Extra:The Argument

4.3K 122 5
                                    

16 tahun lalu

Renata memejamkan matanya sejenak, rasanya perih dan ber-air, tentu saja karena perempuan itu sudah tidak tidur selama 19 jam. Semenjak Ardhan dan Dhito lahir, ia menjadi sangat jarang tidur. Belum lagi ia harus mengurus rumah, menyapu, mengepel, memasak, dan mencuci pakaian juga sebagainya. El masih belum mendapatkan pembantu yang dapat dipercaya, maka selama itu Renata melakukan semuanya sendiri.

Wajah yang biasanya setiap pagi terlihat cerah setiap bangun tidur tidak terlihat. Yang terlihat hanya kantung mata hitam dan wajah lelah. Juga rambutnya yang biasanya rapi mengembang dengan indah menjadi berantakan, ini Renata.

Bayangkan saja mengurus 2 anak bayi yang setiap malam selalu menangis heboh. Sekarang sudah pukul 9 malam, di sebelahnya Ardhan sudah tertidur, sementara Dhito masih ia gendong.

Akhirnya kondisi rumahnya tidak berisik seperti tadi, ia bisa beristirahat sejenak. Renata menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya perlahan

Tidak ada 5 menit, ringtone ponsel Renata yang berbunyi lagu POP dengan suara kencang membuat si kembar kembali menangis, Renata menghela napas dan segera menerima panggilan tersebut

"Ren, buka pintu aku di depan."

Itu suara El, perempuan itu mematikan ponselnya dan segera berlari untuk membuka pintu dan kembali ke kamar untuk  menenangkan kedua anaknya lagi. Elvano yang masih berdiri di depan itu mengangkat kedua alisnya, pria itu segera masuk dan menaruh masuk ke kamar dimana Renata menggendong Ardhan dan Dhito sambil berjalan pelan

"Kan bisa pake bel di depan pintu, El, kenapa harus telpon?"

Protes Renata dengan suara pelan, mencoba tidak menimbulkan suara kencang yang mengganggu si kembar.

"Kebiasaan hehe..."
"Bantuin gendong Ardhan nih."

El mengangguk dan kedua tangannya meraih anak pertamanya, tiba-tiba ponsel pria itu berbunyi ia langsung menoleh ke Renata meminta ijin, perempuan itu mengangguk membiarkan Elvano menaruh Ardhan kembali di sebelahnya lalu pria itu pergi ke luar kamar dan mengbrol. Renata menghela napas melihat punggung pria tersebut semakin menjauh.

***

"Iya, baik pak, besok akan saya temui anda di kantor, terimakasih. Selamat malam."

Akhirnya setelah sekitar 2 jam mengobrol di ponsel pria itu bisa menarik napas lega. Ia melirik jam tangan yang di pakainya dan segera kembali ke kamar.

Dengan perlahan pria itu melangkah masuk ke kamar, sebuah senyuman tipis terlihat di wajah El, dimana Ardhan dan Dhito sudah tidur di box bayi. Ia mencari-cari Renata yang tidak ada di kamar itu

Duk!

Suara itu membuat Elvano mengerutkan dahi, ia segera melangkahkan kedua kakinya menuju dapur dan ia menghela napas. Renata yang duduk di depan meja makan tertidur di meja, sepertinya perempuan itu kelelahan hingga tak sadar bahwa ia tertidur hingga dahinya terjeduk meja.

Elvano mengangkat Renata, perempuan itu nampak sudah pasrah dan larut dalam tidurnya.

Setelah menaruh sang istri di tempat tidur, Elvano menarik napas lalu membuka kemeja nya dan mandi. Ia kembali ke kamar dan mengecek ponselnya karena ada sebuah pesan masuk.

Sinar HP El menjadi sumber cahaya di kamar tidur nya yang gelap, ia menghela napas membacanya lalu segera melangkah menuju meja kerjanya dan membuka laptop. Sepertinya ia harus begadang malam ini ditemani kerjaan yang baru saja di sampaikan oleh asistennya.

***

Pukul 2 pagi, Elvano masih menatap layar laptop, ia meregangkan tubuhnya sejenak lalu pergi ke dapur mengambil minum lalu kembali ke kamar untuk menyelesaikan pekerjaannya yang hampir selesai

Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang