2.7:Reuni Telepon

5.9K 233 0
                                    

Tak seperti biasanya, pagi ini Renata sudah ikut-ikutan memanjat pohon bersama yang lain didepan gerbang, menjadi sorotan murid murid yang masuk ke sekolah. Inilah pengaruh besar pergaulan pada pergaulan anak, ya seperti ini.

"Kamu nggak takut,Ren?"

tanya Keira, agak heran karena Renata duduk biasa saja sambil tangan kanannya memegang batang pohon.

"Biasa aja." ucap Renata santai, Aron, Leon, Reven dan Keira langsung melotot, pasalnya Renata sudah berada di batang paling tinggi dan ia menatap santai segalanya.

"Woi,turun!"

Teriakan itu terdengar dari bawah, mereka semua melihat ke arah bawah dan menemukan satpam yang berjaga sudah menaruh kedua tangannya di pinggulnya. Kumisnya yang tebal menambah kesan galak satpam tersebut.

"Yo turun,bentar lagi masuk!" ucap Reven menuruni setiap cabang perlahan lahan. Para murid yang menyaksikan itu hanya bisa ketakutan dan berharap tak jatuh.

"Ayo tuurn,kalian ikut saya!"

tegas seorang guru dengan rambut cepol dan kacamata bundar.

"Hup!"

Setelah Leon turun dari yang terakhir, mereka langsung menuju ke ruang BK. Dengan tampang tak berdosa, mereka berjalan santai ditemani canda tawa seakan tidak menghiraukan tatapan guru yang membimbing mereka dan pata murid yang menatap mereka sambil geleng-geleng kepala.

***

"Kalian itu pagi-pagi sudah bikin ribut saja!"

Suara Bu Dian sudah menggelegar, tangannya memegang penggaris yang siap memukul setiap saat. Kelima anak itu hanya berdiri menunduk, mendengar seluruh ceramah guru BK tersebut.

"Kamu juga,anak baru sudah cari masalah!"

Tunjuk Bu Dian kearah Renata, Renata mengernyitkan dahinya.

"Saya anak mama saya,bukan anak baru."

ucap Renata langsung, Keira meringis menahan tawa bersama Reven,bisa bisanya Renata bercanda di saat serius.

"Saya serius!"

Tegur Bu Dian menaikan volume suara.

"Saya juga serius,saya anak Lina,bukan anak Baru!" ucap Renata tak mau kalah, mata bu Dian menatap tajam iris Renata.

"Permisi."

Mereka semua menoleh ke arah pintu, Aron menatap tajam orang itu. Ethan,lagi lagi dia mengganggu,entah alasan apa ia berada di ruangan ini.
Dengan pakaian acak-acakan dan senyum lebar ia. berjalan santai ke arah guru BK tersebut.

"Kamu kenapa lagi kesini?" kesal Bu Dian menahan amarah.

"Anu,tadi disuruh ke sini sama pak Guntur."
ucap Ethan tersenyum tanpa dosa, artinya ia membuat masalah jika disuruh pak Guntur ke ruang BK.

"Haduh,sudah,kalian kembali ke kelas!Jangan ulangi lagi!"

seruh Bu Dian mengusir Renata dan yang lain, dengan senang hati mereka berterima kasih lalu segera keluar dari ruangan menyeramkan itu.

"Bener juga sih tapi,kamu bukan anaknya Baru." ucap Leon berpikir, seketika semua tertawa kecuali Renata yang menatao datar Leon.

"Ke kelas,yo!" seru Aron, sesungguhnya memang seharusnya mereka ke kelas, lagipula sudah jam pelajaran.

Aron membuka pintu, seluruh murid didalam kelas langsung ribut duduk di tepatnya.

Hening

Anak-anak lain mengira Aron guru yang belum datang. Reven meringis, seluruh murid tertawa termasuk Renata yang hanya tertawa kecil.

"Gurunya belom dateng?"

Tanya Aron duduk ditempatnya, bertanya pada Arga, Arga menggelengkan kepala.

"Katanya ada rapat." ucap Arga senang, jarang waktu seperti ini didapatkan mereka. Maka dari hal itu selama satu jam pelajaran mereka habiskan hanya untuk bermain.

***

Renata duduk sendirian dikelas. Ia hanya ingin sendiri sementara yang lain ke kantin. Sendiri, rindu seluruh kenangan yang pernah ia jalani.

Ponsel Renata bergetar,menamakan ada yang menelpon. Dengan malas anak itu meraih ponselnya, membaca nama tersebut.

Rian

Entah ada apa mengapa Rian menelpon anak itu,Renata mengangkatnya.

"RENA!!"

Teriak Rian keras dari sana, saking kerasnya sampai Renata menjauhkan ponselnya dari telinganya. Perempuan itu tersenyum kecil, sudah lama ia tak mendengar suara anak itu.

"Ya." ucap Renata,terdengar ditempat Rian sangat ramai.

"Hai, Ren!"
suara itu milik Alena dan Clara,mereka memulai panggilan video, ingin melihat rupa Renata sekarang.

"Waw, Rena potong rambut!" ucap Rian melihat perubahan rambut anak itu, Renata hanya meringis, dikelas yang sepi suara mereka menggema.

Pintu terbuka, keempat anak yang tadinya saling bersahutan di telepon diam, Renata menengok ke arah pintu lalu menghela napas lega. Aron,anak itu masuk ke kelas,

"Ren,ayo kump - Rian?" uucap Aron melihat layar ponsel Renata.

"Aron!!"

Rian, Alena, dan Clara berteriak, memanggil nama cowok itu, Aron meringis melihat perubahan mereka semua setelah sekian lama tak bertemu. Hari itu, panggilan Aron ke Renata untuk segera ke kantin terhenti untuk bersenang senang bersama mereka.

Revisi 2.7

Chapter berikutnya,bakal saya langsung skip ke masa SMA aja ya

Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang