PART 30

4.1K 231 25
                                    

Author Pov.

Satu persatu nyawa berakhir di tangan Ares, Meggy bisa melihat dengan jelas amarah Ares saat satu persatu nyawa Ares jatuhkan dengan mudah. Bermodal pistol dan tatapan Iblis, pria itu berhasil melenyapkan nyawa-nyawan yang mencoba melindungi satu nyawa yang sangat Meggy inginkan. Ambrose, terperanjat, tidak memiliki jalan keluar ketika Meggy dan Ares menyerbu markasnya.

Tapi tidak, semua itu hanya mimpi. Mimpi yang hampir selama dua pekan Meggy mimpikan di setiap malam. Meggy selalu mempimpikan itu tidak peduli saat ia sedang tidak memikirkan dendam tetap saja mimpi itu hadir seakan menyampaikan bahwa mimpi itu akan menjadi kenyataan suatu saat nanti.

Meggy menghela nafas, menyugar rambutnya, rambut di pagi hari yang tidak pernah berantakan lagi, sekarang Meggy, setiap akan tidur pasti memperhatikan penampilanya agar tidak terbangun dengan penampilan mengerikan kemudian di lihat oleh Ares, jujur saja Meggy malu jika Ares melihat dirinya yang berantakan ketika terbangun di pagi hari. Karena mereka tinggal serumah, tidur di atas ranjang yang sama, mau tidak mau membuat Meggy harus membenahi dirinya, Ares Kekasihnya tentu saja Meggy ingin selalu terlihat cantik di mata Ares.

Seperti biasa sejak ia tinggal bersama Ares, Meggy akan terbangun sebelum matahari menunjukan sinarnya. Meggy tidak memerlukan alarm lagi ia sudah belajar untuk mendisiplinkan diri karena sekarang ia tidak sendiri, ia bersama Ares. Pria itu membutuhkan tenaganya di pagi hari seperti menyiapkan pakaian kerjanya, menyiapkan sarapan dan membangunkan Ares jika malamnya pria itu bergadang alias lembur. Selama dua pekan hanya dua kali kesempatan mereka berburu target setelah itu Ares selalu sibuk dengan Perusahaanya.

Meggy tidak bisa menyembunyikan senyum manis ketika di lihatnya Ares masih tertidur di sisinya dengan salah satu lengan di jadikan bantal dan lengan yang lain melingkar di pinggang Meggy. Ares yang tidur jauh dari kesan kejam dan misterius. Kelopak mata itu menutup netra yang selalu berkilat jika sedang marah dan menginginkan sesuatu. Meggy takjub melihat wajah tampan Ares bisa semakin tampan saat tertidur, mungkin karena ketenangan benar-benar mengisi Ares. Meggy tahu bahwa semalam Ares naik ke ranjang hampir pukul setengah tiga pagi, pria itu berkutat dengan laptop dan beberapa dokumen elektronik yang jelas sekali memerlukan otak pintar Ares.

Waktu baru menunjukan pukul setengah enam pagi, Meggy ragu membangunkan Ares tapi pria itu selalu memintanya untuk membangunkanya jika ia belum terbangun. Dan dengan berat hati Meggy mengguncang pelan lengan Ares di pinggangnya, tidak ada respon, membuat Meggy menyentuh pipi Ares kemudian menepuknya pelan berkali-kali. Ares justru mengerang lirih, Meggy terkekeh.

"Ares, kau tidak mau bangun?."

Sebenarnya Ares sudah akan membuka matanya meski pun terasa berat karena jujur saja ia baru merasakan terlelap ketika pukul empat pagi. Tapi alih-alih melakukanya, ia justru ingin bermain bersama Meggy di pagi hari di mana setiap kali ia membuka mata akan menemukan wajah Meggy yang cantik yang tersenyum menyapanya. Pagi ini Ares ingin melihat wajah gusar gadis itu, sejak mereka menjadi sepasang Kekasih Meggy jarang menunjukan wajah gusarnya dan Ares merindukan wajah gusar menggemaskan itu.

"Ares?." Meggy masih mengubah tepukan pelan di pipi Ares menjadi usapan lembut.

"Hmmm." Sahut Ares.

"Aku membangunkanmu, lalu kau tidak mau bangun?."

"Hmmm."

Meggy menghela nafas, kadang setiap kali membangunkan Ares, Meggy di buat tidak sabar karena Ares tipe pria yang sekali merasa lelah akan ingin membalasnya merasakan ketenangan sepanjang waktu.

"Hari ini kau bekerja?." Meggy masih bersabar, ia mencoba mengajak Ares berbicara sambil pria itu mengumpulkan nyawanya.

"Hmmm."

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Where stories live. Discover now