2.18: Perasaan?

4.7K 171 1
                                    

Renata terdiam, ia menatap ruangan tersebut.

"Ayo masuk,Ren!"

Ucap Keira memecahkan lamunan perempuan itu. Renata segera mengangguk, mereka sedang di rumah sakit , tempat El dirawat.
Kata Angga, El tiba-tiba demam tinggi

Renata masih merasa bersalah. Ia masuk ke ruangan, mendapati El dengan Angga yang masih saja main game.

"Ekhem!" Seru Leon berdehem,dua orang itu langsung menghentikan permainan mereka.

"Kalian udah sampe?Aron mana?" Tanya El menyambut mereka, terlihat selang infus di tangannya.

"Tadi beli cemilan." Ucap Reven duduk di sofa, keluarga El memesan ruangan VIP untuk anak tersebut.

"Btw bentar lagi pemilihan calon OSIS, lo ga daftar?"

Tanya Leon menunjuk El,El mengerutkan dahi lalu meringis.

"Sekarang kan gue ketua OSIS nya..." ujar El mengingatkan Leon.

Plak!

"Gue punya kartu memori, mau pinjam?"

"Gausah!"

Seru Leon menyahut Keira yang menggodanya. "Woy, mau nonton TV gak?" Seru Angga dari sebrang, Keira dan Leon yang bagai anak kecil diberi permen langsung berlari ke arah TV, Reven hanya menghela napas pusing dengan 2 orang itu.

Kini hanya tinggal Renata dan El, perempuan itu menunduk,El mengangkat alis.

"Kemarin, maaf Rena masuk tanpa ijin."

"Gapapa."

"Beneran?"

"Bohongan."

"Serius!"

Elvano terkekeh menatap wajah perempuan yang nampak kesal it.

"LEON, JANGAN DIGANTI!!"

Sontak El dan Renata menoleh ke depan, padahal jarak TV dan ranjang El sekitar 2 meter dan terhalang lemari, tapi masih saja suara Keira terdengar. "Woy ini rumah sakit!" Terdengar suara Angga seperti seorang ayah yang menghukum kedua anak nya.

Renata penasaran, ia bangkit hendak berjalan kesana, tapi dengan segera El meraih lengannya. Renata kaget,ia segera melihat ke belakang

"Jangan pergi dulu."

Ucap El menarik tangan Renata, sambil berbaring dan menutup mata. Pastinya wajah Renata saat ini merah tomat, bagaimana bisa El setenang itu sementara Renata berusaha mengatur jantungnya.

Renata mengangguk lalu duduk di sebelah El, perempuan itu menelan saliva, jika dilihat baik baik, El memang terlihat lumayan ganteng.

Dari luar, Aron yang mengintip dari jendela bingung. Jika ia masuk, ia akan menganggu suasana, jika tidak masuk ia akan menjadi satpam di pintu.

Ia mengintip lagi, terlihat Renata mulai mengantuk, ia tersenyum menyeringai, ia segera ke jendela sebelah mengetuk ngetuknya.

"Gantian aku!" Seru Keira merebut remot, Reven yang kesal segera mengambil remot ditangan Keira, "Udah diem!" Ucap Reven tegas menghentikan perebutan takhta remot. Leon dan Keira cemberut mereka seperti anak TK. Angga hanya meringis melihat kelakuan mereka, merasa mendengar sesuatu di jendela ia menoleh.

"Itu Aron." seru Keira menunjuk Aron, Aron dari luar jendela menunjuk ke arah ranjang El. Dengan bingung mereka semua menoleh ke ranjang tersebut, Keira menahan tawa, sementara Angga mengabadikan moment dengan memotret kedua orang itu.

  Renata ketiduran di ranjang El, kepalanya menunduk tiduran sambil melipat kedua tangannya.

"Duh,ucul nya..."

ucap Reven melihat mereka berdua.

"Lucu kali!" Ralat Keira menoyor kepala Reven.

***

Renata mengerjapkan matanya,ia menguap, akhirnya rasa kantuknya hilang juga. Ia terbelalak, didepannya ada El tertidur di ranjang rumah sakit. Ia langsung bangkit lalu mundur. Dilihatnya sekeliling sudah ada 5 orang yang ketiduran. Ia melihat ke jam tangannya, sudah hampir 5 sore.

  Renata melihat ke samping, El tertidur pulas, perempuan itu menahan tawa melihat El menginau.

"Udah bangun?"

Renata langsung menghilangkan senyumnya, melihat ke depan.Aron sudah bangun, Renata mengangguk

"Nih kunci mobil, nyalain dulu,gue bangunin yang lain."

Ucap Aron memberi kunci mobil pada Renata, perempuan tersebut menghela napas mengangguk, mereka masih belum mau mengendarai sendiri.

***

  Renata berbaring di kasur nya,senyum sendiri membayangkan bagaimana ia ketiduran di rumah sakit dan pastinya dilihat teman temanya.Ponsel perempuan tersebut berbunyi, ia segera meraih lalu membukanya.

   Mendadak raut wajahnya menjadi kesal, Keira mengirimkan foto waktu Renata ketiduran menunggu El. Ia segera menutup ponsel lalu memukul mukul bantal kesal.

Alena

Ponsel anak tersebut berbunyi, nampak nama Alena disana Renata mengerutkan dahi,sudah lama mereka tidak berkomunikasi.Ia mengangkat panggilan tersebut.

"Halo,Ren,lo gimana?"

"Ya, baik. Lo?"

"Sama, gue dikirim Aron foto lo sama seseorang nih."

Renata menunduk kesal,besok ia pasti akan memberi pelajaran pada bocah tersebut.

"Itu yang namanya Elvano?"

"Hm."

"Lo suka?"

"Gak."

Meski begitu, jantung Renata berdebar debar. Alena dari ujung telepon tersenyum miring.

"Bener? Bohong dosa, lho! "

Pancing Alena,ia sudah diceritakan seluruh kejadian oleh Aron.Alena dari sana tersenyum,

"Lo masih takut 'kan?"

Perkataan itu membuat Renata terdiam,ia tak menjawab. Perkataan Alena benar, masih trauma oleh Rian.

"Coba lo uji si...Elvano itu,mungkin lo bakal nentuin jawabannya." Ucap Alena terdengar sabar, Renata hanya diam sambil menutup panggilan.
Perempuan itu menghela napas,ia menatap kotak kecil yang isinya mainan dari Rian.

Revisi 2.18


Ice GirlWhere stories live. Discover now