Bagian 13

2.9K 407 17
                                    

"Alamat rumah lo di mana?"

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

"Alamat rumah lo di mana?"

Kafka mengerjap. Ia yang awalnya sedang berbaring terbalik di sofa, langsung mengubah posisinya. "Ngapain?" Ia balik bertanya, lebih heran dari sebelumnya. Apa-apaan si Semesta itu? Tiba-tiba menelepon, dan tanpa salam langsung meminta alamat.

"Disuruh ngantar makanan sama bunda gue. Katanya, ayah lo lagi ke rumah sakit, jadi takutnya lo belum makan."

"Ha? Ummm ... kenapa?" Suara decakan terdengar. Kafka sejenak menatap layar ponselnya. Lalu, kekehan Kafka keluar dari bibirnya. "Gue bingung aja. Baru kali ini ada orang yang mau ngirimin gue makanan. Soalnya, selama ini 'kan nggak ada yang peduli."

"Ya, sekarang bunda gue peduli sama lo." Semesta membalas. Entah apa tujuannya, Kafka tidak tahu. Satu hal yang pasti, senyumnya langsung mengembang dan tanpa sadar ia mengangguk.

"Gue kirim alamatnya di-chat aja, ya," balas Kafka cepat. Refleks ia berdiri, merasa senang karena siang ini dapat kiriman makanan. "Bilangin makasih buat bunda lo. Kebetulan gue belum makan siang hari ini."

"Iya."

Tanpa sempat Kafka membalas, panggilan langsung diputuskan. Ia melempar ponsel ke atas sofa, lalu diikuti oleh tubuhnya. Kedua kakinya ikut dinaikkan, hingga pada akhirnya Kafka berbaring dengan santainya.

"Asik, makan enak!" seru Kafka semangat. Tangannya terkepal, lalu terangkat ke udara. Binar di matanya terlihat lebih nampak hingga menambah keindahan kedua manik cerahnya tersebut. "Kira-kira dibawain apa, ya?"

Senyum Kafka tidak juga pudar. Terbayang bahwa hari ini ia tidak perlu memasak makanan untuk makan malam nanti. Walau merasa agak tidak sopan karena dengan senangnya justru menerima pemberian dari orang, namun Kafka tidak peduli sama sekali.

Lalu, embusan angin dengan lembut menyapu permukaan epidermisnya. Membuat tanpa sadar Kafka menguap. Kedua kelopak indahnya perlahan menutup. Tidak sampai satu menit kemudian, ia terlelap dengan damainya.

•••

"Perumahan Felis Catus blok A nomor 5." Semesta membaca alamat yang dikirimkan oleh Kafka sekali lagi. Setelah yakin bahwa ia sudah berhenti di depan rumah yang dimaksud, Semesta segera mematikan mesin kendaraannya. Tangannya meraih tas yang berada di kursi penumpang sebelum akhirnya keluar dari mobil. "Benar di sini 'kan, ya?"

Berdiri di hadapan rumah bergaya minimalis yang tampak lebih mewah dari rumahnya, Semesta lantas mengeratkan pegangan pada tasnya. Kedua tungkai jenjangnya melangkah, mendekati pagar. Manik Semesta menyipit, mengintip dari sela pagar.

"Assalamualaikum ...." Jemari Semesta menekan tombol bel yang terletak di dinding dengan posisi cukup tinggi, tetapi masih bisa diraihnya. "Punten. Kafka, main, yuk."

Kelabuजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें