2.5: Senyum

6.9K 263 2
                                    

El menghela napas, ia berdiri didepan pintu kamar tersebut, kamar yang berisi memori tersebut, membuka pintu berlahan sehingga menimbulkan suara. Mata El mencari cari seseorang,hingga kedua matanya berhasil menangkap suatu objek yang dicarinya.

Alvian, kembaran Elvano nampak Alvian duduk bersandar pada tembok, ia menatap ke jendela dengan tatapan kosong. Elvano menatap ke meja dekat sana, sebuah album lama, terlihat dirinya, Alvian, dan seorang gadis waktu mereka kecil. El hendak meraih album tersebut

"Jangan sentuh."

Ucap seseorang membuat Elvano berhenti, ia menatap Al lalu pergi dari kamar kembarannya tersebut.

***

Brak!!

Pintu kelas yang tadinya tertutup terbuka lebar, seperti biasa, kawanan aak anak rusuh datang dengan heboh. Siapa lagi jika bukan Aron, Leon, Keira, dan Reven. Keempat anak itu menghampiri Renata yang duduk di dekat jendela mendengarkan musik lewat earphone.

"Kagetin ga?" bisik Keira melihat Renata tak menoleh ke mereka,  matanya masih fokus membaca setiap huruf pada novel.

Pluk

Reflek tangan Renata terangkat, Aron terkekeh,ia yang melemparkan es krim ke meja Renata. Renata menutup novel yang ia baca,lalu mencabut earphone yang ia pakai. Pangannya meraih es krim rasa vanilla yang dibungkus plastik tersebut.

"Biar pala lo ga benjol lagi." ucap Aron menunjuk kepala Renata menggunakan dagu nya.

"Thanks."

ucap perempuan tersebut singkat sambil membuka bungkus es yang diberi Aron,lalu memasukannya ke dalam mulut. Rasa manis yang sudah lama ia tak rasakan, ia tahu es krim apa itu, tentunya yang biasa ia makan waktu kecil.

Pletak!

Sesuatu mengenai kepala Renata,mereka semua menoleh ke belakang seluruh mata menuju pada Ethan yang meringis. "Sorry..." ucap Ethan tanpa dosa, Aron menatap tajam murid baru itu. Renata mengusap kepalanya yang dilempar permen oleh Ethan, Ethan berbalik berjalan menuju meja perempuan itu "Buat lo." ucap Ethan menyeringai lalu berjalan menuju pintu,

Plak!!!

Ethan meringis sementara Keira tertawa, baru saja sebuah penghapus papan tulis yang dilemparkan Keira mendarat di kepala Ethan.

"Mampus!"

tawa Keira menggelegar, Reven meringis melihat kelakuan anak tersebut, Leon dan Aron hanya menggeleng melihat bagaimana Reven yang was-was Ethan dan Keira bertengkar.

***

Bel istirahat berbunyi, seluruh murid berlarian menuju kantin,tempat perang berebut membeli makanan disana, termasuk Renata, Aron, Keira, Leon,dan Reven. Ta heran kantin sangat ramai, jam istirahat bertepatan dengan istirahat SMA, Dan alhasil Elvano bersama Angga temannya ikut nimbrung di meja mereka.

"Hai, Ren!"

Seru El maju mendekat ke Renata, Renata hanya melirik kakak kelasnya itu sekilas, Reven berbisik ke Keira,

"Ditolak mentah-mentah..." ujarnya yang mendapat jitakan dari El.

Mereka melangkah ke daerah kantin, banyak anak anak memandang mereka, antara kagum dan heran.Renata duduk dipojok, sementara yang lain, El hanya memandang anak itu sekilas, Renata bangkit berjalan ke toilet.

El sendiri,dari belakang datang Aron membawa 3 jus.

"Rena emang kayak gitu, tapi dia punya sisi menarik kok."

Ucap Aron tahu maksud El berdehem,El mengernyit.

"Emang apa yang menarik dari cewek itu?"

tanya El meringis sambil duduk di sebelah Aron,Aron hanya terkekeh

"Aku jamin sekali Renata senyum pasti El bakal diem."

Ujar Aron tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya, El hanya terkekeh, entah darimana asalnya tiba tiba tubuh El merinding, Elvano menelan saliva,ia menoleh ke belakang.

"Ba!"

Ucap Keira tersenyum seram, El menatap anak itu datar, Reven menoyor kepala Keira. El berdiri, mencoba menjauh dari mereka,entah mengapa perkataan Aron masih terbayang.

El meringis, mana mungkin ia bisa terpaku pada anak itu toh, ia baru saja kenal. Langkah cowok tersebut terhenti, matanya menangkap suatu objek, Renata. Anak itu bersandar di tembok membaca pesan pesan di ponsel miliknya. El bersembunyi, tak mau terlihat Renata.

"Rena!"

Terdengar suara tersebut kencang, Renata yang mendengar itu sangat mengenal syarat tersebut.

"Hai Len, Clar!"

ucap Renata tersenyum tipis, ia sedang berbicara dengan mereka lewat video call. Renata tersenyum di tempat sepi itu, seakan akan suara kedua orang itu menjadi penghibur nya.

Deg

Elvano terdiam, jantungnya berhenti seketika. Wajahnya merah melihat senyuman Renata, benar kata Aron, sekali anak itu tersenyum ia terdiam. Renata yang melihat sekilas ada seuntai rambut di balik tembok langsung pergi mengetahui ada yang mengintipnya.

Senyuman perempuan itu benar-benar menghipnotis dirinya, sepanjang hari terus terbayang.

Revisi 2.5

Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang