65 - Aimee si Penggerak Hati

100 6 16
                                    

Berapa abad tidak update? Hehehehe. Baru 3 bulan kok. Apakah ini rekor? Tentu saja tidak. Karena part ini susah sekali. Trus kenapa updatenya kudu jam 1 malam gini? Ya gimana abisnya inspirasi datengnya jam sgini. Ya sudah. Enjoy this part! 😘

***

Sehari berlalu sejak Aimee mengutarakan isi hatinya pada Gasta yang ternyata cukup mengejutkan. Hari ini, Aimee juga akan mengunjungi Gasta lagi, namun sepulang sekolah. Kabarnya, para anggota Hoopers lainnya juga akan berkunjung membesuk Gasta. Aimee yang mengabari para anggota Hoopers soal Gasta yang harus dirawat inap dan belum bisa mengikuti pertandingan berikutnya.

Meski Gasta dalam kondisi yang masih jauh dari kata baik, Gasta merasa kondisinya makin baik saat mengetahui bahwa sore itu teman-teman Hoopersnya akan datang berkunjung. Sejak siang, Gasta sudah sangat bersemangat. Tapi di sisi lain, Gasta juga sedikit menyesal karena tidak bisa ikut bertanding minggu depan, terlepas dari apakah minggu depan dia sudah pulih total atau belum.

Tibalah waktu yang ditunggu. Personil Hoopers plus Aimee datang. Jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Gasta menyambut mereka dengan sukacita meski masih tergolek lemas di ranjangnya.

"Sedih bro gue kaga bisa ikut." sesal Gasta. "Tapi gue yakin kalian pasti bisa."
"Ga usah sok nyemangatin." tukas Valdi. Matanya memicing ke arah Gasta.
"Sapa yang sok sih, orang gue tulus ngomongnya." balas Gasta.
"Yaelah, lagian lo semangat juga gara-gara dia dateng, ya kan?" sergah Valdi seraya menunjuk Aimee. Tawa renyah Feliz menyahutinya.

Wajah pucat Gasta bersemu merah. Apalagi Aimee, yang turut senyam-senyum seiring ucapan ciye-ciye dari teman-temannya.

"Paan sih gapura kelurahan." Gasta mendorong pundak Valdi.
"Ya udah besok gue semangatin lagi deh. Tapi kudu menang ya. Awas kalo ga." ancam Aimee, menunjuk wajah Valdi. Valdi mencibir lucu.

Canda tawa yang dibawa Valdi dkk. benar-benar menaikkan semangat Gasta. Berkali-kali tampak matanya menyipit seiring tawa yang terukir di wajahnya. Feliz jadi senang. Setidaknya Gasta terlihat jauh lebih baik.

Cklek. Pintu kamar inap Gasta tiba-tiba terbuka. Dan tentu saja, Gasta dan Feliz terperanjat kaget saat yang muncul di situ adalah papa dan mamanya.

"Mama? Kok mendadak banget?" celetuk Gasta speechless. Mamanya hanya menjawab dengan cengiran lebar. Sementara papanya seperti biasa, memasang tampang tidak suka dengan apa yang sedang dilihatnya saat ini.

Ditatapnya satu persatu anggota Hoopers yang berdiri di sekitar ranjang Gasta kali itu. Jio dan Radit mengkerut saat papa Gasta menatap mereka, teringat kejadian beberapa bulan silam di lapangan basket komplek saat Gasta dipukuli mendadak olehnya.

"Ma, Pa, kenalin. Ini temen-temen basket Gasta. Dan ini, Aimee. Temen sekelas Gasta." ujarnya, sembari menunjuk Aimee yang ada di sebelah kanannya.

Senyuman di bibir Mama terurai, seiring gerakan dari para anggota Hoopers tersebut untuk menyalami kedua ortu Gasta, dan langsung terhenti ketika tiba-tiba Papa menyela,
"Oh, jadi mereka-mereka ini yang bikin kamu masuk rumah sakit lagi kayak gini, Gas?"

Semuanya bungkam tanpa ada suara sedikitpun. Seakan waktu pun ikut terbengong-bengong mendengarnya.

Satu per satu senyuman di bibir mereka sirna. Milik Gasta yang pertama. Tak habis pikir betapa frontalnya isi mulut bapak tirinya itu.

Aim for AimeeWhere stories live. Discover now