43 - Masih Ada(kah) Harapan

147 10 3
                                    

Hari berganti.

Bel pulang sekolah terdengar. Gasta memasukkan buku-bukunya, lalu sesekali ditolehnya Danes. Danes mengerling ke arahnya, mengacungkan jempol. Senyumnya terurai pada Gasta. Gasta menghela napas panjang, lalu mengembuskannya kuat-kuat.

Itu adalah isyarat dari Danes bahwa hari itu Gasta harus mengutarakan perasaan Danes pada Aimee, bagaimanapun caranya. Kemarin dia sudah berunding dengan Danes melalui chat, bahwa hari itu, Aimee harus mengetahui perasaan Danes padanya.

Aimee melenggang keluar kelas, namun cepat-cepat Gasta menghadangnya. Kelas sudah kosong.

"Mee, bicara bentar bisa?"

Aimee terkejut. Mungkinkah suratnya kemarin sudah mengubah pikiran Gasta? tanyanya dalam hati.
Namun, dia malah menatap Gasta sinis. "Nggak."
"Ck. Bentar aja."
"Lewat chat aja." Aimee melengos.
"Ck. Mee. Plis." hadang Gasta, berdiri tegap di depan Aimee.
"Sssssshhh." dengus Aimee kesal. Super kesal. Kakinya dihentakkan ke tanah. "Ngomong apa sih?" nada bicara Aimee terdengar sangat ketus.

Gasta lagi-lagi menghela napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya kuat-kuat.

"To the point aja. Sebenernya..." ucapan Gasta terhenti.

"Apa?" sahut Aimee, tetap ketus. Keduanya masih berdiri di depan pintu.

"Danes suka ama lo." sambung Gasta kemudian. Mantap. Tegas. Singkat.

Raut wajah Aimee berubah. Otot mukanya tidak setegang tadi.

"Pa'an sih." tukas Aimee, meninggalkan Gasta.

"Mee! Dengerin lah." tangan Gasta menahan tangan Aimee.

"Gas, lo tau, yang lo perbuat saat ini tuh apa? Buang-buang waktu gue. Ngerti?" tandas Aimee. Gasta mendengus sebal.

"Gue serius. Gue abis ngobrol banyak ama Danes. Dia suka ama lo. Dia sayang Mee ama lo."

Aimee menyipit tanda tak percaya.

"Dia nyuruh gue buat nanyain perasaan lo ke dia." lanjut Gasta.

Namun Aimee melihat ada sesuatu yang aneh pada diri Gasta. Raut Gasta dipenuhi keraguan. Seakan tidak rela menceritakan hal itu pada Aimee.

Keraguan yang ditangkap itu, sebenarnya adalah manifestasi dari perasaan ketidakrelaan Gasta yang sesungguhnya. Ketidakrelaan bahwa ada yang menaruh hati pada Aimee selain dirinya.

"Maksud lo apa sih? Mau lo apa? Hah?" sahut Aimee, lebih sinis dari sebelumnya. Rupanya Aimee menganggap Gasta main-main.

"Ya gue beneran disuruh ama Danes Mee, buat bilang ke elo, biar lo tau perasaan dia yang sebenernya ke elo." jawab Gasta, getir dan lirih. "Lo pikir gue main-main?" imbuhnya.

Aimee mulai gemetar. Bukan karena takut, namun karena tau bahwa sebagian hatinya mulai runtuh.

Jadi surat gue itu... sia-sia?

"Lo udah baca surat dari gue?" Aimee mengalihkan pembicaraan, untuk memastikan apa Gasta sudah membaca surat darinya atau belum.
"Gue gak lagi ngebahas itu." sahut Gasta. "Gue ngebahas Danes yang pingin tau gimana perasaan lo ke dia."
dalih Gasta, karena tidak ingin Aimee tau bahwa dia belum membaca surat darinya.

"Kenapa dia ga bilang sendiri, coba?" tanya Aimee lagi.

Gasta menunduk.

"Mana gue tau. Yang penting gue udah nyampein ke lo. Dan gue perlu tau perasaan lo ke dia biar bisa gue sampein ke dia." jawabnya, masih ragu-ragu.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now