2.15:She smile

4.4K 171 0
                                    

Aron tersenyum menghela napas, cowok itu menggenggam koper erat erat.Sudah saatnya mereka kembali, Rian menemui mereka di bandara. "Hehe, cepet banget ya rasanya.." ujar Rian menghangatkan suasana. Renata hanya menatap cowok itu dengan senyuman tipis, Rian melirik Renata.

Sedetik kemudian tangannya mengelus kepala perempuan itu, mata Renata melotot. Aron yang disebelah Renata diam, ia tahu apa yang dilakukan Rian. "Jangan tambah cuek!" Ucap Rian mengacak-ngacak rambut Renata.

Renata menunduk, wajahnya merah padam. Aron dan Rian cengengesan. Dari jauh,Keira,Reven dan Leon memperhatikan mereka. "Samperin yuk!" Ajak Keira tersenyum lebar.

"Biarin mereka woi!" Tegur Reven menahan tangan Keira. Leon hanya menahan kesal melihat kemesraan mereka. Nasib sendirian... ujar Leon menertawai dirinya.

Panggilan pesawat sekolah Renata sudah disebut, memandang manik Rian, ia tersenyum tipis dengan hangat. Rian membalas senyuman cewek itu dengan tatapan hangat,"Nih buat kalian berdua, hati hati ya." Ucap Rian memberikan 2 kotak bermotif.

"Lo masih nyimpen diary gue kan?" Tanya Rian memastikan, Renata mengangguk tertawa kecil.

***

"Kapan kapan kesini lagi!" Ucap Rian melambaikan tangan pada segerombolan anak yang diantara ada Aron dan Renata.Mereka menaiki pesawat,Renata duduk di dekat jendela mengintip Rian yang masih kelihatan. "Cie ngeliatin.." goda Aron yang mendapat pukulan kecil dari Renata. Cowok itu hanya meringis, Keira, Leon dan Reven menendang mereka kesal.

"Kita terlupakan.." ucap Leon menatap jendela.

***

Renata berbaring di kasur nya. Hari ini sungguh melelahkan baginya, ia berdiri menuju meja belajarnya yang tak pernah ia buat belajar. Tangan mungilnya meraih sebuah buku tebal. Itu pemberian Rian 3 tahun lalu, lebih tepatnya diary Rian.

Renata meringis ketika membayangkan seorang lelaki punya buku harian. Ia mengambil pulpen lalu membuka halaman belakang. Masih ada sisa kertas kertas kosong,bisa untuk ia menulis.
Ia mulai menggerakan pulpen tersebut ,sebentar ia tersenyum tipis lalu ia tersenyum pahit.

Renata menutup buku tersebut

-Renata Agatha

Dia yang memberiku pelajaran tentang kehilangan.Dia juga yang memberikan kenangan tentang persahabatan.

***

Pukul 06.48

Renata berjalan masuk ke kelasnya, hari sudah seperti biasa, kembali lagi. Terlihat jelas kelopak mata bawahnya gelap, ia tidak tidur semalaman.Renata membuka pintu kelas,yang lain masih belum datang, hanya ada beberapa tas saja.

Perempuan itu menaruh tas, ia mengeluarkan ponselnya lalu mendengarkan lagu melalui headset miliknya.Pintu kelas terbuka, menampakan rambut hitam yang ia kenal.

Itu Elvano. El menyuruh Renata ke tempatnya dengan menggunakan tangannya. Terpaksa aktivitasnya terganggu,

 "Kenapa?" 

Tanya Renata di dekat pintu. El tersenyum tipis sambil memberikan sebuah plastik besar, Renata mengerutkan dahi sambil mengambil plastik berat tersebut.

"Buat Rena." Ucap El tersenyum  lalu pergi tanpa menoleh lagi. Renata diam ditempat, baru saja cowok itu memberikan kado? Tangannya membuka plastik, matanya berbinar binar melihat isinya.

Ada permen kesukaannya, headset warna hitam baru dan novel yang belum pernah Renata beli. Renata tersenyum gembira, dari jauh El dan Angga memandang perempuan yang kegirangan itu.

"Thanks idenya." Ucap El menyenggol Angga, "Traktir cilok mbak Anna dulu.." ucap Angga tersenyum menyeringai, El hanya meringis menoyor kepala sahabatnya itu.

Revisi 2.15



Ice GirlМесто, где живут истории. Откройте их для себя