PART 9

3.5K 192 3
                                    

Author Pov.

Ares tiba di kediaman Meggy tepat seperti yang ia katakan siang tadi tapi apa yang ia lihat saat ini tidak tepat seperti yang ia harapkan.

Dia atas tempat tidur single terbaring partnersnya yang nyaris terlihat tidak seperti tidur alias mati. Lupa waktu untuk terbangun lebih tepat menggambarkan keadaan partnersnya, polos dan lelapnya tidur gadis itu menyihir penglihatan Ares.

Ares menunduk mengamati wajah cantik Meggy yang memperlihatkan kelelahan, nafas halus keluar dari hidung mancung gadis itu pertanda sangat terlelapnya Meggy.

Untuk seperkian detik Ares merasa bersalah, tentu Meggy mengalami kelelahan karena dirinya yang selalu bertamu ketika malam hari tiba, mengganggu waktu istirahat gadis itu tapi Meggy tidak pernah menolak kedatangan Ares dalam semingguan ini, gadis itu dengan senang hati mencermati penjelasan Ares tentang teori-teori yang sebenarnya hanya sebuah akal-akalan Ares agar mereka tidak segera beraksi, Ares sedikit ingin menghabiskan waktu bersama Meggy sebelum turun beraksi. Meski pun sebenarnya beraksi nanti pun mereka akan menghabiskan waktu bersama tapi saat itu akan berbeda, saat itu ia tidak akan melihat wajah manis Meggy ketika memperhatianya menjelaskan teori tidak masuk akalnya, Ares merasa butuh Meggy yang memperhatikanya bukan Meggy yang bersemangat membalas dendam.

Tangan Ares terulur menyentuh surai yang menutupi kening Meggy, terasa basah karena keringat, Meggy benar-benar terlihat lupa waktu bahkan hawa panas pun tidak gadis itu rasakan.

Ares menarik tanganya menjauh saat kening Meggy berkerut dan pejaman mata itu menyipit, awalnya Ares pikir Meggy akan terbangun tapi ternyata tidak. Meggy justru terlihat semakin menikmati tidurnya. Ares tersenyum tipis, sedekat ini memperhatikan Meggy terasa benar menurut Ares, Ares menyukai kegiatanya saat ini yang sudah seperti pengagum rahasia tapi Ares tidak membenarkan tentang itu. Kagum, Ares memang kagum pada Meggy, kagum pada semangat dan dedikasi gadis itu, jika gadis lain mungkin akan pasrah tapi Meggy tidak, dia gadis yang kuat dan Ares sangat menyukai itu.

Selama ini wanita yang ia jumpai selalu menunjukan kelemahan mereka berbeda dengan Meggy, menurut Ares Meggy adalah Dewi Kematian. Ketika paras cantik itu memerah, tatapan membara dan sumpah serapah menguar untuk Ambrose dari mulut gadis itu, saat itu Ares benar-benar melihat Meggy serupa dengan sang Dewi Kematian, siap melenyapkan nyawa-nyawa. Ah andai saja tatapan dan ucapan bisa membunuh, Ares yakin Ambrose hanyalah sebuah nama sejak pria itu membuat luka di kehidupan Meggy.

Meggy benar-benar berbeda dan Ares tidak salah menjadikan gadis itu partnersnya. Gadis seperti itulah yang Ares inginkan, berani menentang dunia yang kejam. Jika gadis itu ingin, Ares yakin Meggy dapat mengenggam dunia dengan keberanian yang ia miliki.

Baiklah, sudah cukup dengan pandangan Ares pada gadis itu. Waktu terus berlalu dan Ares tidak suka menunda waktu yang sudah ia tetapkan. Ares melirik jam tanganya yang hampir menunjukan pukul setengah sembilan, mendengus pelan kemudian tanganya terulur menguncang pelan bahu Meggy.

"Mage."

Sekali saja sudah menyakinkan Ares bahwa usahanya tidak ada gunanya, Meggy terlalu lelap dan butuh sesuatu yang sedikit lebih ekstrem untuk membangunkan Meggy.

Ares menatap sekeliling kamar berukuran sedang dan tatapanya jatuh pada kamar mandi gadis itu, seringaian jahil muncul seketika.

Kaki-kaki panjang Ares melangkah berderap memasuki kamar mandi, ia mengisi air ke dalam sebuah bathtub hampir penuh lalu kembali menghampiri Meggy. Senyuman aneh tidak kunjung lenyap ketika Ares menggendong Meggy masuk ke dalam kamar mandi kemudian dengan sangat pelan memasukan Meggy ke dalam bathtub berisi air dingin, melepaskan Meggy di sana, membiarkan tubuh gadis itu dengan perlahan di telan air hingga menyisakan kepala gadis itu saja.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Where stories live. Discover now