PART 24

3.6K 224 0
                                    

Author Pov.

Meggy terjebak dalam permainanya. Dimana hampir selama sepekan ia berusaha mengabaikan Ares disetiap kali mereka beraksi. Meggy tidak sepenuhnya mengabaikan Ares, ia hanya sedikit menjauhi pria itu, takut bila topik tentang ciuman tiba-tiba saja terbahas sedangkan Meggy waktu itu bersandiwara tidak menyadarinya. Setiap malam Meggy merutuki kebodohanya, martini membuatnya hilang kendali dalam mengimajinasikan Ares hingga ia tidak menyadari itu bukan sebuah imajinasi melain realita yang sulit Meggy terima. Bibirnya, bibir yang selama ini ia jaga layaknya keperawananya, berharap kelak orang yang ia cintailah yang akan mendapat ciuman eksklusif dari bibirnya untuk yang pertama kali tapi ternyata, Ares mendapatkannya, pria yang menyebalkan bagi Meggy.

Meggy tidak bisa mengenyahkan sensasi ciuman itu walau pun ia berusaha maka akan semakin melekat ingatan itu. Sial, bagaimana bisa!.

Sementara Ares, melihat dan merasakan tingkah Meggy yang menjaga jarak darimya. Ares tidak tahu apa yang membuat gadis itu seakan menggaris batas diantara mereka padahal sebelumnya mereka hampir tidak dibatasi jarak apa pun apa lagi ketika beraksi, kekompakan selalu mempersatukan mereka. Tapi akhir-akhir ini Meggy benar-benar menguji kecerdasaan Ares, Ares bertekad mencari tahu penyebab perubahan tingkah Meggy padanya bahkan gadis itu tidak secerewet dulu. Ares yakin ada sesuatu yang membuat gadis itu bertingkah aneh padanya dan Ares yakin bukan masalah ambisi dendam gadis itu tapi masalah lain tapi apa?.

Malam ini mereka baru saja keluar dari markas Stallon Wood, setiap seminggu sekali Ares akan membawa Meggy mengunjungi markas bersamanya. Setiap kali Meggy berkunjung, ia pasti menemui Miana tapi malam ini tidak karena Miana tengah keluar bersama Ayahnya. Sedangkan Ares memiliki kewajiban untuk mengontrol keadaan markas, sudah menjadi kewajiban mutlak dari Stallon Wood dan Ares tidak bisa membatah Stallon Wood sebagai Pimpinan dan seniornya.

Perjalanan keluar dari hutan markas dilalui dengan berjalan kaki. Meggy merasa waktu berjalan sangat lambat, dimana ia ingin segera menjaga jarak dari Ares maka semakin lambatlah waktu. Seharusnya, Meggy tidak perlu seperti ini, seharusnya ia melupakan tentang ciuman itu tapi sulit bagi Meggy karena itu ciuman pertamanya. Ciuman itu memang berkesan tapi haruskan Ares yang membuatnya berkesan?, argghh, Meggy mengerang dalam hati ketika teringat bagaimana ciuman itu terjadi yang terjadi karena kebodohannya.

"Sial!." Umpat Meggy, ia tidak sadar saat mengucapkanya.

Ares menoleh, menatap bingung wajah Meggy yang nampak gusar. Sebenarnya apa yang terjadi pada Meggy? Ares sangat penasaran.

Meggy terus mengumpatkan kata sial dalam hatinya, beberapa kali terucap dan gadis itu masih tidak menyadarinya. Meggy tidak hati-hati dalam melangkah sehingga kaki kanannya terjerumus kedalam lubang, membuat tubuhnya limbung tak tentu arah, mencari pegangan agar tidak jatuh menghantam tanah.

Ares menangkap Meggy dengan sigap, mengeluarkan kaki gadis itu dari lubang kemudian mendudukan Meggy, menyandarkan tubuh gadis itu disebuah pohon. Ares mengulurkan kedua kaki Meggy, ketika ia menyentuh kaki kanan Meggy, Meggy meringis.

"Kau tidak hati-hati, Mage."

Meggy mendengus, ia bahkan baru menyadari dirinya terluka karena memikirkan pria itu. Ketika tangan Ares akan menyentuh bagian kakinya yang terasa sakit, Meggy segera menepis kasar sentuhan Ares.

"Ada apa denganmu? aku ingin tahu seberapa parah lukamu."

"Hanya terkilir." Tukas Meggy.

"Terkilir juga terluka, biar ku lihat."

Lagi-lagi Meggy menepis sentuhan Ares.

"Jangan sentuh aku!."

Ares bersedekap bingung, ia mencari kesalahanya dalam netra abu-abu itu tapi yang ia temukan hal lain yang telah membuat Meggy bersikap seperti ini padanya.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Where stories live. Discover now