Bagian 50

2.2K 236 64
                                    

Kafka sendiri tidak tahu sudah berapa lama ia tidak bertegur sapa dengan ayahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kafka sendiri tidak tahu sudah berapa lama ia tidak bertegur sapa dengan ayahnya. Walau ketika pagi hari keduanya masih duduk di meja yang sama, namun suasana menjadi lebih hening. Kafka lebih fokus pada makanannya, sementara Azri menyibukkan diri dengan ponselnya sendiri, membalas setiap pesan konsultasi yang masuk.

Sebenarnya sama seperti biasa. Tapi, suasana canggung yang Kafka rasakan mampu membuatnya bungkam. Walau merasa tidak enak hati karena bersikap kasar sebelumnya, namun Kafka belum juga bisa meminta maaf.

Untuk kesekian kalinya di minggu ini, sarapan diakhiri tanpa sepatah kata pun. Kafka diam dan Azri lebih memilih untuk tidak mengganggu putranya tersebut. Walau sebenarnya ingin bertanya mengenai bagaimana hari Kafka beberapa hari ke belakang, tetapi raut yang Kafka tunjukkan tidak bersahabat.

"Ayah berangkat, ya." Kalimat yang berulang terus tersebut kembali terlontar.

Kafka bergumam tidak jelas, mengiyakan. Kedua maniknya melirik Azri, namun hanya sesaat. Ia kembali fokus pada tumpukan piring yang belum dicucinya sejak semalam.

Lalu, lagi-lagi hening menyelimuti. Kafka menoleh ke belakang setelah suara pintu yang ditutup terdengar, disusul oleh suara mobil yang dinyalakan dan lama-lama menjauh. Helaan napasnya terdengar ketika menyadari bahwa kecanggungan tanpa akhir itu untuk sesaat menghilang.

Sebenarnya Kafka masih tidak dapat menerima semua fakta yang menghantamnya secara bersamaan. Masih ada amarah yang tersisa, membuatnya memilih untuk diam daripada salah bicara. Walau lama-kelamaan Kafka berusaha untuk memahami, tapi hal itu tidaklah mudah.

Helaan napas Kafka lagi-lagi terdengar. Ia membiarkan keran menyala, menyiprat ke bajunya sendiri hingga agak basah. Lalu, ketika busa-busa di wastafel mulai menghilang, Kafka memilih untuk mematikan keran.

"Bun, aku salah banget, ya?" Kafka bergumam pelan. Ia mendongak, menatap langit-langit dapur yang terasa kosong. "Kenapa rasanya susah buat maafin Ayah?"

Kedua tangan Kafka terkepal. Ia menunduk dalam. "Maafin ya, Bun. Aku belum bisa maafin Ayah sama sekali."

•••

Dinas malam dimulai pada pukul tujuh malam hingga tujuh pagi keesokan harinya. Dan hari Kamis ini, Kafka mendapat jadwal untuk dinas malam. Walau sebenarnya agak malas, sih.

Jadwal masih sama. Satu shift terdiri dari tiga orang yang masing-masing berjaga di tiga tempat. Untuk malam ini, Kafka mendapat bagian di ruang rawat, walau ada beberapa pekerjaan yang hanya bisa dilakukan oleh rekan perempuannya.

"Nanti jam dua belas kasih obat, ya. Udah disiapin semua di tempat obat. Jangan lupa juga cek infus, soalnya ada yang habis jam dua belas atau jam satu malam. Sekitar jam empat bisa mulai vulva hygiene juga, baru cek TTV. Jam enam mulai siapin buat mandiin bayi, ya. Oh, ya. Kalau ada bayi yang nangis, samperin, ya."

KelabuWhere stories live. Discover now