38 - Mengalah Hingga Menang

130 12 11
                                    

Hai, readers!
Akhirnya yaaaa, setelah 2 minggu hiatus karena ada masalah intern, buntu ide, liburan, plus kepoers gengges...

PART 38 TERBIT WOOOY! 😭
*iris tumpeng* *nyalain kembang api*

Alhamdulillah... Akhirnya inspirasi datang juga...

Jujur aja ini telat terbit karna stuck di bagian gimana bikin "perdamaian" antar dua cowo, secara lah yaaaa GUE INI CEWE 😣 mana ngerti gituan

SKUYLAH GOSAH BACOD SILAHKEUN DIBACA

Jangan lupa vote + komen ya!

Lovyu! 😘

***

Aimee diam-diam menahan dongkol pada Danes. Dengan inosennya Danes kali itu malah asyik main UNO di kelas. Matematika sudah berakhir, berganti pelajaran kesenian yang mana gurunya sedang absen hari itu. Otomatis mereka jam kosong.

Sekembali dari UKS, Aimee terlihat diam. Sehingga, Rinka, Stella, dan Nirma terpancing untuk menanyainya.
"Lo ngapain tadi?" tanya Rinka. Aimee meliriknya.
"Ngapain apanya?"
"Ama Gasta."
"Oh." sahut Aimee, "Biasa lah. Kemanusiaan."
"Ga beres nih anak." timpal Stella. "Serius tau. Kita jadi heran. Sebenernya lo gimana sih ama Gasta? Katanya lo udah gak mau lagi urusan ama dia?" dengus Stella bingung.
Aimee tidak menggubris. Dia daritadi sibuk mengamati Danes dari bangkunya. Aimee beranjak, menuju bangku Danes, yang sedang asyik main UNO.
"Mee! Yah... Aimee!" Stella menyeru kesal.

"Heh." panggil Aimee pada Danes.
"Woy. Ada apa Mee?" jawab Danes santai.
"Ngobrol bentar bisa?"
"Ini kan ngobrol?"
"Berdua. Tar mereka nguping lagi." hardik Aimee datar, menunjuk Arsyil, Marco, dan Sammy yang juga sedang bermain UNO.
"Yeee... Su'ujon mulu lu Mee." protes Marco. Aimee menjulurkan lidah.

Di ujung kelas, Aimee duduk sebangku dengan Danes.
"Lo tau terima kasih ga sih?" hardik Aimee begitu saja, dengan suara pelan.
"Maksud lo?" Danes tak mengerti.
"Gasta nyelametin elo tadi. Dari Bu Yuni. Gue tau itu. Lo mau kasih contekan ke Marco kan?" tukas Aimee.
Danes mulai membisu.
"Intinya mau lo apa, Mee?"
"Gue mau lo baikin Gasta."
Mata Danes menyipit. "Idih."
"Lo ga pernah diajarin balas budi?"
"Kenapa lo jadi ngebela Gasta sih? Bukannya lo udah benci banget ama dia, ya?"
"Bukan urusan lo. Gue cuma mau lo belajar balas budi. Gasta ampe kolaps berdarah-darah kaya tadi dan lo masih dengan angkuhnya nganggep dia musuh? Ati lo dimana Dan?" cecar Aimee kesal. Gigi Danes gemeretak, namun tatapan tajam Aimee membuatnya menunduk dalam.
"Terus itu salah gue? Salah gue kalo Gasta jadi sok pahlawan ngebelain gue, terus dia pingsan mimisan?" Danes masih mempertahankan keangkuhannya.
"Anjir!" umpat Aimee geram. "Susah ya, ngomong ama orang sombong kaya lo. Dan, Gasta ga mau lo kena hukuman. Dia peduli ama lo. Dia bela-belain ampe dia pingsan. Lo coba dong Dan posisiin diri lo di posisi Gasta. Gimana? Sakit ati gak lo kalo digituin?" kembali, Aimee mencecar.
Hati Danes bergetar. Bukan karena dia membayangkan berada di posisi Gasta, tapi karena kata-kata Aimee yang membuatnya berpikir; apa yang membuat Aimee sepeduli itu pada Gasta.
Danes diam. Kepalanya menunduk ke bawah. Kata-kata protesnya yang akan dilontarkan pada Aimee terasa tertahan begitu saja di ujung lidahnya.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now