3.18 : Sydney

3K 90 0
                                    

Renata menelan saliva, ia memegang paspor pertama miliknya. Jantungnya tak tenang, terus berdetak takut, ini pertama kali ia pergi ke luar negeri.

Kakinya dari tadi sudah menendang-nendang ke mana saja, ia cemas, bagaimana jika nanti dirinya nyasar di sana? Bagaimana kalo dia diculik sama om om bule disana?

"Santai aja, nggak bakal diculik om om bule."

Elvano menggenggam tangan Renata, ia melirik perempuan itu

"Kok tau?"

"Iyalah, dari kemarin kamu bilang gitu terus. Renata hanya menggigit bagian dalam bibirnya, Elvano merangkul istrinya tersebut.

"Tenang aja, ada aku. Your best husband"

Kalimat yang diucapkan Elvano membuat perempuan itu mengangguk agak memaksa, pria disebelahnya itu terkekeh.

***

Pukul 18.04

Jam 6 sore di Sydney, Renata mengenggam tangan Elvano erat, mereka sudah didepan rumah kediaman keluarga Xavier.

Elvano tersenyum

"Santai aja, mereka semua bisa bahasa Indonesia, tapi baku."

Perkataan El membuat Renata agak tenang, bagaimana komentar keluarga Elvano nanti? Dirinya tak se-sempurna yang mereka inginkan.

Suara ribut sudah terdengar, pasti banyak anak-anak disana.

Mereka berdua masuk, perempuan itu menelan saliva, melihat pandangan orang-orang disana.

"Itu Elvano."

Ucap salah satu wanita yang mengenakan dress merah. El tersenyum. Pria itu menggandeng Renata masuk ke ruangan utama

"Hello uncle!"

Seru seorang anak perempuan berlari menuju El, pria itu tersenyum

"Hey Avie, where is your mom?"

Perempuan kecil bernama Avie tersebut menunjuk ke arah meja makan, dimana para orangtua berkumpul disana. Elvano mengangguk dan mengucapkan terimakasih.

Pria itu menggandeng tangan Renata menuju ruangan tersebut, perempuan itu mengatur napas melihat pandangan keluarga Elvano.

"Elvano..."

Seorang wanita tua berdiri lalu memeluk pria itu

"Hai moma"

Balas Elvano hangat, moma adalah panggilan neneknya tersebut. Wanita yang dipanggil Moma tersebut menatap Renata

"Kamu pacar Elvano ya?"

Tanya Moma tersenyum ramah, terlihat kerutan di wajah wanita tersebut, Renata menggeleng

"Ini Renata, istri Elvano, Moma lupa ya?"

Moma mencoba mengingat lalu mengangguk,

"Silahkan duduk Rina."

Ucap Moma, Renata dan El saling bertatapan

"Rena, bukan Rina moma..."

Elvano langsung menanggapi. Renata duduk di sebelah Elvano

"Ini Jonas, sepupu ku. Yang ini istrinya Vina."

Ucap El memperkenalkan,

"Nice to meet you."

Sapa pasangan tersebut, Renata mencoba menghafalkan nama-nama orang disana, tinggal terakhir.

"Ini Astrid, adik Jonas."

Renata menatap perempuan dengan rambut tergerai indah itu. Pandangan yang diberikan Astrid sinis, berbeda dari yang lain.

"Astrid pernah kuliah di Indonesia, jadi dia tau bahasa kita."

Ucap Elvano memperjelas lagi, Renata tersenyum tipis lalu mengulurkan tangan

"Renata."

Niatnya ingin menyapa perempuan itu, tetapi Astrid hanya membiarkan tangan Renata sementara ia meminum jus. Merasa malu Rena segera menurunkan tangannya kembali

"Ronald dan Rose gimana kabarnya El?"

Moma bertanya,

"Baik, papa lagi ngurus perusahaan, mama masih bantuin papa di kantor."

Jawab Elvano, Moma tersenyum, mengetahui putra sulungnya-Ronald-alias Mr.Xavier baik-baik saja.

"Jo, restoran kamu gimana?"

"Kami mau tambah menu baru ma, nanti mama datang saja."

Renata menatap resah, ia tak mengerti apa yang dibicarakan mereka. Astrid menatap Renata tajam

"Astrid, gimana pesanan gaun pengantin? Sudah jadi belum?"

Astrid tersenyum sambil menaruh minumannya

"Hampir selesai, kita dari tadi hanya bahas tentang kita saja. Renata, kamu kerja apa?"

Semua menatap perempuan yang duduk di sebelah Elvano.

"Saya...lagi ikut lomba komik."

Jawaban Renata membuat semua terdiam

"Ooh, pendapatan kamu berapa sehari?"

Pertanyaan menusuk dan menjebak Renata, ia tersenyum kecut

"Tidak ada."

"Lalu, kamu seharian ngapain aja? Belanja menghabiskan uang El?"

"Sehari? Saya bisa cuci piring, bersihkan rumah, buat sarapan dan makan malam, belanja kebutuhan rumah, dan menggambar untuk lomba."

Jawab Renata mantap dengan suara lantang, Elvano tersenyum bangga pada istrinya tersebut

"Sudah, Astrid jangan kebiasaan nanya hal pribadi!"

Seru Jonas mengomeli adiknya, wanita tersebut hanya mencibir.

***

"Aih, lama juga kita disini. Besok udah mau pulang..."

Ujar El meregangkan badannya yang kaku, sementara Renata? Perempuan itu selalu saja langsung memeluk ranjang hotel yang sangat empuk.

Ting!

Ponsel perempuan itu berbunyi, sontak Renata dan El langsung menatap ponsel Renata. Perempuan itu membuka pesan yang dikirimkan padanya, ia langsung tersenyum sumringah,

"EL!"

Elvano menoleh, mengangkat kedua alisnya

"Komiknya diterima! Minggu depan mulai kontraknya!"

Seru Renata dengan bahagia, akhirnya perjuangannya tak sia-sia. Perempuan itu langsung memeluk El sambil bernyanyi ria, Elvano tersenyum.

Pria itu berdiri lalu menggenggam tangan Renata, perempuan itu hanya mengikutinya. Mereka masuk ke lift dan El memencet tombol paling atas

"Kita mau kemana?"

Elvano hanya tersenyun tipis, tak membawakan pertanyaan tersebut. Hingga sampailah mereka di lantai paling atas.

Renata terdiam, melihat pemandangan indah dari atas. Kerlap-kerlip lampu menghiasi kota Sydney.

"Dulu, waktu aku masih kecil dan disini. Aku selalu naik kke loteng rumah paling atas dan ngelihat ini semua."

Ucap Elvano sekilas bercerita

"Aku udah sering ngelihat kayak gini. Tapi baru pertama kali aku ngelihat pemandangan disini sama kamu."

Lanjut pria itu merangkul Renata, perempuan itu hanya diam. Menahan senyum, tubuhnya serasa hangat dirangkul Elvano, ditambah matanya yang dimanjakan pemandangan indah tersebut, mungkin ini bukan hari yang buruk.

Typo??
Vote!!

Ice GirlWhere stories live. Discover now