52 - Airmata Terderas Gasta

137 10 0
                                    

Maap ya lama hehe.
Awalnya aku bikin kirain udah siap upload ehhh cuma 900an kata.
Giliran diterusin eh bablas 2900an kata.

YASUDAH WQWQWQ POST DECH AKHIRNYA.

Enjoy the story! 💕

***

Ruang BK lagi.
Kali ini tidak hanya berdua dengan Danes, tapi ada Aimee. Lagi, lagi, dan lagi.

Gasta duduk dan menunduk. Sama halnya dengan kedua temannya. Feliz di depannya melipat kedua tangan di depan dada.
"Aimee lagi, Danes lagi. Mereka terus. Kenapa ngga yang lain aja sih?" omelnya. Aimee dan Danes jelas takut.
"Yang lainnya ngga ada yang berani ama aku." timpal Gasta asal.
"Oh, gitu, sok jagoan sekarang?" balas Feliz tak mau kalah.
Gasta menahan dongkol. Kali ini kakaknya seperti tidak memihaknya. Pikirannya kacau balau. Seakan persetan dengan urusan siapa Aimee di hidupnya. Kali ini dia merutuki dan memutar otak agar kasus ini tidak terendus mengandung unsur percintaan anak muda.

Bu Nia datang, seakan membawa bilah bambu untuk dipukulkan ke mereka bertiga. Otak Gasta berputar cepat. Tapi kali ini biarlah Danes yang bicara. Tak mungkin jika Danes menyinggung kisah asmaranya dengan Aimee di sini.

"Jadi gimana, Gasta? Satu kasus lagi menuju drop out, ya?" kecam Bu Nia dengan lirikan di sudut matanya.
"Bukan saya Bu yang memulai. Danes." bela Gasta, seperti biasa. Bu Nia mendengus. "Lagu lama." cetusnya.

Gasta sudah tidak tahu lagi harus apa. Otaknya seperti macet total. Wajah tidak enak Bu Nia membuat semuanya semakin rumit.

"Aimee, coba jelaskan." ujar Bu Nia.

Aimee menarik napas dalam-dalam. Ini masih pagi, jam pertama baru saja dimulai. Bisa-bisanya kakinya sudah menginjak ruang BK.

"Danes mau nonjok Gasta, Bu."
"Bohong!" potong Danes. Tentu saja. Bola mata Feliz memutar ke atas.
"Danes diam." telunjuk Bu Nia mengarah ke bibir Danes. "Yang boleh cerita cuma Aimee."

Aimee lalu bercerita, dia datang dengan mendapati Danes sedang meneriaki Gasta yang kerah bajunya sudah dipluntirnya. Jelas Aimee langsung melerai.

"Lalu Danes dorong saya ke pojokan kelas, Bu." lanjut Aimee. Matanya melirik ke Feliz, seakan berkata 'kali ini aku jujur, Miss'. Mata Danes membulat. Ketakutan mulai menjalar di sekujur tubuhnya.

"Lo nampar gue ya!" bentak Danes tidak terima. Bu Nia berdecak, memberi isyarat pada Danes agar tetap diam.
"Danes ikutan teriakin saya. Pundak saya ditekan ke tembok, sampe akhirnya Gasta datang, dorong badan Danes, berusaha ngejauhin Danes dari saya. Danes makin beringas. Dia dorong Gasta ke belakang, Gasta hampir jatoh, Bu. Tapi Danes narik dia, terus..." Aimee mulai terbata-bata. Meruntutkan kembali kejadian yang cukup ngeri sepagi itu membuatnya terisak.

"Terus saya ditonjok Bu, sama Danes." Gasta menunjukkan ujung bibirnya yang sedikit terluka. Aimee mulai menangis lirih. Feliz mengusap-usap pundaknya.

Bu Nia manggut-manggut.

"Jadi awal mulanya ada di Danes dan Gasta ya? Permasalahan apa sih, sampe perlu tonjok-tonjokan segala, hah?" serang Bu Nia.

Danes jelas mematung. Bibirnya seperti terkunci. Jika dia bilang ini masalah Aimee, tentu semakin panjang ceritanya. Dan terlalu drama. Bahkan, Aimee sendiri masih belum tau apa permasalahan mereka berdua.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now