1.10:Pengakuan

8K 316 0
                                    

"Jawabannya A."

Ucap Renata singkat, ia sedang mengajari Alena bagaimana cara menghitung dengan benar dan tepat tanpa mencontek.

"Heran ga sih? Pas nggak ulangan kita bisa ngerjain soal, pas ulangan malah nggak bisa...Mencurigakan."

"Bukan bisa, dirumah aja kamu belajarnya soal soal yang gampang."

Ucap Clara membuat Alena terlihat berpikir

"Iya sih..."

"Ren, kamu anak anak sekelas tau nggak kamu mau pindah."

Renata menggeleng,

"Kira kira, kalo sampe Farrel tau, uwusss, hancur hati abang ini. Aowkwkwk..."

"Nggak usah ngalihin perhatian. Kerjain nih!"

Alena mendecih, ia mencibir pelan pelan agar tak terdengar kedua orang itu.

"Tapi, kalian tau siapa pelaku bully Rena?"

"Biarin aja. Udah lama kok."

Clara dan Alena langsung diam ketika Renata berbicara seperti itu

"Bisa kita fokus ke ujian dulu? Itu udah nggak penting."

Alena hanya bertepuk tangan, ia mendekat ke Clara lalu berbisik

"Renata lagi bijak."

***

Farrel menghela napas, ia menggenggam ponsel miliknya kuat. Ia membuka salah satu kontak lalu menelpon orang itu

"Halo. Ini aku, Farrel sama Agnez. Bisa kita nggak kerjasama lagi? Kami nggak mau ngelukai Renata lagi."

"Hoh? Beneran? Kamu hampir selesai lho, kamu bisa tau siapa pengirimnya."

Farrel menggeleng pelan

"Nggak makasih, kami tutup telponnya."

Ucap Farrel mematikan sambungan, ia menoleh ke Agnez

"Sesaat gue ngerasa tenang."

Ucap Agnez tersenyum lega

"Kamu mau beritau Renata?"

Agnez mengangguk

"Aku juga."

***

"Tumben ke sini, kenapa?"

Renata menelan saliva, ia menarik napas lalu duduk di bangku depan meja belajar Rian.

"Aku...kelas 8 pindah Jakarta."

5 kata tersebut diucapkan Renata dengan suara pelan, ia melirik ke Rian yang terdiam

"Pindah?"

Renata mengangguk

"Ke sekolah mana?"

"Bareng Aron."

Rian meringis, ia berbalik mengeluarkan suatu kotak dari balik lemari. Ia mengeluarkan sebuah buku, lalu mematuhinya di meja belajarnya, tepatnya didepan Renata

"Kamu inget, dulu aku selalu nggak bolehin kamu main sama siapapun?"

Rian tersenyum tipis, Renata mengangguk teringat bagaimana waktu kecil ia tak dibolehkan main dengan siapapun kecuali Rian.

"Tapi waktu aku tau, kamu sering merhatiin Aron, aku lepas biar kamu bisa main sama dia."

Renata terdiam, ia mendongak, bagaimana Rian bisa tau rahasianya selama ini?

"Aku pikir kamu bakal lebih sering main sama Aron, tapi ternyata aku salah. Kamu ngajak aku buat main bareng. Tapi aku selalu inget kalau kamu suka Aron,"

"Tapi setelah Aron pindah, aku tau kamu kesepian, apa lagi waktu kita pisah kelas. Kita mulai menjauh 'kan? Aku lebih sering main sama Alex, kamu sama cewek cewek lain."

Rian tersenyum tipis tanpa memandang wajah perempuan itu, Renata membuka mulutnya

"Tapi kita tetep sahabat dari dulu."

Rian melirik Renata, perempuan itu berkata sambil tersenyum tipis

"Inget setelah kita satu kelas lagi? Kita jadi lebih sering main bareng, kita dan Cella, bareng yang lain,"

"Tanpa sadar, aku suka sama Rian. Tapi ketika kamu bilang kalau kamu suka Cella, aku patah hati, apalagi waktu Cella bilang dia juga suka kamu. Sejak saat itu aku lebih milih diem."

Rian terdiam mendengar pengakuan Renata.

"Tapi setelah aku pindah, kita tetep sahabat 'kan?"

Rian tersenyum menatap Renata

"Pasti."

Renata tersenyum, ia menatap Rian, hanya 1 bulan waktunya disini. Tinggal menunggu hasil ujian keluar.

***

"Em, Ren, bisa ngomong sebentar?"

Renata menoleh ketika Agnez memanggilnya, Renata langsung mengangguk lalu mengikuti Agnez ke lapangan dimana disana sudah ada Farrel.

"Kami...mau jujur sama kamu. Sebenarnya kami kerja sama dengan seseorang, orang iu nyuruh kami bully kamu."

Ucap Agnez sambil menutup mata, ia mengucapkannya dengan lantang

"Kalian yang buat berantakan meja sama nempelin kertas kertas itu?"

"Kalo soal kertas, bukan kami. Itu... orang yang nyuruh kami, dia punya sedikit informasi kamu..."

Renata mengerutkan dahi

"Siapa?"

Farrel dan Agnez saling bertatapan

"Namanya Cella."

Renata terdiam

"Cella?"

"I-iya, kami di suruh, karena dia katanya bakal ngasih tau siapa pengirim misterius ke rumahku, kalo Agnez dia bakal bantu kondisi keuangan keluarganya."

Renata menatap Farrel

"Kamu udah tau siapa?"

Farrel menggeleng

"Asli nya, misi kami belum selesai. Tapi kami nggak mau ngelukain siapa siapa lagi. Jadi kami minta maaf."

Ucap Agnez, Renata menghela napas

"Aku maafin, makasih udah jujur."

******

"Cella?"

Renata menatap foto kelulusan didepannya, bagaimana bisa sahabat nya melakukan ini padanya. Ponsel Renata berbunyi, ia mengerutkan dahi ketika nomor tak dikenal masuk

"Halo?"

"Renata, kamu udah tau pelakunya?"

"Maksudmu apa? Kamu kenapa sih bisa kayak gini?"

Terdengar suara tawa kecil dari ujung sambungan

"Aku asli nya kesel sama sikap kamu Ren. Dimana kamu selalu mengalah, bahkan kamu rela demi persahabatan kita kamu nggak kasih tau kalo kamu suka Rian. Aku nggak suka orang kayak gitu Ren, dimana dia ngebiarin hatinya sakit cuma demi sahabatnya."

"Justru aku yang harusnya bilang kesel ke kamu. Aku ngelakuin itu buat persahabatan kita, mana mungkin aku berantem cuma gara gara cowok? Kamu nge bully aku, sahabatku?"

"Soal itu, ya aku ngaku salah. Tapi tolong, aku tau nanti kamu bakal pindah, kamu ubah sikap kamu ya ,jangan suka nge relain sesuatu demi yang kamu nggak suka. Ikutin kata hatimu Ren."

Revisi 10
Tinggal 1 chapter di season 1~~

Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang