PART 55

3.4K 208 32
                                    

Author Pov.

Siapa pun tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada masa depan dan semua orang pasti menginginkan masa depan yang sempurna yeah setidaknya sesuai dengan keinginan masing-masing. Kata sempurna memang tepat untuk menggambarkan keadaan yang baik dari segi mana pun tapi kata sempurna tidak akan cocok jika dari sebagian segi itu memiliki celah, sedikit celah saja sudah mengikis kata sempurna itu sendiri.

Seperti yang terjadi pada Meggy. Ia tidak pernah ingin hidupnya serumit ini yeah setidaknya setelah sepeninggalan seluruh keluarganya hidup Meggy mulai merumit dan semakin merumit ketika ia memilih membalaskan dendam kematian keluarganya hingga pada akhirnya ia berhasil itu pun atas bantuan Ares. Kemudian masalah baru datang lagi, menghantam telak hidup Meggy. Meggy tidak tahu kematian Ambrose akan membawa drama baru, drama dari sang Adik yang sama sekali tidak Meggy duga sebelumnya. Meggy tidak pernah tahu sisilah riwayat hidup Ambrose, Meggy hanya mengetahui Ambrose adalah pembunuh kelas kakap, pembunuh keluarganya, hanya itu yang ia ketahui.

Tapi surat ancaman itu datang kembali dan dari orang yang berbeda tapi tidak meninggalkan kesan balas dendam dari mendiang Ambrose. Dan seharusnya Meggy sadar bahwa permainan belum berakhir, permainan tidak akan berakhir begitu saja, tidak sebelum semuanya benar-benar di mainkan.

"Mage,"

Meggy tersentak saat sapaan diiringi sentuhan lembut di bahunya menyentak kesadarannya. Sementara Ares tersenyum mengerti atas reaksi Meggy.

"Mungkin sebaiknya kau pulang." Ucap Ares seraya mendudukan dirinya di pinggiran meja kerja Meggy. Menatap Meggy dengan serius.

Dengusan berat meluncur dari hidung Meggy. Ia menatap Ares sejenak kemudian menatap tumpukan dokumen yang harus ia rekap ulang hari ini juga sebelum di periksa oleh Ares kemudian di kirim ke New Jersey. Belum lagi jadwal meeting hari ini yang melibatkan presentasi darinya, rasanya Meggy benar-benar tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya.

"Tidak, aku masih memiliki banyak tanggung jawab."

Ares tersenyum sembari mengulurkan tangannya untuk mengusap pelipis Meggy yang berkeringat.

"Kau berkeringat." Ucap Ares.

Yeah Meggy memang berkeringat. Ia menyadarinya sejak tadi tapi tidak memiliki waktu untuk menyekanya karena yang ia lakukan sedari tadi hanyalah melamun.

Ares menatap Meggy dengan tatapan prihatin yang kentara. Ia tahu apa yang tengah mengusik pikiran gadisnya dan tidak bisa Ares pungkiri memang hanya tentang itu yang tengah panas-panasnya di antara mereka. Surat ancaman yang sudah terhitung sepekan itu ternyata masih sangat menyengsengsarakan Meggy. Untuk saat ini Ares tidak memiliki cara lain untuk menenangkan Meggy selain memberi semangat dan ketenangan pada gadisnya tapi nampaknya itu saja tidak cukup. Mage-nya perlu sebuah tindakan yang ekstrim agar kegelisahan gadis itu segera terobati. Mungkin semacam aksi, aksi yang akan membawa mereka kembali pada permainan tapi Ares sedikit enggan untuk memulai, ia lebih menyukai lawannya yang memulai dan ia yang mengakhirinya.

"Ada yang salah?" Tanya Meggy karena Ares tak lepas menatap dirinya.

"Kau...mungkin." Sahut Ares seraya menarik tangannya dari wajah Meggy. Meggy mengernyit.

"Aku? Aku rasa aku baik-baik saja." Itu sebuah kebohongan. Ayolah, Ares jelas tahu memang ada yang salah pada Meggy terutama pada pemikiran gadis itu.

"Tidak ada gunanya berbohong padaku Sayang apa lagi pada dirimu sendiri. Perlukah ku jabarkan apa yang salah padamu? Ah sepertinya perlu." Ares meraih laptop Meggy, menatap tahap pembuatan presentasi kekasihnya itu siang ini, Ares tidak bisa menyembunyikan senyum mengejeknya ketika menemukan banyak sekali kesalahan dalam presentasi Meggy.

HALFWAY TO THE LOVE (COMPLETE)✔Where stories live. Discover now