PART 26

3.4K 263 17
                                    

Author Pov.

"Sudah ku duga."

Ares melipat surat ancaman itu menjadi lipatan kecil yang rumit kemudian mengantonginya, Meggy tidak peduli pada surat itu jika Ares ingin menyimpanya hanya saja isi pesan surat itu yang Meggy pedulikan.

"Siapa pelakunya?." Tanya Meggy, Ares menyeringai lantas menjulurkan kedua kakinya ke atas meja ruang tamu Meggy.

"Menurutmu?."

Meggy menjilat bibirnya berkali-kali kemudian menggigit pelan bibir dalam bagian bawahnya.

"Ambrose." Lirih Meggy.

Ares tersenyum tipis. Selain kelirihan nada pada gadis itu saat mengucapkan nama Ambrose, Ares juga bisa mendengar nada getar, takut pada kesimpulan tentang siapa pelaku surat ancaman itu.

"Ya."

Seperti tertimpa berton-ton buku lah yang Meggy rasakan saat ini. Ia bisa merasakan dirinya ketakutan setengah mati saat Ares membenarkan dugaanya, surat ancaman itu terbukti dari pria yang nyawanya sangat Meggy inginkan tapi nyatanya pria itu pun sangat menginginkan nyawa Meggy juga, lalu apa bedanya ia dan Ambrose sekarang? mereka sama-sama menginginkan kematian dan entah siapa yang akan terlebih dahulu merasakanya.

Ares bisa melihat dengan jelas ketakutan mendera Meggy, bayangan kematian dirinya sendiri tersirat jelas di netra abu-abu gadis itu, jelas Meggy takut pada ancama yang Ambrose tujukan pada Meggy, Ares menemukan titik kelemahan Meggy disaat gadis itu menghela nafas berkali-kali. Ares tersenyum tipis, menurunkan kakinya dari atas meja kemudian menghampiri Meggy yang duduk di sofa panjang di seberangnya. Ares bergabung disisi Meggy, meraih gadis itu kedalam dekapanya, ia pikir Meggy akan menolak saat dirasakanya tubuh tegang gadis itu tapi alih-alih terjadi, Meggy justru membenamkan dirinya kedalam dekapan Ares.

"Kau aman, Mage. Aku akan menjaminnya, Ambrose tidak akan bisa menyakitimu selama ada aku. Sedikit saja ia menyakitimu maka ia akan merasakan kesakitan beribu-ribu kali lipat dariku."

Rasa tenang itu hadir dalam dekapan hangat dan penuh perlindungan dari diri Ares bahkan rasa tenang itu semakin menjadi tatkala Ares menjanjikan keselamatan Meggy. Meggy bisa bernafas lebih tenang sekarang, keinginanya untuk segera kembali tenang terbukti ketika ada Ares, ya seperti harapanya, Ares mampu menenangkanya.

"Surat itu jelas menyatakan aku harus mati ditangannya, Ares. Ambrose menginginkan kematianku, seperti aku menginginkan kematianya."

Ares berdesis menenangkan Meggy bahkan belaian ringan tercipta dari tangan Ares di sepanjang punggung Meggy.

"Jangan takut. Aku akan menjagamu."

Meggy menghela nafas, ia menyurukan wajahnya didada bidang Ares. Aroma Ares sangat menenangkan, aroma pria jantan yang menghasilkan ketenangan. Meggy tidak pernah mengendus aroma setenang ini dari tubuh seorang pria.

"Kau berjanji?."

Ares terkekeh.

"Sepenuh hatiku, Mage."

Meggy tersenyum.

"Aku baru tahu kau memiliki hati."

Ares kembali terkekeh.

"Aku memilikinya meski pun terasa jauh."

Meggy mendongkak, Ares menunduk agar mereka bisa saling menatap.

"Aku merasakan kepedulianmu padaku." Ucap Meggy.

Ares tersenyum.

"Aku sangat peduli padamu."

Meggy tersenyum.

"Karena kita partners?."

Ares terus tersenyum.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Where stories live. Discover now