12 - Tertuduh

126 15 0
                                    

Gasta akhirnya masuk sungguhan keesokan harinya.

Setibanya di kelas, tak ayal teman-temannya langsung datang mengerumuninya, tak terkecuali Aimee. Menginterogasi Gasta dengan pertanyaan bertubi-tubi perihal kejadian kecelakaan yang dialaminya.

Gasta terpaksa membual lagi. Mereka-reka kejadian yang tidak ada itu. Membuat runtutan kronologi dirinya yang 'terserempet' motor. Sesekali diliriknya Danes yang duduk di pojokan kelas. Wajahnya sinis dan dingin melihat mereka yang berkerumun di meja Gasta.

Gasta merasa bersalah telah berdusta, namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain itu. Masa iya mau membongkar bahwa Danes pelakunya? Malah terlihat cemen kan nantinya, disamping juga akan memperburuk pertemanan dan kekompakan kelas mereka.

Kedekatan Gasta dan Aimee pagi itu mengusik mulut usil Danes. Dia berulah saat berjalan melewati mereka berdua.

"Mee, gue bilangin Deon lu ye kalo lu selingkuh!" celetuknya, dengan senyuman sinis.

"Heh! Otak doang sekolah tapi mulut kaga! Asal aja lo kalo ngomong!" balas Aimee kesal, kasar. Sebel sekali melihat tingkah Danes.

"Yeee, jelas kan buktinya, lu nempel ama dia mulu! Fix, gue laporin lu!" tandas Danes.

"Laporin aja, gue yang nanggung. Mau apa dia? Gebukin gue?" balas Gasta dengan tawa dan nada bercanda. Aimee tersenyum simpul. Danes merasa tertohok. Cukup tersentil oleh omongan Gasta tadi. Akhirnya dia hanya menatap nanar Gasta dengan tatapan tidak suka, lalu melenggang meninggalkan mereka berdua.

***

Pelajaran pertama pagi ini adalah olahraga. Gasta selalu teringat insiden Danes - Aimee - bola voli jika pelajaran ini. Keangkuhan Danes yang sampai sekarang masih bertahan, dan kecintaannya pada Aimee yang sekarang bahkan makin tak tertahankan.

Seperti pelajaran olahraga pada umumnya, siswa selalu disuruh pemanasan. Lari-lari mengitari lapangan, stretching, dan lain-lain. Gasta sudah biasa dengan yang seperti ini. Di ekskul basket kan, juga ada. Yang tidak terbiasa, ya yang bertubuh gemuk seperti Sandra, Sammy, dan Mefi, yang sedari tadi ngedumel kecapekan.

"Semangat Mee! Ayooo!" Gasta berlari mendahului Aimee. "Yoiii!" sahut Aimee. "Ayo Sam! Mef!" Gasta memberi semangat pada kedua temannya itu. Sammy dan Mefi hanya memasang tampang kehabisan napas.

"Semangat dong! Masa kalah ama sapi! Hahaha." Gasta berlari sambil mengejek Sandra. Sandra yang sudah didahuluinya hanya ngedumel gak jelas. "Gasta reseeeee!" rutuknya sambil menahan tawa. Begitulah Gasta, selalu menebar keceriaan.

Pemanasan selesai. Kini mereka mulai masuk materi.

Senam lantai. Gasta sih tenang-tenang saja. Pokoknya jam olahraga adalah jam pelajaran yang membuat Gasta selalu merasa di atas angin atau tinggal kipas-kipas santai.

Setelah mencoba praktek, ternyata lumayan sulit juga. Berguling-guling di matras tak sesederhana kelihatannya. Kadang pusing, kadang keluar matras. Tapi Gasta senang-senang saja. Begitu pula Aimee. Tak jarang tawanya terdengar saat melihat teman yang gagal melakukan roll depan.

Tanpa ada tanda-tanda apapun, mendadak Gasta merasakan sakit yang luar biasa pada perut bagian kanannya. Rasanya seperti ditendang kemarin. Gasta menggigit bibir, memegangi perutnya. Dia abaikan saja. Terus berusaha tetap fokus pada penjelasan Pak Rico, guru olahraganya.

Tampaknya rasa sakit itu nakal sekali. Bukannya mereda, dia malah makin menjadi. Bukan main sakitnya. Tangannya mencengkram perut kanannya. Akhirnya Gasta meninggalkan pelajaran olahraga duluan karena sakit. Tertatih, Gasta berjalan meninggalkan lapangan, menuju ke kelasnya. Gasta memilih ke kelas karena UKS menurutnya akan membuatnya tambah sakit. Aimee diam-diam menatapnya iba dan khawatir. Sedangkan Danes, tetap memasang tampang tidak suka.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now