Bagian 46

1.3K 218 22
                                    

Kafka selalu ingat pita merah yang bundanya pakai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kafka selalu ingat pita merah yang bundanya pakai. Katanya, agar Kafka dapat mengingat ciri khas yang bisa dijadikan identitas oleh bunda. Sampai hari terakhirnya pun, bunda selalu memakai benda itu.

Hal itu yang selalu Kafka ingat hingga saat ini.

Walau memiliki kekurangan pada kemampuannya untuk mengenali wajah, tapi memori Kafka termasuk kuat. Ia masih ingat betul bagaimana ketika sore hari ia baru kembali dari sekolah. Waktu itu hujan mengguyur, membuat baju Kafka sedikit basah. Suasana rumah sepi, seperti biasanya. Tetapi, dari jendela tampak jelas kondisi rumah yang gelap.

Bunda pasti malas menyalakan lampu, pikir Kafka waktu itu.

Dengan cepat, Kafka membuka sepatu dan kaos kakinya yang kotor terkena cipratan lumpur. Kakinya yang lembap menapaki lantai yang terasa dingin. Tanpa memikirkan hal apapun, Kafka segera membuka pintu rumah.

Kafka ingin segera menemui bundanya. Memberitahu kalau ia masuk ke tingkat kabupaten di olimpiade matematika yang diikutinya. Meski tidak dapat mengidentifikasi bagaimana ekspresi bunda, tetapi Kafka dapat merasakan kehangatan dari suaranya.

Benar seperti dugaannya barusan, suasana rumah benar-benar gelap. Kafka mengernyit, lalu menekan saklar lampu. Tumben-tumbenan tidak ada sapaan dari bunda.

"Bunda?" Suara Kafka terdengar menggema. Bersamaan dengan langkah kakinya, kepala Kafka tertoleh, mencari keberadaan bunda yang tidak ia tahu di mana.

Aroma masakan dari dapur membuat Kafka pada akhirnya memutuskan untuk mencari ke sana. Binar terlihat di kedua bola mata Kafka saat melihat makanan kesukaannya tersaji di atas meja. Tas yang awalnya masih ada di pundaknya langsung ia lepas. Dibiarkannya benda yang agak basah itu menghantam lantai begitu saja.

"Asik, makan enak!" Kafka berseru semangat. Tangannya yang terkepal diangkat ke udara. Tapi, fokusnya kembali terbelah ketika ia belum juga menemukan sosok bundanya.

Atau mungkin Bunda ketiduran lagi?

Kafka berusaha menebak-nebak. Perlahan ia melangkah menuju kamar sang bunda. Lambat, tapi tidak butuh waktu lama.

Karena setelahnya, tangan mungilnya itu sudah memegang knop pintu. Sepersekian detik kemudian, pintu mengayun terbuka. Kafka kira, ia akan mendapati bundanya tertidur di atas kasur.

Tetapi, tidak.

Hal yang Kafka dapati tepat setelah kedua netranya menyesuaikan dengan kegelapan adalah sosok bundanya yang terbaring di samping tempat tidur. Kafka dapat lihat dengan jelas pita merah itu masih dikenakannya untuk mengikat rambut panjang kecokelatannya.

"Bunda kenapa tidur di-"

Tubuh Kafka membeku ketika menyadari bahwa bundanya tidak bergerak sama sekali. Kafka menekan saklar lampu, membuat ruangan tampak lebih terang jika dibandingkan dengan sebelumnya. Dapat Kafka lihat bercak merah yang ada di dekat tubuh bundanya.

KelabuWhere stories live. Discover now