2.4:Sakit kembali

7.2K 260 0
                                    

Bel istirahat berbunyi, Renata dan Keira ke toilet terlebih dahulu sementara Aron, Leon dan Reven ke kantin. Selama perjalanan mereka ke toilet, banyak murid menatap Renata sinis, Renata agak deja-vu dengan hal tersebut,mengingat kejadian ia di bully saat di sekolah lamanya.

"Tunggu ya,Ren!" ucap Keira masuk ke dalam toilet, Renata yang sedang mencuci tangan hanya diam. Membenarkan posisi rambutnya lalu bersender pada pintu.Tak sengaja jari Renata tergores pinggiran pintu kamar mandi yang terbuat dari besi tersebut.

Di lengannya terlihat goresan dan cairan berwarna merah mulai keluar, napas Renata mulai tak beraturan,ia serasa terombang-ambing di lautan, tiba-tiba ia merasa gelap dan merasa sesuatu membentur kepalanya.

"RENA!"

***

"Ukh.."

Renata mengerang,ia membuka perlahan matanya,kepalanya sakit.

"Udah bangun?"

suara tersebut terdengar familiar.
Renata menoleh ke kanan, Aron duduk menatap anak itu serius.  "Kenapa kamu nggak bilang apa apa soal kamu di bully waktu di sekolah lama?"

Renata terdiam, ia menatap layar ponsel Aron yang menampakan ruang obrolannya dengan Alena. Alena menceritakan seluruh kejadian yang dialami Renata dulu.
"Itu udah lama." ucap Renata judes, ia tak suka mengungkit kejadian lama, apalagi saat ia di permalukkan waktu itu.

"Terus, kamu mau sampe kapan?"

"Apanya?"

"Trauma darah?"

"Aku tadi shock aja."

Ucap perempuan itu kembali berbaring, membelakangi Aron yang menghela napas dan keluar dari UKS.

***

Flashback

"RENA!!"

Keira berteriak ketika keluar toilet melihat Renata terbaring di lantai, dengan panik ia langsung memanggil Aron dan kawan kawan untuk menolong Renata.

"Kok bisa gini?!" protes Aron panik,Keira mengangkat kedua bahunya, Aron tahu harus bertanya pada siapa.

"Ya? Halo?"

Suara Alena dari ujung telepon terdengar. Aron yang gelisah hanya berteriak.

"Len, Renata  pingsan!"

perintah Aron langsung,

"Hah?" terdengar suara cempreng ala Alena disana,

"Kenapa dia pingsan saat tangannya berdarah?"

"Ee...itu-"

"Cepetan!" perintah Aron tak mengucapkan salam sama sekali

"Kamu inget waktu Rian kerserempet terus berdarah 'kan?"

ucap Alena,

"Hem." ujar Aron menunggu Alena berbicara.

"Renata trauma, dia shock berat waktu itu ngelihat Rian teriak sekeras mungkin nahan rasa sakit itu, Renata jadi trauma darah, mungkin dia masih shock..."

Ucap Alena kembali mengingat.
"Oke thanks!" segera Aron langsung menutup telepon membiarkan Alena berteriak kesal di sana karenanya.

Flashback off

...

Renata menghela napas, akibat ia pingsan tadi, ia harus menyusul seluruh tugas yang hari ini belum ia kerjakan. Untungnya ia sudah meminta Lina untuk menjemput lebih telat setengah jam dari biasanya.

Renata keluar dari kelasnya,seperti biasa. Lagu dan earphone yang membawanya ke kedamaian sebentar, menenangkan diri dari kejadian tadi.

Perempuan tersebut membawa tas ransel miliknya di punggung, melewati koridor sekolah yang hanya ada beberapa murid. Seperti biasa,ia langsung ke gerbang dekat pos satpam, menurutnya lebih aman disana.

"Rena."

Renata menoleh,lagi-lagi ada kakak kelasnya yang tersenyum padanya.

"Belom pulang?" ujar Elvano duduk disamping Renata. Perempuan itu menggeleng lalu kembali memutar lagu di earphone miliknya

El tetap memandang wajah Renata, menatap lekat iris coklat muda yang membuat mata perempuan itu indah. Merasa terganggu dengan beberapa helai rambut Renata, El menyingkirkannya ke belakang telinga Renata.

Renata terdiam ketika melihat mata El yang juga menatapnya.

"Sorry."

Ucap El yang sadar akan apa yang ia lakukan. Reflek ia menarik tangannya kembali.

Renata bangkit,ia tak mau terus menerus diam duduk di sebelah Elvano,tanpa salam Renata langsung keluar gerbang menaiki mobil Lina.

El terdiam,memorinya berputar kembali. Iris Renata sangat mirip dengan perempuan di masa kecilnya, yang memberi luka dan tawa waktu dulu.

Revisi 2.4

Ice GirlWhere stories live. Discover now