44 - Mee, Peduli Tidak?

155 17 9
                                    

Haaaaai akhirnya aku balik lagi. Part ini dipost dalam rangka memenuhi janjiku pada salah one murid lesku HA HA HA

SELAMAT MENIKMATI
*ala ala tulisan di kotak roti*

***

Aimee melempar tasnya ke kasur, lalu bruk! Dihempaskannya tubuhnya juga ke sana. Tangisnya pecah.

Sepulang sekolah itu, bayangan Gasta menghantui benaknya setengah mati. Tentang Gasta yang menanyakan perasaannya pada Danes. Dan yang paling menyakitkan, tentang Gasta yang berkata bahwa dia tidak akan mengganggu hubungannya lagi.

Surat yang ditulisnya itu, sungguhlah terasa sia-sia. Aimee mengira Gasta telah membacanya, namun diingat-ingatnya lagi, sepertinya Gasta tidak menganggap surat tersebut sepenting itu. Dan tak terbersit sedikitpun di benak Aimee bahwa Gasta akan berubah pikiran jika sudah membaca surat darinya itu, mengingat betapa mantapnya kalimat Gasta perihal perasaan Danes padanya.

"Apa aku perlu nunggu Gasta baca?"
"Ah, meski dia udah baca juga ga mungkin dia bakal bisa kaya dulu lagi."
"Kenapa aku ga ngasih dari kemarin-kemarin aja sih?"
"Danes juga, ngapain segala dia pake minta tolong ke Gasta nanyain perasaan aku ke dia!"

Kembali Aimee tenggelam dalam tangisnya, setelah mencoba berbicara pada dirinya sendiri berkali-kali seperti itu.

Aimee lalu memutuskan untuk menghubungi geng bidadarinya, dan meminta bantuan mereka untuk menyelesaikan ini semua. Ya, geng yang terdiri dari dirinya, Shaci, Stella, Nirma, dan Rinka.

***

"Ga usah!" sahut keempat temannya, saat Aimee bertanya apakah dia harus menanyakan pada Gasta soal surat itu, berikut soal perasaan Gasta padanya.

"Lo gila apa? Gasta aja nanyain perasaan lo ke Danes, bukan ke dia! Kalo lo nanya soal perasaan dia ke lo, apa ga kesannya lo yang ngarep banget ama dia?" cerocos Rinka. Rinka memang cukup anti pada Gasta. Terlebih sejak insiden Gasta menampar Aimee dulu.

"Kalo Gasta emang masih punya rasa yang sama kaya dulu ke elo, dia ga bakalan lah, nyampein perasaan Danes ke elo! Masa, rival malah dibantu!" kali ini Stella yang berargumen.

Aimee tak berkutik mendengar kalimat teman-temannya itu. Semakin yakin dirinya bahwa memang perasaan Gasta kepadanya telah tiada. Telah usai.

"Lo semua dukung gue ama Danes ga?" celetuk Aimee tiba-tiba. Semua saling lirik. Aimee tahu dalam hati mereka berkata tidak.
"Kalo dibandingin ama Gasta sih, ya, dukung-dukung aja sih..." timpal Nirma. Aimee bisa melihat jelas perasaan ragu yang mengiringi ucapan sobatnya itu barusan. Rinka, Shaci, dan Stella mengiyakan. Nirma jadi lega karena tidak merasa sendiri.

"Lo ga inget Danes modelnya kaya apa di kelas? Lo semua pada gila ya?" Aimee terus memancing.
"Mee, seenggaknya dia punya rasa buat lo. Udahlah, lo ngapain sih masih mikirin Gasta. Dia tuh ga penting, karena udah ga ada rasa ama lo!" sanggah Shaci.
"Sekarang, lo chat Danes. Lo baik-baikin dia. Lo liat, seberapa gede niatnya buat bisa ama lo." imbuhnya, menepuk pundak Aimee.

Aimee semakin mantap pada Danes.

Sementara itu, di belahan bumi yang lain...

Danes sedang memainkan ponselnya ketika sebuah notifikasi chat muncul di layarnya.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now