dewasa seutuhnya. Tolong ya, Mee. Don't hate him. You two are best friends, aren't you?"
Aimee mengangguk samar.

"Well. That's it. Itu aja. Kalo ada apa-apa, just tell me, okay?" pungkas Feliz, mengakhiri obrolan siang itu. "Alright, Miss." jawab Aimee. "Thanks. See you."

***

"Hah? Beneran???" pekik Gasta saat Feliz bilang bahwa dia habis ngobrol dengan Aimee di sekolah. Feliz mengangguk.

"Dia nggak bilang apa-apa soal perasaannya ke aku?" tanya Gasta penuh harap. "No." sahut Feliz, membuat Gasta kecewa. "Dia diem aja. Speechless kayanya Kakak ajak ngomong soal kamu."

Gasta bertopang dagu dengan siku bertumpu pada lututnya yang ditekuk. "Terus aku harus gimana Kak? Aku ngerasa bersalah ama Deon. Sungguh."
"Why?"
"Gara-gara aku, dia diputusin ama Aimee."
"Bukannya itu yang kamu mau?"
Alis Gasta terangkat. "Iya sih. Tapi kasian Deon, Kak." timpalnya. Hati Gasta memang terlalu halus. Mudah sekali berempati pada orang.
"Ya gimana lagi? Itu urusan dia ama Aimee, kan?"
"Tapi masa sih Aimee mutusin Deon?" Gasta jadi bertanya-tanya lagi. Dia sebetulnya tidak yakin bahwa Aimee benar-benar telah memutuskan Deon. Dan memang bukan begitu kenyataannya. Deon bahkan tidak tahu apa-apa soal Aimee dengan Gasta kala itu.

"Deon lagi dirawat di rumah sakit ini. Jenguk aja."
"Kakak tau?"
"Iya. Kan kemaren Aimee bilang. Lupa ya?"
"Mana aku denger, Kak. Aku kemarin aja udah mau pingsan liat Aimee tiba-tiba muncul di sini."
"Kemarin Kakak juga ketemu Raymond. Jadi tau deh ruangannya dimana. Gimana kamu? Udah mendingan?"
Gasta mengangguk. "Besok pulang ya Kak. Udah kangen rumah."
Feliz mengacak-acak rambut adiknya. "Ya tunggu kata dokter aja. Semoga secepatnya."

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now