PART 40

3.6K 234 37
                                    

Author Pov.

Ada sesuatu yang mencoba menekan kesadaran Meggy, sesuatu berupa bisikan kecemasan murni dari seseorang yang beberapa bulan ini ia kenal sebagai partner berburunya kemudian seseorang itu merangkap menjadi kekasihnya. Dari kejauhan Meggy mendengar seseorang berbicara padanya, dan mendekap Meggy dengan lembut. Meggy menelan ludah dalam pejaman mata menuju kesadarannya hingga kemudian suara yang ia dengar semakin jelas dan akhirnya Meggy membuka mata dalam satu hentakan yang kuat, membawanya kembali ke dunia nyata.

Ares berada di belakangnya, memeluk Meggy erat ke dadanya. Meggy mencoba untuk fokus hingga benar-benar menyadari apa yang telah terjadi dan dimana mereka saat ini. Meggy mengerjap, ia tidak asing dengan interior ruangan tempatnya berada, ini kamar Ares dan pria itu tengah memeluknya. Kepingan-kepingan kejadian yang baru saja ia alami mendesak otaknya, mengingatkan kembali pada Meggy apa yang telah terjadi. Hermes, Ambrose, skenario baru, tembak menembak hingga Ares terkena tembakan Ambrose-----Meggy membelalak karena itu ia limbung dan berakhir pingsan.

Kedua lengan kekar diantara perut dan bagian dada atasnya menyentak Meggy, sial! Meggy terlalu larut dalam mengingat kepingan-kepingan menegangkan itu. Meggy berbalik dengan cepat, memeluk Ares, membenamkan wajahnya di bahu prianya. Meggy kembali tersentak. Bahu, bahu Ares yang tertembak. Meggy menarik dirinya untuk menatap Ares, pria itu tengah menatap lega padanya.

"Akhirnya kau sadar Sayang."

Meggy mengerjap, Ares nampak baik-baik saja tapi Meggy sangat ingat Ares tertembak di bagian bahu, tatapan Meggy beralih menatap bahu Ares dan ia menemukan perban melilit di sana, di sebelah kiri.

"Ares kau terluka." Cicit Meggy.

Ares mengernyit, ia memang terluka tapi menurutnya tidak seberapa, Ares pernah mengalami yang lebih parah dari luka tembak di bahu.

"Sudah ku obati, jangan cemas."

Bibir Meggy bergetar. Jangan cemas Ares bilang? jauh sebelum Ares mengatakan itu Meggy sudah merasakannya. Tangan Meggy terulur menyentuh perban itu, ia mengusapnya seraya menatap Ares.

"Sakit?." Raut wajah Meggy menunjukan kecemasan yang begitu dalam. Ares menggeleng seraya tersenyum.

"Tidak sakit? lalu apa yang sakit?." Meggy terlalu peduli.

Ares tersenyum dengan manis, ia menangkup wajah Meggy, mencondongkan wajahnya dan bibirnya menyentuh bibir Meggy, melumat dalam irama yang lembut.

"Tidak ada yang sakit Sayang percayalah padaku."

Dan tanpa bisa Meggy cegah air matanya turun, mengalir dengan pelan. Ia tidak bisa melihat Ares terluka, meski Ares mengatakan tidak sakit tapi Meggy yang merasakan sakitnya.

Ares mengernyit melihat air mata Meggy, menyekanya dengan lembut.

"Kenapa kau menangis?"

Meggy sedikit terhisak, mati-matian ia menjaga agar air matanya tidak semakin keluar tapi ia tidak bisa, semakin ia mencoba semakin mendesak pula air matanya menuntut di keluarkan.

"Aku menangis karena kau, lukamu...Hiks itu pasti menyakitkan."

Deg.

Ares tertegun. Untuk yang pertama kalinya ada seseorang menangis untuknya, takut dirinya terluka dan itu ia dapatkan dari Meggy, kekasihnya. Perasaan hangat memenuhi diri Ares, ia senang Meggy begitu mencemaskannya.

"Jangan menangis aku baik-baik saja." Ares meyakinkan Meggy dengan lembut, mengusap jalur air mata Meggy dengan penuh kelembutan.

Meggy tahu Ares baik-baik saja tapi tetap saja Meggy tidak terima kekasihnya terluka. Lagi pula kekasih macam apa yang tidak akan menangis melihat kekasihnya terluka? jauh di dalam lubuk hati Meggy meski pun Ares kekasih yang menyebalkan, Meggy tidak pernah menginginkan Ares terluka sedikit pun.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Where stories live. Discover now