2.9:Ajakan

5.7K 215 1
                                    

Renata cemberut, berjalan menyeret kakinya masuk ke dalam kamarnya. Akibat ulahnya tadi membolos, ia ketahuan salah satu guru yang berjaga dan akhirnya dilaporkan juga. Setelah dimarahi juga dipotong uang jajannya.

Anak itu membuka pintu, melepaskan dasi abu-abu nya, langsung berbaring ke kasur nya, memasang headset memutar lagu kesukaannya.

Menghela napas,agak rindu ketika pertama kali ia masuk SMP, teringat Rian, Alena dan Clara yang ada di sana.

Pandangan anak itu menjadi kabur,semua tak jelas, rasa kantuknya tak tertahan lagi, ia terlelap.

***

Renata berdiri di sebuah gedung,gedung tua yang tak pernah ia lihat. Menoleh ke kanan lalu ke kiri berusaha mencari orang. Sepi,hanya ada dirinya,tubuhnya bergetar,takut.

Kakinya melangkah masuk ke dalam gedung tersebut, semua berubah.Orang-orang berlarian, nampak 3 orang perawat berlari membawa sebuah korban, berlari menembus Renata.

Renata melotot, memandang kedua tangannya yang ditembus oleh ketiga perawat tadi.

Ia terdiam melihat El berlari mengikuti perawat tadi, nampak ia berteriak menangis memanggil nama orang itu. Renata mundur, ini membuatnya pusing,ia melihat dibelakang El ada.,.El lagi yang berusaha menahan El yang didepannya.

***

Sontak perempuan itu segera bangun, napasnya tak beraturan

Mimpi apa itu tadi?

Renata meregangkan tubuhnya, sebentar melihat ke arah jam, pukul 18.04. Renata menguap, meraih ponselnya yang ada disampingnya, mengecek notifikasi. Matanya tertuju satu pesan yang seharusnya ia baca dari tadi,

Elvano

Ren, jam 6 ku kerumahmu, thx

Renata melotot, sudah jam lebih,dan pastinya Lina tak tahu. Ia segera turun ke bawah, mencari-cari keberadaan El. Ia hanya menemukan Lina yang ada di sofa menonton TV, Lina yang menyadari keberadaan anaknya memanggil Renata ke sebelahnya.

"Tadi ada Elvano dateng kerumah,minta ijin jalan jalan sama kamu besok." ucap Lina santai.

Renata yang sedang minum langsung tersedak, bisa-bisanya kakak kelasnya itu mengajaknya.

"Hah?Besok?!"

seru Renata tak percaya, Lina mengangguk santai, Renata mendengus sebal. Ia segera kembali ke kamarnya meluapkan amarahnya dalam diam, Sementara Lina terkekeh.

"Siapa tuh Elvano, Ren?"

"Maa!!"

***

Renata menyeret kedua kakinya, hari kedua masuk sekolah, apalagi sudah dibagikan kelas. Untungnya, ia sekelas dengan Aron dan Leon tapi pisah dengan Keira dan Reven. Setidaknya ia pisah kelas dengan Ethan.

Seperti biasa, anak itu berjalan melangkah masuk ke dalam gedung SMA sambil mengemut permennya. Banyak sorot mata menuju padanya, tidak dihiraukan Renata. Toh lagipula ia sudah terbiasa.

Perempuan itu masuk kelas IPA tersebut, mendapati Aron dan Leon yang sudah dipojok kelas meneriaki setiap anak dari jendela kelas.

"Ikutan ga?!" seru Leon mendapatkan Renata sudah ada dibelakang kedua anak itu,Renata hanya mencibir

"MKKB." ucap anak itu duduk di sebelah mereka, hanya memandangi kedua anak itu yang mencari ribut.

Bel berbunyi,seluruh anak yang masih dikelas buru-buru ke lapangan bawah mengikuti MOS, yang tentunya mereka akan panas-panasan dibawah terik matahari.

Merasa agak bersalah karena kemarin, Renata ikut kebawah,otomatis Aron dan Leon mengikutinya. Sambil membawa buku catatan dan botol minum,mereka duduk berdampingan di lapangan luas tersebut. Renata menghela napas, benar pemikirannya,mereka ditempatkan di lapangan luas tersebut.

Aron merobek kertas di buku nya, melipat asal-asalan lalu melempar ke Renata. Sontak anak itu menoleh, ia menaikan satu alisnya sebagai tanda ia bertanya ada apa.Aron dan Leon meringis,

"Pinjem pulpen.."

ujar Leon dengan cengiran khasnya.Renata meraba saku celana nya, kosong, pulpennya tertinggal dikelas.

"Bentar." ucap Renata berdiri ke kelas,tanpa ijin ia langsung berlari ke kelasnnya. Menaiki tangga dengan melewati setiap satu anak tangga, itu Renata yang buru-buru,ia segera mengambil 3 pulpen memasukannya ke dalam sakunya.

Anak itu menutup pintu kelas perlahan,ia berbalik laku terhenti, menatap kebawah menemukan sepatu hitam didepannya. Renata mendongak,mendapati El berdiri didepannya. Apa yang dilakukan anak itu disaat jam pelajaran?

"Nanti sore bisa nggak? Aku udah ijin..."

Renata terdiam menatap Elvano didepannya, Angga yang dibalik tembok menyoraku anak itu dalam hati.

Seluruh rasa takut Elvano hilang ketika Renata menjawab 1 kata saja,'Ya' hanya itu jawaban anak itu. El terdiam, tangannya menggenggam permen yag akan diberikan pada Renata ,entah apa yang mengontrol pikirannya, tangannya bergerak sendiri.

"Thanks." ucap Renata datar mengambil permen tongkat tersebut lalu segera ke bawah mengikuti MOS. El menoleh ke kanan, Angga yang sudah tersenyum bangga pada anak itu menghampirinya, mereka berlari kesana-kemari seperti anak kecil.


Revisi 2.8

Ice GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang