46 - Melihatnya Rapuh

178 19 12
                                    

Setelah sebulan lebih sehari hiatus, akhirnya terbit juga part ini. Monmaap ya. Hape eror jadi ga seberapa tenang ngetiknya. Ampe sekarang juga masih sih. Untung inspirasi dateng.

Part ini ngga sebanyak kemaren. Tapi porsi deg degannya lebih banyak. Enjoy!


***

Kalau ini mimpi, Gasta pasti tidak akan merasakan lidahnya sekelu ini. Tentu ini nyata. Aimee berdiri di pintu kamarnya yang terbuka lebar. Senyum tipis terpasang di bibirnya.

Gasta tidak tau harus apa. Mulanya Gasta ingin marah. Pikirannya melesat pada Feliz, dengan mengira bahwa ini adalah rencana bawah tanahnya.
Tapi Feliz tahu apa soal dia dan Aimee? Setau Gasta, Feliz taunya mereka baik-baik saja setelah insiden pemfitnahan itu. Selebihnya, tidak ada yang Gasta ceritakan, terutama tentang Danes.

Gasta hanya mematung sambil menatap Aimee.

"Hei. Bengong. Boleh masuk?"

Gasta terpaksa mengangguk.

Aimee mendekati Gasta. Dia duduk di tepi ranjang, sama seperti beberapa bulan yang lalu saat pertama kali Aimee masuk ke kamarnya secara surprise tersebut. Dua kali Aimee mengejutkan Gasta dengan kehadirannya secara tiba-tiba di kamar ini.

Gasta menatap Aimee dengan tatapan yang 'dibiasa-biasakan'. Seakan Aimee 'bukanlah' Aimee. Seakan Aimee adalah seseorang yang 'biasa', seperti Rinka, Shaci, Nirma ataupun Stella. Ada senyum di bibir Aimee, namun tidak di bibir Gasta.

Gasta menunggu Aimee berbicara.

"Kamu masih sakit?" tanya Aimee setelah melihat jaket biru dongker dan selimut yang membungkus tubuh Gasta.

"Kamu" katanya? Aku-kamuan lagi?

Gasta mengangguk. Dia bertekad mengubah pertemuan ini menjadi sesi tanya jawab saja.

Aimee menyentuhkan tangannya ke dahi Gasta, dan tanpa disangka-sangka Gasta menepisnya.

"Gas? Kamu kenapa?" tanya Aimee heran dengan sikap Gasta. Sikap yang, tidak dingin, namun tidak menunjukkan kehangatan. Satu-satunya yang membuatnya hangat hanyalah raut Gasta yang memang tidak bisa jahat. Gasta menatap Aimee dalam-dalam, tanpa senyum, lalu menjawab "Nggak kenapa-kenapa."

"Kamu masih marah ama aku?"
Gasta menggeleng. Kali ini dia menatap arah lain.
"Ngga apa kan kalo aku jenguk kamu?"
"Ngga papa kok."
"Kebetulan aku ada perlu ama Miss Feliz... Biasa English Club. Terus, kata Miss Feliz kamu sakit, ditawarin buat nengok. Ya, aku tengok aja lah. Lagian... mumpung di sini ya kan." Aimee mengoceh sendiri. Gasta diam saja, membuat Aimee keki sendiri.

Keduanya diam sejenak.

"Kamu apa kabar?" Aimee melempar senyum lagi. Tangannya menyentuh punggung tangan Gasta.
Pertanyaan macam apa itu? Sudah jelas di depan matanya Gasta tergolek lemah tak berdaya. Aimee menepuk jidat dalam hati. Tak bisa dipungkiri hatinya kali itu acak adut tak karuan.

Gasta mulai melengkungkan senyum. Ada ada saja pertanyaan Aimee.
"Kamu sendiri apa kabar?" Gasta nanya balik. Oke, kali ini agak susah untuk menjadikan pertemuan ini seperti interview.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now