PART 29

3.7K 244 29
                                    

Author Pov.

Meggy tidak bisa. Seberapa kuat pun Meggy mencoba untuk melupakan perkara yang baru saja ia alami, ia tetap tidak bisa. Perkara yang membuatnya harus meninggalkan rumah sederhananya, rumah yang selama ini menampung kesendirianya, tiga tahun lebih berada dalam naungan rumah sederhana itu membuat Meggy merasakan tempat tinggal kedua yang tepat setelah tempat tinggal pertamanya, rumah Ayah dan Ibunya. Tak pernah terbayang bahwa Meggy akan meninggalkan rumah yang ia dapatkan dari usahanya sendiri dan karena perkara Ambrose, mau tidak mau Meggy harus pergi, sedikit bersembunyi dari Ambrose yang dapat dengan mudah mengetahui keberadaanya.

Meggy benar-benar tidak bisa melupakan kondisi rumahnya pasca kedatangan utusan Ambrose. Pintu utama terlepas dari ambangnya dan bagian ruang tamu porak poranda bak diterjang badai, pelakunya hanya seorang tapi mampu membuat Meggy mengalami kerugian. Kemudian pintu kamarnya sama naasnya dengan pintu utama dan pelakunya Kekasihnya sendiri, Ares yang saat ini tengah mengendari dalam kecepatan lambat, membelah malam hari yang beberapa lalu menegangkan untuk Meggy.

Ketika Meggy selesai berkemas, Ares tidak mau repot-repot menunda kepergian mereka bahkan pria itu tidak peduli saat Meggy menatap nanar kondisi ruang tamunya. Pria itu justru bergegas menarik Meggy masuk ke dalam mobilnya kemudian tanpa peringatan, melajukan mobilnya.

Menyebalkan, tapi Meggy tidak bisa berbuat apa-apa. Ia telah menyetujui permintaan Ares dan sudah semestinya Meggy menepatinya. Lagi pula semakin lama Meggy menyayangi kondisi rumahnya semakin sulit pula ia melupakan apa yang telah terjadi padanya. Berdetik-detik yang lalu, nyawa Meggy benar-benar dalam bahaya jika Ares tidak segera datang.

Sekarang Meggy tersadar, hidupnya telah melenceng jauh dari yang ia inginkan. Seharusnya ia tidak perlu bermain-main dengan ambisi balas dendamnya dan membuat keadaanya jadi seperti ini, di kejar-kejar kematian dari seseorang yang ia pun ingin kematiannya. Tapi bayangan kematian tidak terduga yang di alami seluruh keluarganya mampu membutakan Meggy, ia pernah berkata tak peduli pada nyawanya karena ambisinya untuk melenyapkan Ambrose sangatlah berbahaya dan nyawa Meggy menjadi taruhanya tapi nyatanya sekarang, ia peduli, ia mencintai nyawanya, ia tahu nyawanya jauh lebih berharga dari dendamnya tapi sudah sangat terlambat untuk mundur dari arena permainan, Ambrose telah menyambut tantanganya dan mau tidak mau Meggy harus melawan Ambrose, tidak peduli seberapa kuat pria itu, ia akan melawannya.

"Nasi sudah menjadi bubur, Mage." Ucap Ares.

Ares tahu apa yang tengah gadisnya pikirkan, sepanjang perjalanan, gadis itu hanyut dalam lamunanya, memikirkan kesalahan yang tidak dapat dibenarkan, sekuat apa pun Meggy ingin kembali ia tidak bisa, gadis itu sudah terlanjur masuk terlalu jauh ke dalam permainannya.

Meggy tersentak, larut dalam lamunanya hingga ia hampir melupakan Ares disisinya, Meggy menghela nafas, menoleh menatap Ares. Pria itu fokus pada jalanan tapi pria itu tahu apa yang Meggy pikirkan, Meggy takjub.

"Aku tahu."

Mobil Ares menikung beberapa mobil.

"Kau akan baik-baik saja, percayalah pada dirimu sendiri. Kau membuat dirimu berada dalam lingkaran kelam, selama kau memiliki tekad yang kuat percayalah semua usahamu tidak akan sia-sia."

Meggy menghela nafas lagi.

"Aku tahu tapi apakah bisa untuk kembali? memperbaikinya mungkin?."

Ares tertawa pelan, tawa pelan itu lebih seperti tawa mengejek.

"Sudah sangat terlambat, Sayang. Kau sudah sejauh ini dan takdirmu sudah didepan mata."

Meggy memincing.

"Maksudmu takdir akhir hidupku?."

Ares menggeleng.

"Takdir kau mengalami hal seperti ini. Musuh Ambrose sebenarnya adalah kau, kaulah takdir yang akan menjemput kematian Ambrose."

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz