PART 37

3.6K 216 13
                                    

Author Pov.

Malam ini mereka akan berburu target yang terlibat dalam percobaan pembunuhan James, aksi itu gagal dan Meggy bersyukur kemudian Meggy akan semakin bersyukur jika ia berhasil melenyapkan sekutu si keparat Ambrose, pria itu telah bermain curang dan Meggy tidak akan membiarkan kecurangan Ambrose terulang lagi.

Meggy terpekur menatap kuku-kukunya yang mulai memanjang, ada keinginan untuk memanjangkan kuku-kukunya lebih panjang lagi kemudian jika kelak ia berhadapan dengan Ambrose, Meggy ingin mencabik-cabik wajah pria itu. Sejauh yang Meggy tahu rupa Ambrose tergolong rupawan seperti Ares tapi bagi Meggy Ares jauh lebih rupawan dari pria mana pun, Meggy rasa tidak ada yang bisa menandingin ketampanan Ares yang berbahaya namun memikat. Jiwa Ares memang seperti Dewa Perang yang haus akan darah tapi fisik pria itu seperti Eros, Dewa yang mampu meluluh lantakan hati wanita dengan pesonanya yang luar biasa.

"Aku bisa membantumu memotongnya jika kau mau."

Suara itu menyentak hayalan Meggy antara mencabik-cabik wajah Ambrose dan ketampanan Ares. Meggy menoleh dalam posisi tidur menyampingnya, ia di suguhkan dengan pemandangan tubuh bagian atas Ares yang berotot. Sisa-sisa air jatuh dari rambutnya yang basah, membasahi area pundak kokoh itu. Meggy terpesona dan ia meneguk salivanya.

"Apa?."

Ares terkekeh pelan, ucapan Ares tadi merujuk pada kuku-kuku Meggy tapi sepertinya si pemilik kuku tidak menyadari maksud Ares.

"Kuku-kukumu, Sayang. Aku bisa memotongkannya untukmu."

Meggy mengeryit hingga tersadar pada kekonyolannya. Ia tersenyum kikuk sembari bangun, duduk bersandar di kepala ranjang. Pesona Ares yang baru mandi membuatnya linglung.

"Tidak, aku akan memanjangkannya."

Ares tersenyum lantas mendudukan dirinya di pinggiran ranjang. Meggy menarik nafas entah kenapa, demi Tuhan! Ares habis mandi dan pria itu hanya menggunakan handuk hitam yang menggantung rendah di pinggulnya kemudian aroma maskulin dan aftershave menyatu membentuk aroma nikmat yang begitu menusuk.

"Jangan terlalu panjang, aku tidak suka wanita berkuku panjang."

Meggy tertegun sejenak, entah oleh pernyataan Ares atau oleh lain hal yang terasa sangat intens. Bodoh, Meggy. Meggy berdeham.

"Benarkah?."

Ares meraih kedua tangan Meggy, menatap saksama jari-jari lentik itu.

"Akan lebih baik di potong pendek dan tanpa cat kuku."

Kuku Meggy memang sedikit panjang tapi ia tidak mengunakan cat kuku.

Meggy menggeleng lirih, merasa bukan tentang kuku yang seharusnya mereka bahaskan.

"Bagaimana rencana kita?"

Ares mengedikan bahu, melepaskan tangan Meggy dari genggamannya kemudian menyugar surai setengah basahnya.

"Seperti yang ku katakan kau akan menggoda gairah seorang gay."

Okey Meggy, gay dengarkan itu baik-baik. Target malam ini benar-benar berbeda. Batin Meggy.

"Seberapa gay'kah dia?."

Ares tersenyum geli dan itu bukan pertanda baik.

"Namanya, Hermes. Sejauh yang ku tahu dia sangat gay, Sayang. Kecintaanya pada sesama jenis sungguh mencengangkan."

Meggy mengernyit juga menelan ludah. Ini kasus yang cukup sulit. Meggy mulai berpikir bagaimana caranya ia akan meruntuhkan gairah Hermes jika pria itu benar-benar seorang gay sejati. Pria itu memilih tongkat tidak ingin lubang. Meggy mengernyit lagi, entah apa menariknya menginginkan sesama jenis, Tuhan sudah sangat baik menciptakan lawan jenis tapi Hermes? oh hanya dia dan Tuhan yang tahu.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora